Aku pulang
🚫Warn.
-
Pada akhirnya,
Aku akan kembali ke dalam dekapanmu lagi.
. . .
22.10
Di sini Kuroko sekarang. Di depan Mansion Akashi.
"Sial, dingin sekali."
Kuroko lupa membawa baju hangatnya karna terburu buru tadi.
Kuroko segera masuk dan memencet bel.
Tak ada tanda tanda kehidupan di dalamnya.
Setelah memencet bel beberapa kali, Akhirnya pintunya dibuka.
Cklek
Di balik pintu yang besar, menampilkan Akashi yang sudah sedikit kacau.
Perlahan matanya menatap mata Kuroko. Dan melebarkan matanya.
"Tetsuya?."
"Sei-kun, aku pulang."
Kuroko tersenyum.
Akashi mengelus pipi Kuroko.
Dingin.
"Tetsuya? Apa benar ini kau? Kau nyata? Kenapa wajahmu sangat dingin?."
"Tentu saja aku nyata. Dan, aku lupa membawa pakaian hangatku."
Akashi langsung mendekap Kuroko, erat.
Sungguh, Akashi tidak tau harus tersenyum bahagia atau menangis saat ini.
Akashi bahagia sekali saat Kuroko kembali.
"Tetsuya, selamat datang. Aku sangat merindukanmu."
Akashi terisak pelan.
Kuroko yang menyadarinya, mengusap lembut punggung Akashi.
"Maafkan aku ya, Sei-kun. Aku tidak akan pergi kemana mana lagi."
"Tetsuya, maafkan aku, sungguh, aku tidak melakukannya atas kemauanku, kumohon.."
"Ya, aku tau."
"Darimana?."
"Sekretarismu."
"Dia sudah bukan Sekretarisku lagi."
"Aku tau."
Hening.
Mereka hanya sedang saling mendekap, menyalurkan perasaan rindu yang telah tertahan selama satu bulan ini.
"Tetsuya, maafkan aku. Bawa aku ke dalam hatimu kembali. Kumohon."
Kini Akashi sedang menggenggam kedua tangan Kuroko dengan tatapan memohon.
Ia ingin kembali bersama dengan Kuroko.
Tak ingin terpisah lagi.
Sangat menyakitkan rasanya.
"Sejak dulu kau memang berada di sini. Sampai sekarang pun kau masih berada di sini."
Kuroko menunjuk ke arah hati nya berada.
"Maafkan aku, aku akan menjaga perasaanmu kali ini. Aku tidak ingin kau pergi lagi, aku tidak akan melepasmu, aku tidak ingin kehilangan lagi. Itu sangat buruk."
"Baiklah aku akan pegang kata katamu. Jangan menyakitiku lagi, atau aku tidak akan pernah kembali lagi kepadamu."
Akashi mengangguk.
Menyatukan kening mereka.
Dan kemudian Akashi mengecup bibir yang sudah sangat ia rindukan selama ini.
Kecupan itu berubah menjadi ciuman.
Akashi mulai melumat lembut bibir yang sangat ia rindukan.
Dia sudah tidak bisa menahannya.
Kuroko sedikit berjinjit dan mengalungkan lengannya di leher Akashi.
Akashi memeluk pinggul Kuroko.
Kuroko menerima semua kecupan, hisapan, emutan dan gigitan yang diberi Akashi dengan senang hati.
Lama sekali Akashi mencium Kuroko.
Sampai Akashi menyadari bahwa Kuroko mulai susah untuk bernafas.
Ia melepaskan pagutan mereka berdua.
Menyatukan kening mereka, dan mengecup bibir Kuroko sekali lagi sebelum benar benar mengakhiri kegiatan mereka berdua.
"Terima kasih, Tetsuya. Kau akan kembali tinggal di sini,bukan?."
Kuroko mengatur nafasnya yang masih terengah. Menghirup udara banyak banyak.
"Ya, aku akan kembali ke sini jika Sei-kun mau."
