Tinggal bersama
Di sini Kuroko sekarang. Mansion Akashi yang besarnya bukan main.
Kuroko yang baru sampai di teras Mansion Akashi langsung ternganga tak percaya.
"Sei-kun, apa kau se kaya ini?."
Kuroko tidak pernah menduga bahwa Akashi orang yang benar benar memiliki kekayaan yang berlimpah.
"Tidak juga."
Kuroko masih ternganga tak percaya, Akashi yang melihat Kuroko masih diam, segera menariknya ke dalam.
Kuroko pun masuk.
'Wah, megah sekali. Rasanya ini seperti istana.'
Tapi kok sepi sekali ya?.
"Ano, apa Sei-kun tinggal sendirian?kenapa sepi sekali?."
"Ya, aku tinggal sendiri. Makannya aku mengajakmu tinggal denganku. Terkadang saat aku sedang bekerja, ada yang mengisengiku, aku takut sekali."
Kata Akashi menakut nakuti Kuroko.
Kuroko pun sedikit bergidik ngeri.
"Apa benar kau diganggu dengan yang seperti itu?."
Suara Kuroko memelan. Akashi kemudian terkekeh.
"Uso desu."
Kata Akashi sembari menarik pipi Kuroko.
"Tidak ada yang seperti itu di sini. Kalaupun ada, paling dia hanya akan terpesona melihatmu."
Kuroko pun bergidik. Kenapa jadi dirinya?!.
"Aku kembali saja deh ke Apartementku, aku takut."
"Tidak tidak. Aku akan melindungimu. Tenang saja."
"Benar?."
"Apa Tetsuya tidak percaya padaku?."
"Tidak, makannya aku bertanya."
"Aku akan melindungimu. Tinggal denganku, ya?."
"Baiklah baiklah. Aku pegang perkataanmu. Jadi, di mana kamarku?."
"Sebenarnya kamar di rumah ini banyak, tetapi sepertinya kau tidur di kamarku saja denganku."
Mata Kuroko berhasil membulat dengan sempurna.
"Sekamar denganmu?."
"Ya-"
"Tidak tidak, aku di kamar yang lain saja. Sayang kalau kamar lain tidak terpakai!."
Dusta Kuroko. Sungguh, ia belum mau satu kamar dengan Akashi.
"Yah, aku kecewa."
"Atau-"
"Baiklah baiklah, kau boleh tidur di samping kamarku. Jangan mengancamku begitu dong."
Akashi tak ingin Kuroko pergi dari Mansion nya, jadi sebisa mungkin Akashi akan membuat Kuroko betah tinggal di Mansion nya.
"Nah, begitu dong! Jadi, ada di mana kamarmu?aku ingin segera ke kamarku."
"Ikuti aku, jangan sampai hilang."
Akashi menarik Koper yang dibawa Kuroko, dan menunjukkan jalan nya.
"Ini kamarmu. Semangat berkemasnya."
"Ya, terima kasih."
"Mau kubantu?."
"Sepertinya aku bisa sendiri, jadi tidak usah."
Kata Kuroko sedikit menyunggingkan senyumnya.
"Baiklah, jangan lupa untuk mandi setelah berkemas."
Cup
Akashi mengecup kening Kuroko.
"Aku di kamarku. Jika butuh sesuatu, datang ke kamarku saja."
Setelah itu Akashi masuk ke dalam kamarnya.
Kuroko pun langsung masuk ke kamarnya.
"Besar sekali. Aku tidak percaya ini."
Tak mau berlama lama, Kuroko segera menata barang barangnya.
Hanya membutuhkan waktu sebentar, Kuroko telah menyelesaikannya. Karena barang yang dibawanya tidak banyak.
"Hah, kasur ini empuk sekali."
Kuroko sedang merebahkan dirinya, sedikit menutup matanya, sebelum angin dari AC menyapa wajahnya.
"Astaga, aku harus mandi. Bahkan ini sudah mau masuk jam makan malam."
Kuroko segera bergegas untuk mandi.
Selesai mandi, Kuroko pergi ke dapur untuk memasak.
"Bahkan bahan makanan ini bisa kupakai sampai 2 bulan kedepan."
Banyak sekali bahan makanan di rumah Akashi, mungkin dia akan betah tinggal di sini.
Kuroko langsung mengeluarkan bahan makanan yang akan dimasaknya.
Saking semangatnya Kuroko rasanya tidak ingin berhenti tersenyum saat sedang memasak.
