12. Pernikahan?
Azrani tersenyum di balik kain yang ia kenakan. Meski senyum manisnya terhalang dengan kain, Azkia bisa menebak wanita di hadapannya tengah tersenyum dari mata yang menyipit.
Bukannya mengulurkan tangan, Azkia justru menyilangkan tangannya di dada dan memalingkan wajah.
“Jangan sok kenal deh, lo!” ketus Azkia.
Azrani tersenyum, lalu menarik kembali tangannya yang sama sekali tak di sentuh oleh gadis bermata sayu di depannya.
“Enggak papa, kalo kamu enggak mau berkenalan sama aku. Boleh minta nomor kamu?” ujar Azrani seraya menyodorkan benda pipih dari tas selempangnya.
Azkia bergeming, sejenak melirik ke arah wanita berpakaian serba hitam tersebut. “Sini,” ucapnya menerima benda pipih itu, lalu menekan beberapa angka kemudian menyerahkan kembali benda persegi itu pada Azrani.
“Terima kasih. Aku sedang terburu-buru, nanti kita ngobrol di chatt saja dan semoga ada waktu untuk mengobrol langsung di suatu tempat. Aku pamit, assalamualaikum ...,” ujar Azrani kemudian berlalu dari hadapan Azkia.
“Waalaikumsalam.”
***
Setelah dua hari dirawat, akhirnya Azkia bisa kembali pada rutinitasnya sebagai mahasiswa. Hari ini, ia kembali masuk kelas. Banyak pelajaran yang tertinggal, membuatnya harus berangkat lebih awal untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Selain cantik, ia juga cerdas dan ulet. Sambil menunggu jam kelas dimulai, Azkia menyalin semua pelajaran selama ia dirawat kemarin.
“Kiaaaa ...,” panggil seseorang saat masuk ke dalam kelas.
Azkia yang tengah sibuk menulis, fokusnya teralihkan saat mendengar namanya disebut. Tampak gadis memakai mini dress berwarna merah muda tengah tersenyum ke arahnya.
“Aduh ... gue kangen banget sama lo, Az. Ya enggak, Ran?” ujar Kesya kemudian melirik ke arah gadis memakai dress cokelat selutut di sampingnya, meminta persetujuan.
“Iya. Dua hari kemarin sepi enggak ada lo. Eh, tau enggak? Anak-anak pada nanyain kabar lo,” tutur Rani kemudian kedua gadis tersebut duduk di kursi masing-masing.
Tempat duduk yang berdekatan membuat ketiga gadis tersebut leluasa untuk mengorol. Apalagi, di jam kosong atau menunggu jam kelas dimulai. Awalnya Rani dan Kesya akan berangkat seperti biasa. Namun, karena Azkia meminta mereka agar datang lebih awal, jadilah kedua gadis tersebut menemani sang sahabat.
Kening Azkia berkerut menatap Rani yang duduk di seberangnya. “Loh, kok bisa?” tanya gadis berpakaian casual tersebut. Kali ini, bukan dres lagi, tetapi celana jeans hitam dipadu dengan rompi senada dan di padukan kaus oblong putih. Rambutnya setia terurai.
“Yaa ... anak-anak kan tau, lo kehujanan dan pingsan,” tutur Kesya memajukan tubuhnya sedikit, karena tempat duduknya di belakang Azkia.
Azkia mengangguk paham. “Pantes. Gue udah kayak artis aja,” ucapnya disertai kekehan.
Semua siswa memperhatikan apa yang dosen mereka sampaikan. Namun, tak sedikit dari para kaum hawa juga setia menikmati ketampanan dosen muda mereka.
“Silakan, jika ada yang ingin di tanyakan,” ujar Azka setelah menjelaskan konsep manajemen yang baik dan benar agar suatu perusahaan bisa berkembang.
“Saya, Pak!” ucap gadis berkacamata di sudut kelas sambil mengangkat tangan.
“Ya, silakan Occa.”
“Apa arti pernikahan menurut Bapak?” ucapnya dengan lantang dan penuh semangat.
Gelak tawa memenuhi kelas saat mendengar pertanyaan dari gadis bekacamata tersebut. Pasalnya, kelas membahas perihal manajemen, sementara gadis bernama Occa itu bertanya perihal pernikahan. Seperti ingin ke pasar, tetapi di antar ke tempat wisata. Kan, aneh!
“Sudah-sudah!” ucap Azka meminta para muridnya agar diam.
Berbeda dengan Azkia, gadis itu justru hanya memandang dosen mudanya lekat. Tak ada ekspresi tertawa atau apa pun. Hanya menampilkan raut wajah datar dengan lengan setia memegang pena.
Sejak kejadian kemarin lusa, ia merasa bersalah pada dosen muda itu. Selama ini, dirinya selalu saja bersikap kasar. Namun, dosen muda bernama Azka itu justru malah menolongnya. Pulang nanti, ia akan meminta maaf. Pikirnya.
