Pergi
Sampai kamu tersadar,
Bahwa kehilangan itu menyakitkan.
-🌻-
Hatiku,
Rasanya telah hancur berkeping-keping.
-🌻-
"Ugh, kepalaku rasanya pusing sekali."
Sepertinya Akashi terlalu banyak minum.
Walau terlihat berwibawa, ia juga seorang manusia yang ingin stresnya ingin menghilang juga.
"Akashi-san?."
"Umh, kau..siapa?."
Pandangan Akashi perlahan kabur.
Sampai akhirnya pandangannya menjadi gelap.
-🌻-
8.20
Akashi mengerjapkan matanya.
Pusing.
'Di mana ini?.'
Ini bukan kamarnya maupun kamar Kuroko.
Pandangannya mengedar ke segala arah.
Sampai ia menemukan Sekretarisnya di sampingnya.
Yang hanya terbalut selimut.
'Jangan bilang..'
"Furihata? Kenapa kau di sini?!."
Merasa terganggu, lelaki yang mempunyai nama Furihata Kouki itu terbangun.
Ia sadar tubuhnya hanya terbalut dengan selimut saja.
Ia langsung merapatkan selimut ke tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan?!."
Kali ini Akashi menaikkan nada suaranya.
"A-aku..m-maafkan aku, Akashi-san! A-aku tidak bermaksud-"
"Segera undurkan dirimu dari kantorku."
Furihata tersenyum kecut.
Memang ia salah sudah melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan.
"Baiklah."
Akashi segera memakai pakaiannya, dan bergegas pulang.
-🌻-
Boleh di play kok buat nemenin kamu baca:)
...
Setelah sampai di Mansion nya, Akashi buru buru memencet password.
Dia menemukan si biru yang sepertinya tengah menunggu dirinya dengan kedua tangan menopang dagunya dengan khawatir.
Perhatian Kuroko langsung teralihkan saat pintu Mansion telah dibuka.
"Tetsuya, maafkan aku--"
"Darimana saja?."
Nada dingin langsung menginterupsi ruangan tersebut.
"Tetsuya, ada apa?kenapa kau-"
"Kutanya, dari mana dirimu, Sei-kun?."
Kali ini penuh penekanan.
Kuroko sudah tidak bisa menahan amarahnya.
"Kau bilang akan pulang sedikit telat. Bahkan ini sudah sangat telat!."
"Tidur di mana semalam dirimu?."
Bertanya lagi. Seakan Kuroko belum puas karna belum mendapat jawaban.
"..."
Akashi tengah dilanda kebingungan.
Apa dia harus bilang bahwa tadi malam dirinya tidur dengan orang lain?.
"Tetsuya, maaf.."
Akashi tidak tau harus berbicara apa. Ia hanya bisa melontarkan kata maaf.
Kuroko tersenyum kecut.
"Jadi benar ya, dugaanku."
"Semalaman aku menunggumu. Berdoa kepada Tuhan, agar pikiran buruk itu tidak benar benar terjadi. Sayang sekali, sepertinya aku sedang tidak beruntung."
"Jadi seperti itu kelakuanmu, Akashi-kun? Sejak kapan? Sudah berapa banyak yang kau ajak bercinta? Apa itu nikmat? Menyenangkan? Memabukkan?,
Maaf karena aku tidak bisa memberikan kenikmatan itu padamu-
Kuroko bergegas ke kamarnya, memasukkan baju bajunya ke dalam koper, dan ingin segera pergi dari Mansion Akashi.
Aku pergi, tolong jangan cari aku. Aku sedang tidak ingin melihatmu. Semoga dengan kepergianku, kau bisa merenungkan kembali perbuatanmu itu."
Akashi masih mematung. Rahangnya mengeras. Ia tidak tahu harus mulai menceritakannya darimana. Ia juga tidak bisa menahan Kuroko agar tidak pergi. Ia tau ia salah, sangat tau. Hatinya sakit, tapi, lebih sakit hati kekasihnya kan?yang mengetahui dirinya bercinta dengan orang lain. (baca: gebetan, calon istri). Akashi emang suka ngaku ngaku.
Akashi hanya bisa membiarkan Kuroko pergi. Ia tidak sanggup menahan Kuroko.
Bahkan, untuk memanggil namanya saja, sepertinya Akashi tidak sanggup.
Kuroko mati matian menahan tangisnya yang akan pecah saat berbicara dengan Akashi.
