RIP

DaSi, 26 April 2021

Tema: Tahu gejrot
Majas: Ironi
Kata kunci:
Cilok
RIP
Mabuk kepayang
Pantat panci
Limosin lawas

PseuCom
aquanianers

****

Di pantat Limosin lawas, dia menyandarkan bokong. Matanya awas mengamati jemari si Abang yang luwes mengupas bawang.

"Bawang putihnya dua, yah, Bang."

Si Abang menurut.

"Rawitnya banyakin."

Si Abang manut.

Lebih dari cilok bumbu kacang yang bisa langsung diembat, jajanan yang sedang dibuat ini lebih menggugah selera. Belum lagi bunyi kreyes saat si Abang mulai mengulek bawang, rawit, dan sejumput garam, serta aroma yang menguar dan mampir buat dihidu, mabuk kepayang sudah dirinya. Pantat panci berkerak yang tadi terus menggelendot di pikiran, pasti bisa dia taklukan setelah menghabiskan jajanan ini.

Dalam piring keramik cembung si Abang tersaji potongan tahu kulit yang disiram air asam bercampur bumbu bawang yang tadi diulek.

Badannya langsung tegap dan menerima uluran sajian si Abang. Perlahan, dia hirup lagi aroma itu. Mendadak hidungnya mengernyit. Namun, dia berpikir mungkin karena polusi udara, aroma yang dicium sedikit berubah. Pakai tusuk gigi, satu potong tahu masuk mulut. Lidah memang tidak bisa bohong. Rasa yang menyengat turut membuat keningnya berkerut. Ingin dia meludah.

Si Abang yang menyadari perubahan ekspresi pembelinya kembali menghampiri. "Kenapa, Mas? Rasanya aneh, yah?"

Dia tersenyum kecut. "Rasanya luar biasa, sampai saya pengin pindah dunia."

Si Abang ikut tersenyum. Lebih tulus. "Syukur, deh, kalau begitu. Soalnya, sudah dua hari dagangan saya enggak laku."

Dia mendengkus. RIP ekspektasinya. RIP pula jajanannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top