"Tentu saja aku menerimamu dengan senang hati."
"Jadi, mari kita lihat Tuan kita satu ini. Kenapa kau sangat berantakan?kau jelek dengan kantung mata itu. Lalu--apa apaan, kau benar benar berantakan, Sei-kun."
"Aku benar benar hancur saat kau tidak ada--Keadaanmu sendiri pun sama sepertiku. Bahkan, sekarang kau sedikit kurusan. Pasti kau jarang makan, kan?."
Kali ini Akashi yang berbicara.
"Tentu saja itu karenamu, bodoh."
Kuroko mendengus kesal.
Kesal sekali ia dengan si merah.
"Ih lucunya, sudah lama aku tidak melihatmu marah. Masih lucu seperti dulu ternyata."
"Kau tidak ingin mempersilakan ku masuk?."
Heh?.
Astaga, Ternyata mereka masih di depan pintu.
Akashi kira mereka sudah masuk.
"Kukira kita sudah masuk, Tetsuya. Maafkan aku, silakan masuk."
Akashi terkekeh dan menyuruh Kuroko memasuki Mansion nya.
Sedikit berantakan.
"Berantakan."
"Karna kau tiba tiba pergi, aku jadi susah memasak, memanggang roti pun gosong, jadi aku delivery makanan, aku tidak membersihkan rumah, aku jarang mandi, aku susah tidur, pekerjaan ku berantakan, aku-"
"Buruk sekali. Ternyata kau memang tidak bisa apa apa tanpaku."
"Memang benar."
Akashi tersenyum.
Memang itu kenyataannya.
Dia tidak bisa jika tanpa Kuroko.
"Makannya jangan melakukan hal bodoh lagi. Dasar bodoh."
Rasanya Kuroko puas sekali saat mengata ngatai Akashi.
Ia ingin mengeluarkan semua kekesalannya kepada seseorang yang telah membuatnya kesal itu.
"Tetsuya jadi kasar sekali kepadaku."
"Salahmu sendiri membuatku kesal. Tidak salah dong jika aku mengeluarkan semua kekesalanku padamu."
"Sudahlah Tetsuya, aku minta maaf, aku masih rapuh, tolong jangan memarahiku terus terusan."
"Aku tidak peduli. Aku lelah, perjalanan dari Kyoto ke Tokyo bukanlah perjalanan pendek. Kau taukan perjuanganku bisa sampai sini?."
"Ya, aku tau. Aku akan temani Tetsuya tidur. Sudah lama aku tidak bisa tidur nyenyak, jika Tetsuya tidur di sampingku, pasti aku akan bisa tertidur dengan sangat nyenyak."
"Memangnya aku apa? Obat tidur?."
"Malaikatku yang paling manis. Aku menyayangimu."
"Ya baiklah baiklah, cepatlah jika Sei-kun ingin tidur denganku."
Kuroko membawa kopernya kembali ke kamar Kuroko.
"Kamar ini tidak berubah."
Masih seperti saat Kuroko tinggal di sana.
Semua tertata dengan rapih.
"Aku tidak merubahnya sama sekali. Aku berharap kau akan kembali."
"Dan aku kembali. Maaf saat itu aku tiba tiba pergi, aku kesal sekali, saat itu pikiranku kacau, maafkan aku, Sei-kun."
"Seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku yang salah, berhentilah meminta maaf seolah kau yang salah."
Akashi menarik tubuh mungil di hadapannya, dan menciumnya kembali.
Sungguh, ia rindu sekali dengan Kuroko.
"Aku sangat merindukanmu."
Akashi kembali melumat bibir Kuroko.
Kuroko tersenyum di sela ciuman mereka, dan mengalungkan lengannya kembali di leher Akashi.
"Aku juga."
Kuroko membalas ciuman Akashi.
Mereka saling menghisap, dan mengemut. Seakan mereka sedang memakan lolipop.
Akashi menggigit bibir bawah Kuroko dengan tiba tiba, membuat Kuroko tersentak dan membuka mulutnya.
