4. Berjodoh?

Semua orang berdecak kagum saat melihat sosok dosen muda di depan mereka. Terlebih, di kepalanya tersemat peci hitam yang membuat para kaum Hawa lebih tergila-gila. Wanita mana yang tidak ingin memiliki imam tampan dan saleh?

Berbeda dengan gadis bergaun merah hati, gadis pemilik mata sayu itu terus saja menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil menundukkan kepala. Rambut kuncir kudanya ikut maju ke depan lewat bahu kanan.

Suara dehaman berhasil menghentikan decakan kagum dari para kaum Hawa. Bukan hanya para perempuan yang langsung mengagumi sosok dosen muda mereka, tetapi kaum Adam juga sebagian ada yang langsung kagum karena sosok kewibawaan yang dosen muda itu pancarkan.

"Assalamualaikum warohmatullah wabaraakaatuh!" salam lelaki berkemeja merah hati, celana hitam lengkap dengan peci senada yang tersemat di kepalanya.

Kulit putih, tinggi, alis hitam dan tebal, bibir tipis, hidung mancung, ditambah ... lesung pipit yang begitu manis saat bibirnya tertarik ke samping. Hati perempuan mana yang tidak meleleh saat melihatnya?

"Wa'alaikumsalaam warohmatullah wabaraakaatuh!" jawab semua orang yang berada di kelas, termasuk Azkia.

Sejenak Azkia melirik lelaki yang berdiri di depan kelasnya, lalu kembali menutup wajah ayunya dengan buku sembari terus menunduk.

Lelaki tersebut mulai memperkenalkan diri. Dia adalah sosok dosen muda lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir dengan jurusan fakultas ushuluddin (Theology). Yakni meliputi: Jurusan Tafsir dan 'Ulumul Qur'an, jurusan Hadist dan 'Ulumul Hadist, dan jurusan Aqidah dan Filsafat.

"Pak, kok lulusan Al-Azhar ngajar di bidang manajemen?" celetuk salah satu siswa berpakaian levis dan jaket kulit hitam dipadu kaus oblong putih yang berada di sudut ruangan.

Lelaki yang berdiri di depan kelas itu tersenyum hingga lesung pipit yang ia punya menampakkan dirinya membentuk lubang di kedua samping bibir.

"Aneh, ya?" tanya lelaki tersebut, kemudian di angguki oleh semua siswa.

Azkia masih setia di posisinya dengan buku yang menutupi wajah. Namun, telinganya ia pasang kuat-kuat agar tidak ada informasi satu pun yang tertinggal masuk ke indera pendengarannya.

"Sebelum kuliah di Al-Azhar, saya kuliah di jurusan manajemen sambil mondok lebih tepatnya. Ralat, mondok sambil kuliah," ujarnya kemudian para siswa di hadapannya ber-oh ria.

"Pak, dari tadi udah jelasin asal-usul Bapak kuliah. Kok, namanya belum juga dikasih tau, sih, Pak?" rajuk Kesya.

Azkia mendelik kesal, saat mendengar pertanyaan dari suara sahabatnya. Ia dan kedua sahabatnya memang mengambil jurusan yang sama. Manajemen.

"Muhammad Azka Al-Hanan, itu nama saya," ujar dosen muda tersebut, kemudian duduk di kursi dan membuka beberapa halaman dari buku yang ia bawa.

"Cieee ... jodoh sama Azkia dong, Pak! Azkia Al-Hanin dan Azka Al-Hanan," celetuk Rani kemudian semua siswa bersorak sorai.

"Suiitt ... suiitt!"

Azkia membola, ia baru menyadari bahwa nama dosen tersebut hampir sama dengan namanya. Selain warna baju merah hati yang mereka kenakan, nama juga sama. Apa ini yang dinamakan berjodoh?

"Azkia?" tanya pemuda berlesung pipit itu sembari tersenyum manis.

"Iya, Pak! Ini di depan saya yang lagi nunduk," jawab Kesya sembari menunjuk Azkia. Posisi tempat duduknya yang tepat di belakang sang sahabat, membuatnya leluasa berbicara saat pelajaran berlangsung.

Merasa namanya disebut, Azkia membuka bukunya dan menampakkan wajah ayu yang langsung membuat kaum Adam berdecak kagum seperti melihat bidadari yang turun dari kayangan.

Berbagai pujian langsung terlontar, saat Azkia membenarkan rambut kuncir kudanya ke belakang. Kemudian, menatap dosen muda dengan tatapan yang susah di artikan. Namun, mendadak gelenyar aneh singgah di hatinya saat menelisik wajah tampan tersebut.

Berbeda dengan Azkia, Azka justru segera mengalihkan pandangan dengan tangan yang berpura-pura membenarkan posisi peci hingga rambut depannya sejenak terlihat dan membuatnya tampak seperti artis-artis luar negri.

