27

Ruangan serba putih itu terasa begitu canggung. Azrani menghela napas sejenak, lalu menatap wanita yang bertahun-tahun lalu telah melahirkannya. “Umi ... bantu bicara sama Abah. Kalau Azrani belum siap untuk semua ini,” pintanya dengan raut sendu.

Bukannya menolak. Hanya saja, untuk saat ini ia memang belum ingin bertemu dengan lelaki tersebut. Jangankan menikah, mendengar namanya saja ia sudah sadar diri.

Azrani sadar, ujian yang Allah berikan membuatnya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan pemuda tersebut. Meski begitu, Umi dan abahnya tetap ingin ia menikah saat ini juga.

Hanifah mengusap kepala putrinya pelan. “Nak ... apa yang menjadi keputusan Abah, tak bisa diganggu gugat. Kamu kan tau sendiri, tujuan Abah melakukan ini untuk apa. Untuk kebaikan kamu, Sayang. Jika Abah dan Umi tidak ada, siapa yang akan mengurus kamu, Nak? Siapa yang akan mengurus pondok kita, hum?”

“Umi ...,” keluh Azrani kemudian kembali menangis.

***

Dor! Hihi, jadi? Kalian yakin, gak mau list dan mendapat jawaban serta kebenaran semua ini😆😆😆 Yuk, order❤

Cuss inbox aja, ya. Atau di kolom komentar pun, boleh. Kalau mau order, hihi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top