Kembali
Aku membutuhkanmu
.
Sangat hancur rasanya tanpa dirimu yang selalu melengkapiku,
Aku merindukanmu,
Kumohon kembali padaku...
Aku berjanji akan menjagamu dengan baik,
Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi,
Maka dari itu,
Kumohon. . .
-🌻-
Ini sudah hampir satu bulan Akashi di tinggal pergi Kuroko.
Rasanya sangat sakit.
Dingin.
Tidak hangat, seperti dulu saat Kuroko masih ada di sisinya.
"Ternyata aku memang benar benar bodoh, ya."
Akashi menyesal.
Tapi, sungguh,
Ia tidak berniat menyakiti hati kekasihnya. (Baca: gebetan, calon istri).
Bahkan keadaan Akashi saat ini sudah sangat berantakan.
"Aku merindukanmu, Tetsuya."
Air mata sudah berlomba lomba untuk jatuh.
"Kapan kau kembali?."
Akashi terisak kecil.
Rasanya sangat sakit.
Ia butuh Kuroko.
Ia tidak bisa jika tidak ada Kuroko di sisinya.
"Aku..aku sangat menyesal, Tetsuya. Kumohon cepat kembali."
Akashi tidak bisa.
Ia sangat butuh si birunya.
Ia butuh kehangatan dari Kuroko.
Sekarang, yang ada hanya rasa dingin menyelimuti dirinya.
Ia tidak suka.
"Kumohon kembalilah.."
Bahkan Akashi tidak tau sudah berapa kali ia memohon agar Kuroko kembali.
"Sesakit ini rasanya saat kehilangan dirimu."
Akashi merasa saat ini dirinya adalah manusia terbodoh yang pernah ada.
Ia ingin mengejar miliknya, tapi tidak bisa.
Bahkan Akashi sudah mempersiapkan mentalnya, jika nanti Kuroko membencinya.
-🌻-
Kuroko saat ini sama hancurnya dengan Akashi.
Sebenarnya ia tidak rela meninggalkan Akashi,
Tapi, rasanya sangat sakit dikhianati dengan cara seperti itu.
Ia butuh menenangkan pikirannya.
Tok tok
"Sayang, makanlah. Kau sangat jarang makan akhir akhir ini."
Kantung mata terlihat tidak bagus untuk wajah Kuroko.
Kuroko sangat sulit untuk tidur, rasanya ia ingin terus menangis sampai perasaannya membaik.
Bahkan untuk makan pun, Ibunya harus memaksanya dan sedikit mengancam agar Kuroko mau makan.
Kulit putih nya semakin memucat. Membuat Kuroko seperti mayat hidup.
"Sayang.."
Cklek
Kuroko membuka pintunya.
Ibunya melihat tatapan kosong dari mata anaknya.
Kuroko menunduk, tak ingin menunjukkan kekacauannya kepada sang Ibu.
"Apa dirimu masih belum tenang?."
Bahkan ini sudah hampir satu bulan saat Kuroko tiba di rumahnya sehari sebelum tanggal ulang tahun nya, dengan menangis dan memeluk Ibunya.
Kini Ibunya mengelus lembut surai si biru.
Hatinya seakan ikut sakit melihat anaknya seperti ini.
Kuroko terisak kembali.
"Ibu.."
Tak butuh waktu lama untuk menyadari, Ibunya memeluknya.
"Menangislah."
Bahkan Ibunya mempersilakan dirinya untuk mengeluarkan kesedihannya.
Sudah satu bulan ini, Kuroko selalu mengurung dirinya di kamar.
Bahkan ia belum menceritakan masalahnya dengan sang ibu.
Kuroko merasa hangat.
Pelukan yang diberi Ibunya, sangat hangat.
Tak lama Ibunya melepas pelukannya.
Kuroko sedikit tidak terima.
"Makan, ya? Kau terlihat sangat kurus, sayang."
Sepertinya Kuroko memang kehilangan beberapa berat badan nya.
"Umm."
Kuroko mengambil nampan makanan yang terduduk di lantai.
"Aku di dalam ya bu. Terima kasih."
Kuroko sedikit tersenyum, dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
Makanan yang diberi Ibu nya hanya ia pandangi dengan tatapan kosongnya.
Pikirannya mengalir entah kemana.
Yang ia pikirkan saat ini hanyalah si merah yang sudah membuatnya seperti ini.
"Apa Sei-kun bahagia tanpaku?."
Tiba tiba saja kata kata itu terlontar dari bibirnya.
"Bahkan kau bisa melakukannya sesukamu sekarang, tanpa harus memikirkanku."
Kuroko menggigit bibirnya sendiri.
"Kenapa rasanya sakit sekali, ya?."
Suaranya bergetar.
"Apa semudah itu kau menyakitiku?."
Kuroko mencintai Akashi. Ya, dia baru menyadari perasaannya sendiri. Rasa sakit saat dikhianati, Kuroko menyadarinya. Dia tidak bisa menyangkal perasaannya.
Tak lama tangisnya pun pecah.