"Kenapa dia sangat tega kepadaku hiks."
Pecah. Kuroko sudah tidak kuat menahan air matanya lagi. Sungguh, hatinya sakit sekali.
Kuroko ingin ke rumah Ibunya. Ia ingin jauh jauh dari Tokyo untuk sementara waktu. Ia ingin sekali menenangkan pikirannya.
Tapi sebelum itu lebih baik Kuroko kembali ke Apartement nya dahulu. Ia pun memesan GrabCar.
-🌻-
Setelah sampai di Apartement, Kuroko merebahkan dirinya, kembali terisak mengingat kejadian yang baru menimpanya.
"Kau bodoh, Tetsuya. Kau mencintai seorang lelaki sepertinya?Bahkan dia lebih bajingan dari seperti yang kukira."
"Hiks, sakit sekali rasanya."
Kuroko masih menangis, rasanya ia belum bisa menerimanya. Ini sangat tiba tiba.
Sepertinya Nigou ikut merasakan kesedihannya. Buktinya, kini Nigou sedang menatap Kuroko denga mata yang menandakan bahwa dia ikut bersedih jika tuan nya bersedih.
Kuroko membawa Nigou ke dalam pelukannya. Nigou menjilati air mata yang turun dari mata Kuroko. Seakan tidak diperbolehkan untuk menangis lagi.
"Baiklah baiklah aku tidak menangis lagi."
Kuroko berhenti menangis. Ia memesan Tiket ke Kyoto menggunakan kereta shinkansen. Perjalanannya jam 5 sore. Masih ada sekitar 2 jam lagi untuk berkemas.
Kuroko mulai mengemasi barang barang yang akan ia bawa nanti.
Tak lama bel Apartement berbunyi.
Ia berharap bukan Akashi yang menghampirinya.
Cklek
"Ya?-"
"Kurokocchi?apa kau baik baik saja?kenapa matamu membengkak?apa kau habis menangis?."
Itu Kise-kun.
"Tidak, aku tidak baik baik saja, Kise-kun."
Suaranya bergetar, tangisnya hampir pecah lagi. Kenapa ia cengeng sekali kali ini?.
"Baiklah, ceritakan di dalam saja."
Kise mengerti, Kuroko pasti sedang ada masalah.
Kise masuk ke dalam Apartement Kuroko.
Kise yang melihat Kuroko sedang berkemas kebingungan.
"Kurokocchi, apa kau akan pergi?."
"Ya. Aku ingin ke Kyoto."
"Ada apa?ingin bercerita sesuatu padaku?."
Kali ini Kise sedang duduk di hadapan Kuroko. Tangannya mengelus lembut surai si biru.
Bukannya menceritakan, Kuroko malah kembali menangis. Kise yang mengerti akan perasaan Kuroko, kini memeluknya.
Ia berharap Kuroko ingin membagi kesedihannya.
"Baiklah, jika belum ingin cerita tak apa. Aku tau pasti ada hubungannya dengan Akashi. Menangislah dulu sepuasmu."
Kise mengusap pelan punggung Kuroko yang bergetar. Makin memeluk erat si biru, saat tangisnya makin hebat.
Kini Kuroko melepas pelukannya.
"Sudah?."
Kuroko mengangguk.
Saat mata Kuroko dipejamkan, Kise mengecupnya lembut.
"Jangan terlalu larut dalam kesedihanmu, ya."
"Terima kasih, Kise-kun."
"Jadi, jam berapa kau akan pergi?."
Kise melihat kalau barang yang sedang dikemasi Kuroko belum selesai sepenuhnya.
"Umm masih 1 jam lagi."
"Baiklah, kau tunggu di sini. Aku akan membelikan sesuatu untuk dimakan di jalan. Lanjutkan mengemasi barangmu."
Kuroko hanya mengangguk. Kise segera keluar dari Apartement Kuroko.
Kuroko kembali mengemasi barang yang akan dibawanya.
Sekitar 20 menit Kise kembali ke Apartement Kuroko.
"Sudah selesai berkemas?."
Kuroko mengangguk.
"Ini, bawalah, untuk di jalan."
Kise memberi sekantong sedang makanan. Ada roti, makanan ringan, Susu, dan lain lain.
"Aku masukkan hadiahmu di sini ya. Buka nya nanti saja saat sudah sampai rumah Ibumu-
Kise memasukkan kotak biru di dalam kopernya.
Dan ini hadiahmu yang lain. Jangan sedih sedih ya."