"Ahn!."
Dengan tanpa permisi, Lidah Akashi memaksa masuk.
Mengajak lidah Kuroko bermain.
Kini ciuman mereka menjadi ciuman panas.
Kuroko tidak terlalu bisa mengimbangi ciuman itu, dia lebih banyak pasrah daripada membalas perbuatan Akashi.
Ia belum terbiasa.
Tangan Akashi merambat masuk ke dalam kemeja yang dikenakan Kuroko.
Mengelus perut rata Kuroko.
Sensasi geli membuat tubuh Kuroko sedikit merinding.
Tangan Akashi terus naik, mencari sesuatu di dadanya.
Sebuah benjolan yang ada di dada Kuroko.
Ketemu.
Dia mengelusnya, memainkannya, bahkan memilinnya, membuat si biru reflek memajukan dadanya.
Rasanya Kuroko seperti sedang terbang.
"Ng ahh--"
Desahan Kuroko keluarkan dari mulutnya.
Kalau Kuroko boleh jujur, ini nikmat.
Akashi benar benar bisa membuat Kuroko pasrah kali ini.
Bosan hanya bermain dengan bibir Kuroko, kini Akashi berpindah ke perpotongan leher Kuroko.
Mengendus aroma vanilla yang selalu memabukkan.
Akashi mencium perpotongan leher Kuroko, dan menggigitnya.
Tentu saja yang tiba tiba digigit merasa kesakitan.
"Ah! s-sakit!."
Akashi menjilat bekas gigitannya untuk meredam rasa sakitnya.
Tangan Akashi kembali bermain di dada Kuroko, tangan kanannya bergerak mengelus punggung Kuroko.
Mereka benar benar berkeringat.
Walau AC sudah di nyalakan, tetap saja tidak membuat ruangan itu menjadi dingin.
Akashi membuka satu persatu kancing kemeja Kuroko.
Mulutnya mulai turun ke dadanya, dan bermain di sana.
Menjilat, menghisap, dan menggigitnya.
Kuroko merasa dirinya sudah gila karna perbuatan Akashi.
"Ah"
Desahan Kuroko sangat indah, Akashi akui itu.
Desahannya mampu membuat libido Akashi memuncak dan membuatnya ingin menghancurkan Kuroko saat ini juga.
Akashi melepas kemeja yang dikenakan Kuroko, membuangnya entah ke mana.
Lalu Akashi mendorong tubuh Kuroko ke atas kasur.
Kembali menciumi bibir Kuroko dengan rakus.
"Ah mh."
Kuroko kembali mendesah ketika mulut kurang ajar Akashi kembali bermain di dadanya.
"Desahkan namaku, Tetsuya."
Akashi menghisap kedua benjolan pink milik Kuroko seperti anak bayi yang sedang menyusu.
"Mmh, S-sei-kun ahh."
Kuroko menjambak rambut Akashi.
Tubuhnya bergetar kecil kala Akashi menghisap putingnya.
Akashi tersenyum puas mendengar namanya didesahkan oleh Kuroko.
Akashi jadi makin bersemangat untuk menghancurkan Kuroko.
Tangan Akashi turun ke bawah, mengelus paha Kuroko yang masih terbalut celana.
Naik, tangan nya terus naik, sampai tangannya bertemu dengan milik Kuroko.
Akashi mengelusnya dari luar, sepertinya Kuroko sudah tegang.
"Ahh, sei-kun j-janganh seperti itu mhh."
Kuroko tidak bisa.
Akashi terus menggodanya.
Bukankah itu curang namanya?.
Akashi menarik celana yang masih dikenakan Kuroko, dan membuangnya.
Akashi langsung memainkan milik Kuroko.
"Ahh S-sei-kunh emhh."
Kuroko kembali menjambak rambut Akashi saat miliknya tengah dimainkam oleh Akashi.
Tangan Akashi bergerak lihai seperti sedang mengocok minuman agar rasanya merata.
"Ahh, Sei-kun hhh."