Kemudian hp Kuroko bergetar, menandakan ada yang menelpon nya.
Kuroko menghapus air matanya. Mendapati nomor yang tidak ia kenal menghubunginya.
"Halo?."
"..."
"Halo?."
Kuroko tidak mendengar suara si penelpon.
'Apa salah sambung ya?'
Tak lama, ia mendengarnya.
"H-halo, apa benar ini Kuroko Tetsuya?."
"Ya, benar. Maaf tapi kau siapa?."
"Umm aku.."
Orang itu berhenti berbicara.
Kuroko penasaran.
'Ada apasih dengan dirinya?.'
"A-aku, Sekretaris nya Akashi-san. Dan waktu itu kami..kami tidak sengaja melakukannya. Sungguh, aku minta maaf padamu."
Apa katanya?.
Melakukan apa?.
Tunggu, apa jangan jangan?.
"Maksudmu, kau orang yang melakukan itu dengan Sei-kun?."
"Y-ya."
Rahangnya mengeras.
Untuk apa orang itu menghubunginya?.
"Kuroko, aku akan sharelock sebuah cafe padamu setelah ini. Pukul 7 malam, Aku ingin berbicara padamu."
Apa dia akan berbicara bahwa dia akam merebut Akashi darinya?.
Atau dia ingin Kuroko pergi dari Akashi?.
Atau?--
"Aku tidak akan merebutnya darimu. Jika kau tidak mau datang tak apa. Aku tau aku salah, maka dari itu aku mau membicarakannya padamu secara langsung. Aku akan menunggumu."
Dimatikan.
Kuroko harus bagaimana?.
"Apa aku pergi saja, ya?."
Kuroko belum tau alasan mengapa Akashi melakukannya.
Karna waktu itu dia tak memberikan Akashi kesempatan untuk menjelaskan.
Apa ia harus bertanya pada Kise?.
Kuroko bingung.
Akhirnya dia menghubungi Kise.
"Halo, Kise-kun."
"KUROKOCCHII!! HUAAA KAU MENELPONKU! AKU LEGA SEKALI, PESANKU SUDAH LAMA SEKALI TIDAK PERNAH KAU BALAS, AKU KHAWATIR SEKALI PADAMU HUHUHU."
Astaga.
Rasanya gendang telinga Kuroko akan pecah.
Kenapa sih teman nya yang satu itu sangat berisik?.
"Kise-kun, jika gendang telingaku rusak, kau ingin tanggung jawab?."
"Maaf ssu, habis aku khawatir sekali padamu. Jadi, apa Kurokocchi sudah baikan?."
"Sepertinya, belum."
"Lalu, kenapa Kurokocchi menghubungiku?."
"Ano, aku barusan di telpon oleh seseorang yang ada hubungannya dengan Akashi-kun. Katanya dia ingin bertemu denganku dan menjelaskannya secara langsung nanti malam. Aku bingung Kise-kun, apa aku harus datang atau tidak?."
"Datanglah jika kau ingin tau kebenarannya."
"Tapi, jika dia berbohong?."
"Tidak mungkin dia membohongimu. Buktinya dia sudah mau mengabarimu dan mengajakmu bertemu untuk bicara. Jika dia berbohong atau macam macam denganmu, bilang aku ssu!."
"Aku takut kecewa setelah mendengar penjelasan darinya--"
Kuroko berhenti sejenak, dan menunduk sambil meremat celana yang ia gunakan.
"Aku takut, aku tidak bisa menerima Akashi-kun kembali."
"Aku harus bagaimana, Kise-kun?."
Hening cukup lama.
"Tak apa jika Kurokocchi kecewa, setidaknya memang itulah kebenarannya. Urusan kau bisa menerimanya kembali atau tidak, tanyakan pada hatimu setelah mendengar penjelasan darinya. Jika hatimu berkata tidak, maka tidak usah kau menerimanya kembali."
Seulas senyum Kise berikan dari seberang telpon.
Setidaknya, kalau Kuroko bahagia, dia akan ikut bahagia.
"Kise-kun terima kasih banyak."
"Sama-sama, jangan lupa kembali ke Tokyo! kau bahkan sudah absen kuliah selama sebulan ssu!."
"Aku akan menyelesaikan masalah ini dulu, dan kembali jika aku ingin."
"Baiklah, kututup ya. Tolong jangan menyakiti dirimu sendiri.karna masalah ini. Makan dengan teratur! Tidur lah agar kau bisa beristirahat! Jangan terus terusan menangis!."
Disaat seperti ini, sepertinya Kise menjadi orang yang tepat untuk diajaknya mengobrol.
Ia sedikit menenangkan Kuroko.
"Baiklah baiklah, Kise-kun. Kututup ya."
"Kurokocchi, cepat kembali ssu!."
Seulas senyum terukir di wajah Kuroko.
"Ya. Sampai nanti, Kise-kun."
Kuroko menutup telpon nya.
Ia lihat beberapa pesan masuk seperti dari Kise, Kagami, Hyuuga, dan Akashi.