Sebelum para siswa lebih jauh lagi memuji kecantikan Azkia dan ketampanan Azka, dosen muda itu segera berdeham pertanda pelajaran akan segera dimulai.

Lantas, Azka berdiri dengan mata yang tidak bisa diajak kompromi. Sejenak mata hazel kecokelatan itu menangkap kecantikan sosok Azkia. Buru-buru tangan kananya mengusap wajah, lalu merapalkan istighfar beberapa kali sembari mata terpejam sejenak. Setan berusaha menggoda imannya, ia harus kuat.

Tanpa babibu lagi, Azka mulai menjelaskan apa itu manajemen. Secara umum, pengertian manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Semua siswa mulai mencatat apa yang dosen muda nan tampan itu jelaskan. Meski sesekali mata para kaum Hawa melirik ke arah Azka dan beberapa di antaranya berusaha mencari perhatian walau dosen muda tersebut menghiraukannya.

Beberapa detik mata hazel kecokelatan milik Azka temu pandang dengan manik mata hitam milik Azkia saat gadis bermata sayu itu melepaskan penatnya memegang bolpoin di tangan, sebelum akhirnya dosen muda tersebut kembali menjelaskan.

Manajemen menurut Terry dalam Nawawi (2011:11) adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditentukan dengan menggunakan tangan orang lain. Kemudian, Azka juga menjelaskan manajemen menurut Nitisemito (2012:11) adalah suatu ilmu dan seni untuk mencapai tujuan melalui kegiatan orang lain.

"Jadi, setelah saya jelaskan apa itu manajemen secara umum dan menurut para ahli, apakah kalian sudah paham apa fungsinya?" tanya Azka dengan suara lantang. Kali ini, ia sudah bisa fokus mengajar dengan raut wajah datar.

Semua siswa menggeleng membuat sosok dosen muda tersebut menarik napas dalam. Resiko dalam mengajar adalah harus sabar dalam menjelaskan. Namun, ini murni keinginan Azka meski di luaran sana telah banyak perusahaan yang menginginkan dirinya bergabung karena kecerdasan yang ia punya.

Banyak juga pondok pesantren yang meminta dirinya menjadi menantu dari pemilik tempat memperdalam ilmu agama tersebut, karena nama Azka telah cukup tersohor di kalangan para ulama.

Pemuda tampan, dengan adab yang begitu patut ditiru membuat para orang tua ingin langsung menjadikannya menantu. Namun, Azka ingin mengamalkan ilmu terlebih dahulu. Baginya, menikah adalah perkara sunnah yang membutuhkan persiapan bekal yang matang. Ilmu, iman, serta pengamalan agar bisa membimbing istrinya menjadi bidadari surga.

Di umurnya yang masih menginjak dua puluh empat, ia masih belum juga memilih tambatan hati. Katanya, biarlah semua berjalan atas kehendak-Nya. Jika berbicara rencana, Azka ingin menikah sesuai sunnah Rasulullah yakni di umur dua puluh lima yang artinya satu tahun yang akan datang.

Dosen muda berlesung pipit itu kembali menjelaskan fungsi dari manajemen. Menurut Ricky W Griffin mendefinisikan fungsi manajemen adalah bagian dari proses perencanaan, organisasi, koordinasi serta pengendalian sumber daya upaya supaya tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

***

"Ya, lo keknya jodoh deh, sama pak dosen muda itu," jujur Kesya sembari mensejajari langkah Rani dan Azkia.

Merasa namanya di sebut, Azkia yang berada di posisi tengah itu menoleh ke kiri di mana sosok gadis berkulit putih itu berada.

"Hadeuh, lo jangan ngadi-ngadi, deh. Enggak liat apa, gue yang berpakaian kekinian dan dia? Ish, sok agamis!" tolak Azkia gadis bermata sayu sembari melihat ke arah Kesya yang mengenakan levis dan sweater merah muda model kekinian.

"Ck, lo Kia. Yang namanya jodoh, enggak pandang apa pun!" nasehat Rani si gadis bijak, lalu merapikan gaun cream selutut yang ia kenakan. Gaunnya sedikit lusuh akibat duduk lama saat kelas tadi.

Azkia memutar bola mata malas. "Ogah banget jodoh sama dia!"

"Eh, lo enggak nyadar Az, nama dan warna baju yang kalian pakai itu sama!" ujar Kesya sembari memulai langkah kembali.

"Tunggu, Azkia!" pinta seseorang dari belakang. Ketiga gadis tersebut menoleh secara bersamaan, lalu kelimpungan seperti orang yang ketahuan maling.

"A-anu ...." ucap Kesya berusaha menjelaskan, semoga sosok di hadapannya tidak mendengar apa yang mereka katakan tadi. Terlebih, ucapan sahabatnya, Azkia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top