Kise menyodorkan Vanilla shake yang tadi ia beli di MajiBurger.
Kuroko tersenyum tipis.
"Aku sangat berterima kasih kepadamu, Kise-kun."
"Mau kuantar sampai stasiun?Aku membawa mobil."
"Apa tidak merepotkanmu?."
"Tidak sama sekali. Mari kuantar."
"Ya."
"Tunggu, pertama. Dimana pakaian hangatmu?."
"Di lemari, aku berniat tidak membawanya."
"Tidak tidak-
Kise membuka lemari Kuroko, dan mencari jaket tebal milik Kuroko, dan Syal dan sapu tangan yang waktu itu dibelikannya.
"Baiklah, pakai ini dulu, kalau nanti kedinginan, pakai sarung tanganmu, oke?."
Kise memakaikan Jaket ke tubuh Kuroko, setelah itu memakaikan syal nya.
"Sarung tangannya kumasukkan tas kecilmu ya, berada di paling atas. Nanti kau bisa langsung mengambilnya jika tanganmu kedinginan."
Kuroko mengangguk.
"Ini sudah tidak ada yang tertinggal kan?."
Kuroko mengangguk lagi.
"Baiklah, berangkat sekarang."
Kise menyeret koper yang akan dibawa oleh Kuroko. Sedangkan Kuroko menggendong tas kecil dan Anjing kesayangannya.
Kise langsung melesat menuju stasiun. Di mobil Kuroko hanya diam saja. Kise yang melihat temannya sedih merasakan kesedihannya juga. Kesedihan yang mendalam.
Jujur saja, perhatian ini ia beri bukan sekedar bahwa Kuroko adalah teman nya. Tidak seperti itu, ada perasaan lain yang tumbuh di hatinya.
Meski Kise sudah bersama Aomine, tapi rasa ini tidak bisa ia sangkal.
Ia sangat terkejut saat tadi mendapat kabar bahwa Kuroko akan pergi. Saat ke Apartement nya, ternyata memang benar. Kuroko dengan mata sembabnya, dan barang barang yang sudah ia siapkan untuk dibawa pergi.
Sungguh Kise tidak tau apa masalahnya, tapi pasti ini ada hubungannya dengan Akashi.
Karena sebelum Akashi datang ke dalam kehidupan Kuroko, Kise tidak pernah melihat Kuroko sesedih ini.
Sekelibat perasaan benci kepada Akashi pun muncul. Ia bahkan berusaha keras untuk membuat Kuroko tertawa, tapi apa ini?Kuroko yang sekarang bahkan keadaannya sudah lebih dari kacau.
Tak lama mereka sampai di stasiun, dan Kuroko langsung menyeret kopernya ke dalam kereta.
"Baiklah, terima kasih banyak Kise-kun. Aku pergi dulu."
"Hati hati. Kabari aku jika sudah merasa baikan."
"Ya."
Tangan Kise menahan tangan Kuroko.
Hanya diam, menatap mata biru indah yang cahayanya mulai meredup di depannya.
"Kurokocchi, bisa berikan aku pelukan terakhir?aku takkan memintanya lagi lain kali."
"Umm, baiklah."
Kuroko memeluk Kise, Kise pun mendekap Kuroko, sangat erat. Seakan tak ingin membiarkan Kuroko pergi kemana mana.
"Jangan lama lama perginya ssu. Nanti aku merindukanmu ssu."
Kini Kise sudah melepaskan pelukannya, dan memandang Kuroko dengan memelas.
"Kise-kun, kenapa kau jadi ikutan menangis?."
Kuroko melihat sedikit air mata yang akan turun.
"Aku tidak akan lama. Hanya ingin menenangkan diri saja, kok. Sudah ya, Kise-kun aku pergi dulu."
"Hati hati, Kurokocchi."
Kuroko mengangguk. Dan pergi meninggalkan Kise.
Tak lama kereta yang dinaiki Kuroko pun berangkat menuju tujuan.
Kise pun kembali ke rumahnya.
-tbc🌻-
Vote komen nya sahabat.😊
Hayolo Tet-kun pergi.😿
Akashi kenapa kamu baka.🙅
Kan Tet-kun jadi pergi.🙅
Aku gemes pengen belokin jadi KiKuro aja.😿
Ah aku gakuat mau benerin chapt ini, ngantuk banget😂 Maaf ya kalo ada typo.😿
.🌻.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top