Akashi melihat Kuroko dari lantai dua yang sedang tersenyum gembira.
"Tetsuya senang tinggal di sini?."
Kali ini Akashi melingkarkan tangannya di perut Kuroko. Yang berhasil membuat Kuroko terkejut.
"Y-ya, sepertinya. Ano, Sei-kun jangan seperti ini-"
"Baiklah baiklah."
Akashi langsung menjauhkan tangannya dari perut Kuroko.
"Sepertinya masakanku belum selesai sepenuhnya. Apa sudah jam makan malam?."
"Belum, aku turun karna haus. Jadi aku akan naik lagi. Saat jam makan malam nanti aku akan turun lagi."
"Baiklah."
Kuroko langsung segera menyelesaikan masakannya.
.
.
.
"Hah, akhirnya selesai. Tapi, apa ini tidak kebanyakan ya?."
Kuroko memasak sup miso, teriyaki, tempura, dan yakiniku.
Saat itu juga Akashi turun.
"Tetsuya, sudah selesai?."
"Ya, baru saja. Tapi sepertinya aku memasak terlalu banyak."
Kuroko menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia takut jika makanannya tidak habis dan nantinya terbuang.
"Tak apa, jika tidak habis, panaskan saja untuk sarapan besok."
Akashi menyeka keringat Kuroko.
"Kau lelah?."
"T-tidak tidak! Sebaiknya kita cepat makan saja, mumpung makanannya masih hangat."
Kuroko sudah salah tingkah dibuatnya. Sepertinya ia lupa caranya bernafas.
"Eh? Baiklah."
"Itadakimasu."
Akashi sudah memakan masakan Kuroko terlebih dahulu.
Kuroko menyadari perubahan wajah Akashi.
"Apa.. tidak enak ya?."
Kuroko bercicit pelan.
"Tidak, bukan begitu. Aku terkesan dengan rasanya. Ini makanan terenak yang pernah kumakan."
"Benarkah?."
Kuroko juga ikut melahap masakannya.
"Wah, benar. Ini enak."
"Sepertinya kau sudah cocok menjadi istriku, Tetsuya."
"Uhuk-apa maksudmu?."
Kuroko yang terkejut akan perkataan Akashi barusan, sukses membuatnya tersedak makanan yang sedang ia makan.
"Tidak, lanjutkan saja makannya."
Mereka pun melanjutkan acara makan malamnya.
Mereka selesai.
"Terima kasih makanannya, ini enak sekali."
Kuroko mengangguk.
"Syukurlah kalau kau menyukainya."
"Aku akan mencuci piringnya."
Kuroko langsung bangkit dari tempat duduknya.
"Aku bantu mengeringkan."
"Tidak usah, Sei-kun pasti sibuk, kan?."
"Tak apa, aku sedang tidak terlalu sibuk kok."
"Yasudah, terserah Sei-kun saja."
Kuroko berjalan membawa piring piring kotor ke wastafel dan mencucinya.
Akashi membantu mengelap piring yang basah, dan menatanya di rak dengan rapih.
"Terima kasih. Sei-kun boleh kembali ke kamar."
"Baiklah, aku ke kamar dulu. Jangan tidur terlalu larut ya. Besok kau kuliah, kan?."
"Ya, aku tidak akan tidur terlalu larut."
Akashi tersenyum dan langsung pergi dari dapur menuju kamarnya.
Akashi sedang duduk di meja kerjanya. Tak lama panggilan suara masuk dari handphone nya. Itu asisten nya.
"Halo, Koutaro?Ada apa?."
"Selamat malam, Tuan. Maaf aku mengganggu waktumu. Aku hanya ingin memberitau bahwa saat ini Gold Corp sedang diambang kehancuran. Klien yang ingin bekerja sama dengan Gold Corp membatalkan kontrak kerja samanya dan satu persatu nenawarkan dirinya untuk bekerja sama dengan Akashi Financial Group, Itu saja yang ingin kusampaikan, Tuan."
"He? Baguslah. Ternyata sesuai rencanaku, dan bahkan lebih cepat dari yang kukira. Terima kasih, Koutaro."
"Sama sama tuan. Baiklah, saya tutup. Selamat malam, Tuan."
Koutaro mematikan panggilan suara. Akashi menyeringai.
"Itulah akibat yang kau dapat setelah kau mengganggu Tetsuyaku."