Mereka mencari Kuroko.
Kuroko tak berniat membalas pesan mereka satu pun.
"Sebaiknya aku makan dan bersiap dulu."
Kuroko menyalakan musik di Hp nya, dan dia makan.
Setelah makan dia membersihkan diri.
Dan datang di cafe yang sudah mereka janjikan.
"Kuroko, di sini."
Seseorang melambaikan tangannya.
'Aku benar benar tidak mengenalnya.'
Kuroko menghampirinya. Dan duduk di depan nya.
"Kukira kau tak akan datang."
Laki laki di depannya tersenyum canggung.
"Namaku Furihata Kouki. Aku, mantan Sekretaris Akashi-san."
"Mantan?."
"Ya, jadi, malam itu saat aku merayakan ulang tahunku di bar sekitaran kantor, aku menyewa bar tersebut, lalu aku mengundang semua rekan kantor, termasuk Akashi-san. Saat itu, mungkin Akashi-san banyak minum, sehingga ia mabuk dan tak sadarkan diri. Aku membawanya ke Hotel di dekat sana. Jujur saja aku mencintai Akashi-san. Kau tau? Aku ingin dia menjadi milikku. Jadi, malam itu, aku memancingnya. Dan sepertinya dia terpancing. Seperti itu pikirku, tapi ternyata aku salah."
Kuroko menaikkan sebelah alisnya, dia masih belum mengerti.
"Jadi?.".
Lelaki itu menunduk.
"Saat ingin melakukannya, mungkin yang ada di matanya, pikirannya, bahkan hatinya, cuma dirimu."
"Tidak mungkin."
Dan kembali menengadah untuk melihat Kuroko.
"Bagaimana tidak mungkin? Bahkan saat sedang bercinta dengan orang lain, dia masih sempat melontarkan namamu. Saat itu juga, aku tersadar. Aku bukanlah orang yang Akashi-san inginkan. Lalu aku menyudahinya, saat pagi tiba, Akashi-san tau aku telah melakukan sesuatu, dan dia menyuruhku berhenti saat itu juga."
Kuroko menatap tak percaya orang di depannya.
"Jadi, kau tidak melakukannya dengan Akashi-kun?."
"Tidak sampai ke permainan inti."
"Jadi, apa sekarang kau ingin kembali ke Tokyo dan kembali kepada kekasihmu itu? Kurasa dia sedang hancur karena kepergianmu. Kudengar, dia mengacaukan 1 minggu kerja nya, dan dia sudah mengambil cuti selama 3 minggu karna dipaksa Ayahnya. Mungkin dia membutuhkanmu."
Apa yang Kuroko pikirkan?.
Apa Akashi se sayang itu terhadap dirinya?.
Kuroko tersenyum.
"Ah, ternyata aku sama bodohnya dengan dirinya."
"Jadi?."
"Tentu saja aku akan kembali kepadanya. Terima kasih, aku yakin kau orang yang baik. Semoga kelak kau menemukan orang yang dapat mencintaimu dengan tulus."
Kuroko sudah berdiri dari kursinya.
"Maafkan aku karna sudah menghancurkan kalian berdua ya, Kuroko."
"Tak apa. Aku akan menyelesaikannya."
"Aku pergi dulu."
Kuroko langsung pergi.
Ia ingin cepat cepat menemui Akashi.
Ingin meminta maaf padanya.
Ingin memeluknya.
Kuroko memesan Kereta, satu jam lagi ada yang akan berangkat.
Kuroko bergegas kembali ke rumah ibunya, dan membereskan barang barangnya.
"Ibu, aku akan kembali ke Tokyo. Nanti kuceritakan masalahku jika sudah selesai ya bu. Terima kasih ibu selalu memperhatikanku selama aku di sini. Aku menyayangi ibu."
Kuroko mencium kedua pipi ibunya dan bergegas pergi.
'Sepertinya dia telah menemukan cara untuk menyelesaikan masalahnya.'
Ibunya tersenyum melihat anaknya.
Kuroko bergegas menuju stasiun.
Ngomong ngomong, hadiah dari Kise belum dia buka.
Dia sangat lupa.
Setelah Kuroko sampai di kereta, Kuroko mencari hadiah dari Kise.
Dilihatnya kotak hijau tosca, dan mengambilnya.
(Eh bener gak sih warnanya?:v)
Kuroko membukanya.
"Ini lucu sekali."
Kuroko tersenyum senang.
Ia mengambil foto dan mengirimnya ke Kise.
Cuya~
You send a picture.
Kise-kun, terima kasih atas hadiahmu.(^^)
Aku akan segera kembali.
Kuroko menaruh Hp nya di sakunya saat kereta yang ia tumpangi sudah mulai melaju.
-tbc🌻-
Akutu gabisa bikin konflik lama lama hiks.
Gatega jauhin Anak kucing sama Anak singa lama lama.😭
Yey Tet-kun kembali!
Hip Hip, Uhuy!
•Jelly'Baby-
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top