Tubuh Kuroko bergetar, sepertinya ia sudah mencapai batasnya.
"Tetsuya ingin keluar hm?."
Akashi mengubah temponya, menjadi semakin cepat.
Dan tak lama Kuroko keluar.
"Sei-kun ahh!."
Akashi tersenyum puas saat Kuroko meneriaki namanya saat sudah mencapai puncaknya.
Akashi menjilati cairan Kuroko.
Asin.
Akashi tersenyum.
Kuroko lemas sekali.
Mereka sama sama sudah dibanjiri keringat.
Akashi melepaskan pakaiannya dari tubuhnya.
Melemparnya.
Dia kembali mencium Kuroko dengan ganas.
Kuroko seakan tak diberi jeda waktu untuk bernafas.
Dia hanya bisa pasrah dengan permainan Akashi.
Lidah Akashi kini sedang bermain main di lubang Kuroko.
Membuat Kuroko tak bisa berhenti mendesah kenikmatan.
"Ahh."
Kuroko semakin mendorong kepala Akashi agar wajahnya lebih mendekat lagi, dan berharap Akashi memainkan lidahnya lebih dalam lagi.
Akashi menyeringai.
"Baiklah, sesuai keinginanmu, sayang. Jangan salahkan aku jika besok tidak bisa berjalan. Karna aku akan menghancurkanmu malam ini juga."
Kuroko tidak peduli lagi.
Mau tubuhnya hancur atau tidak, bisa berjalan atau tidak, ia tidak peduli.
Yang dia inginkan saat ini hanya Akashi.
"Aku enghh, aku t-tidak peduli."
Akashi merasa menang saat Kuroko hanya pasrah dengan permainannya.
Akashi mengganti lidahnya dengan jari jarinya.
Memasukkan jari telunjuknya dengan perlahan.
"Ah!."
"Apa sakit?."
Akashi melihat wajah kesakitan Kuroko.
Kuroko mengangguk, menggigit bibirnya.
Baru dimasuki oleh jarinya saja sudah sakit, bagaimana dengan permainan intinya?.
"Jangan gigit bibirmu. Sebut namaku, sayang."
Akashi melumat bibir Kuroko.
Jarinya menusuk nusuk lubang Kuroko.
Akashi memasukkan 2 jarinya lagi ke dalam lubang Kuroko.
"Ah! S-sei-kun emhh sakitt."
"Akan kubuat nikmat."
Akashi terus mengeluar masukkan jarinya sampai Kuroko keluar lagi.
"Uh, rasanya tenagaku telah terkuras habis."
"Aku bahkan belum memulai permainanku, Tetsuya."
Akashi memutar mutar ujung miliknya di lubang Kuroko.
Membuat Kuroko gila.
"Tetsuya, aku masuk. Cakar aku atau lakukan apapun jika kau merasa sakit."
Kuroko takut.
Dia belum pernah melakukannya.
Apa itu akan sakit?.
"Sei-kun, perlahan, aku baru pertama melakukan--"
"Ahh bodoh! sakit sekali! shh ahh s-sakit, Sei-kun!."
Kuroko tiba tiba berteriak dan reflek mencakar Akashi saat Akashi mulai memasukinya.
Rasanya sakit. Tapi ada sedikit kenikmatan yang ia dapat.
"Maaf."
Akashi menciumi setiap inci wajah Kuroko, dan memasukkan miliknya lagi ke dalam Kuroko.
Sempit.
Kuroko sangat sempit, Akashi harus sedikit menghentakkannya agar bisa masuk sepenuhnya.
Dan membuat Kuroko menjerit kesakitan lagi.
"Ahh! s-sakit, sei-kun, sakit sekali hiks."
Kuroko merasa tubuhnya sedang dihancurkan Akashi.
Sakit sekali saat Akashi mulai menyatukan diri mereka.
Akashi menjilat air mata yang turun dari mata Kuroko, dan mengecup kelopak mata Kuroko.
"Maafkan aku."
"T-tunggu, jangan bergerak dulu!."