Akashi melihat jam dinding yang berada di kamarnya. Pukul 10 malam.
"Sudah malam, ya."
"Aku akan ke kamar Tetsuya untuk mengucapkan selamat tidur."
Akashi pun segera ke kamar Kuroko.
Cklek
Tidak di kunci.
"Tetsuya?-
He? Sudah tidur?."
Baru Akashi memasukkan kepalanya untuk melihat Kuroko, ternyata malaikatnya sudah tertidur.
Akashi melangkahkan kakinya ke atas ranjang, merebahkan diri di samping si biru.
Akashi saat ini sedang memandang lekat Kuroko. Sedikit senyum ia sunggingkan.
"Pasti kau lelah, ya. Selamat malam Tetsuya. Semoga mimpimu indah."
Akashi tersenyum lagi. Entah, semenjak ia bertemu Kuroko, bibirnya seakan tak mau berhenti untuk tersenyum.
Akashi melingkarkan tangannya di pinggang Kuroko, dan memejamkan matanya.
Mungkin malam ini Akashi akan tidur dengan nyenyak, mengingat ia sekarang sedang tidur dengan Kuroko. Garis bawahi ya, hanya tidur saja. Tidak ngapa ngapain kok:D
-🌻-
5.25
Kuroko merasa seperti ada sesuatu di perutnya.
Setelah membuka matanya, Kuroko hampir saja berteriak.
Apa ini?Kenapa Akashi bisa tidur di sini?!.
Merasa terganggu, Akashi ikut membuka matanya.
"Oh, Ohayou, Tetsuya."
"Y-ya, Kenapa kau bisa di sini?."
"Aku tidak bisa tidur tadi malam. Makannya aku ke kamar Tetsuya saja."
Akashi memang seorang pendusta.
Tak apa berbohong demi kebaikan, kan?.
"Baiklah aku akan memanaskan masakan tadi malam. Apa Sei-kun ingin sesuatu?."
"Buatkan saja aku kopi dengan gula setengah sendok makan."
"Sei-kun tidak suka manis?."
"Tidak, tapi kalau kau, aku suka."
Akashi tersenyum manis.
Tolong, ini masih pagi untuk membuat jantung anak perawan berdegup dengan cepat.
Kuroko mencuci mukanya, menggosok gigi dan langsung pergi ke dapur.
Ia memanasi makanan dan membuatkan kopi untuk Akashi.
Tak butuh waktu lama, sekarang Kuroko kembali ke kamarnya. Ingin mandi dan bersiap untuk kuliah.
Kuroko mengunci pintu. Tak mau Akashi tiba tiba masuk seperti kejadian di Apartementnya.
"Bahkan kamar mandi ini luasnya dua kali lipat dari kamar mandiku. Tempat ini benar benar besarnya tak main main."
Kuroko sudah selesai.
Tok tok
"Tetsuya, kau di dalam?."
"Ya, aku akan segera turun."
"Baiklah."
Kuroko langsung buru buru pakai bajunya. Pasti Akashi akan segera berangkat kerja.
Kuroko langsung turun ke bawah untuk sarapan bersama.
"Sei-kun? Di mana tas kantormu? Lalu, kenapa kau belum memakai pakaian kerjamu?."
Kuroko terheran heran melihat Akashi yang masih menggunakan baju santai itu.
"Aku akan berangkat siangan. Ingin mengantarmu ke tempat kuliahmu."
"Oh begi-APA?!."
"Tetsuya, jangan berteriak."
"Sei-kun tidak usah mengantarku! Nanti kau diomeli orang tuamu jika berangkat telat."
"Tenang saja, aku tidak akan membangkrutkan perusahaan hanya karena aku berangkat telat satu hari saja."
"Umm, aku sungguh tak apa berangkat sendiri, jadi kau-"
"Aku ingin mengantarmu. Sudahlah ayo makan, aku sudah lapar."
Kini Akashi mendudukkan Kuroko di kursinya, dan Akashi duduk di depannya.
Mereka makan dalam diam.
"Sei-kun, benar tidak apa kalau berangkat lebih siang dari biasanya?."
Kini Kuroko dan Akashi sudah di ruang tengah. Sedang menonton tv bersama.
"Tetsuya tenang saja. Aku kan hanya datang siang hari ini saja kok."
Akashi mencubit gemas pipi Kuroko, dan tertawa melihat wajah lucu si biru.
-tbc🌻-
Vote komen nya sahabat.😊
.🌻.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top