Kuroko mengatur nafasnya.
Akashi diam sejenak, membiarkan miliknya terbiasa dulu di dalam sana.
Merasa sudah sedikit lama, Akashi mulai bergerak.
"Aku mulai."
Akashi memaju mundurkan miliknya.
"Ohh, lubangmu sangat nikmat Tetsuya."
Lubang Kuroko masih sangat ketat.
Tapi benar benar nikmat.
Akashi tak bisa menyangkalnya.
Rasa sakit tergantikan dengan rasa nikmat yang membuat Kuroko benar benar gila.
Dirinya terus mendesah kala Akashi semakin menghantam lubangnya.
"Ahh.."
"Desahkan namaku Tetsuya. Akan kubawa kau ke rasa yang paling nikmat yang pernah kau rasakan."
Akashi makin menghentakkan miliknya di dalam sana, mempercepat gerakannya.
Kuroko benar benar gila sekarang.
Dia sudah tidak peduli jika nanti suaranya habis.
Dia hanya ingin mengeluarkan nama Akashi dari mulutnya.
"Nghhh ah S-sei-kun hhh yahh seperti ituh emhhh, anghh shit."
Kuroko benar benar gila dibuat Akashi.
Kuroko mengumpat. Akashi mendengarnya.
"Tetsuya? Kau mengatakan apa tadi?."
"Ah? T-tidak, aku--"
"Anak nakal."
"AH!! S-sei-kun aku, ahh minta maaf, j-jangan seperti ini ahh!."
Akashi tiba tiba saja semakin mendorong miliknya masuk.
"Hukuman untukmu, sayang."
Jujur saja Akashi suka Kuroko dirty talk saat sedang bercinta dengannya.
"Mmh ahh! Apa itu?!."
Kuroko merasa milik Akashi menyentuh sesuatu sesuatu di dalam, kenikmatan yang sangat nikmat.
"Jadi di sana hm?."
Akashi menemukan titik kenikmatan nya.
Dia terus mendorong miliknya mengenai titik kenikmatan Kuroko.
"Ahh ah S-seih-kun ahh shh ah."
Kuroko terus meracau kala Akashi makin mengubah temponya.
Kuroko akan sampai.
"Sei-kun emhhh."
Kuroko menjambak rambut Akashi.
Akashi menyadarinya, dan makin mempercepat gerakannya.
Dia terus menusukkan miliknya di titik kenikmatan Kuroko.
Sampai mereka berdua tiba bersamaan dan saling meneriaki nama sang pujaan hati.
Kuroko lemas sekali, bahkan ia sudah mengeluarkan cairannya 3 kali.
Nafas mereka sudah sangat tidak teratur, tubuh Kuroko penuh dengan tanda merah yang diberi Akashi.
Tubuh Akashi penuh dengan cakaran dari Kuroko. Jangan lupakan rambutnya yang sangat berantakan karna ulah Kuroko.
Akashi merasa puas saat melihat Kuroko tak berdaya jika sudah dibawahnya.
Akashi mengeluarkan cairannya di dalam Kuroko, membuat lubang Kuroko hangat karna cairannya.
Setelah selesai, Akashi mencabut miliknya, dan berbaring di samping Kuroko.
Mendekap si biru.
"Terima kasih. Aku mencintaimu. Mulai sekarang kau menjadi milikku seutuhnya."
Satu kecupan melayang di kening Kuroko.
"Um. Aku juga mencintai Sei-kun."
Mereka pun tidur dengan selimut yang menutupi tubuh mereka.
-tbc🌻-
Vote komen nya sahabat.😊
Aku gemeter ngetik chapt ini sumpah😭
Gakuat parah😓
Maaf kalau agak gimana gitu, aku mencoba mencari bahasa yang tidak terlalu itu, jadi bingung sendiri yaampun:v
Q--Hey kalian, ada yg baca manga/anime genre yaoi/shounen ai? Itu kalian kalo baca/nonton nya dimana?
.🌻.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top