“Baik, meskipun di luar pembahasan, saya akan tetap menjawab pertanyaan. Itung-itung, untuk menambah wawasan kalian.”
“Pernikahan bagi saya ....” Azka mulai menjelaskan pernikahan menurut sudut pandangnya.
Pernikahan adalah suatu ibadah yang sangat sakral. Di mana di dalamnya bukan hanya cinta yang harus menjadi bekal agar rumah tangga kekal, tetapi juga memerlukan iman yang kuat.
Pernikahan bukan hanya soal cinta, tetapi juga perihal ibadah yang menyangkut dunia dan akhirat. Pernikahan bukan hanya menjalin asmara dengan cara halal, tetapi sarana ibadah penyempurna agama.
Pernikahan adalah bersatunya dua insan atas kehendak-Nya dengan cara akad, berjanji, mengucapkan kata-kata sakral di hadapan penghulu dan para tamu serta Allah yang menjadi saksi.
Ucapan janji tersebut, bukan hanya ucapan biasa. Ada tanggung jawab besar di dalamnya. Pernikahan itu amanah yang meliputi banyak individu. Aku, kamu, dia, dan mereka.
Aku dan kamu yang bersatu, Dia-Allah dan mereka yang menjadi saksi. Jadi, ketika akan berpisah pun, tidak bisa dengan alasan yang mudah.
Pernikahan juga bukan hanya menyatukan dua insan, tetapi dua keluarga, dua keyakinan, dua hati, dan dua prinsif yang harus menjadi satu. Saling mengerti, mentoleransi, memaklumi, dan mengingatkan.
Pernikahan tanpa cinta hampa? Tidak, jika ada bekal iman di dalamnya. Cinta itu bisa datang seiring berjalannya waktu, asal ada ikhlas dalam hubungan tersebut untuk saling memberikan hak pasangannya.
Akan tetapi, jika pernikahan tanpa bekal iman, suatu saat akan retak bahkan pecah, sehingga terjadi perceraian. Karena apa? Karena iman yang lemah, sehingga saat diuji goyah dan terhasut setan untuk berpisah.
Satu hal yang perlu kalian ketahui. Dalam islam, syareat, pernikahan bisa disebut sakinah, mawaddah, dan warohmah, jika di dalamnya ada bekal ilmu dan iman. Maka dari itulah, seseorang jika tengah mencari jodoh, harus mengikuti sesuai sunnah Rasulullah.
Dalam memilih wanita, ada hadistnya. Di mana Rasulullah menyebutkan, wanita dipilih untuk menjadi istri dari empat perkara. Nasabnya, hartanya, kecantikannya, dan ilmunya. Namun, menurut saya memilih istri cukup dari segi ilmu yang dia miliki. Jika ilmu agamanya bagus, mengamalkan, maka sudah pasti hatinya baik. Soal fisik, memang tidak munafik.
Akan tetapi, bukankah cantik tetapi hatinya buruk itu hanya akan membuat emosi? Lebih baik, sederhana. Karena semakin tinggi ilmu agama seorang wanita, maka semakin sederhana pula cara berpakainnya.
“Lantas, untuk membedakan wanita yang memiliki ilmu dan tidak bagaimana Pak? Kan, sekarang banyak wanita bercadar. Takutnya kami terkecoh dengan penampilan,” tanya seorang siswa gondrong yang duduk paling depan.
“Benar, banyak sekarang wanita bercadar. Mudah saja ....” Azka kembali menjelaskan.
Semakin tinggi ilmu agama seorang wanita, semakin sederhana pula cara berpakaiannya. Mudah saja, lihat dari warna pakaian yang mereka kenakan. Jika gelap, masuk ke dalam kategori. Jika tidak atau memakai pakaian yang mencolok, artinya ia hanya ikut-ikutan zaman.
Akan tetapi, perlu digaris bawahi. Tak semua orang berilmu mengamalkan ilmunya, banyak yang sudah tahu tetapi enggan mengamalkan. Kesimpulannya, carilah wanita yang ketika kamu menyatakan ‘Ingin meminangnya' dia tidak menolak dan tidak menunda. Namun, kembali lagi, hati manusia tidak ada yang tahu dan tidak bisa di lihat dari penampilan saja.
“Apa Pak Azka sudah mempunyai calon?” tanya Occa.
Azka tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut. “Baik, jam kelas sudah selesai. Saya rasa materi kali ini sudah jelas dan penjelasan pertanyaan tadi sudah saya jelaskan juga. Saya tutup, assalamualaikum ....”
Azkia tersenyum kecut saat mendengar pertanyaan terakhir. Apalagi, dosen muda itu merespon dengan senyuman, pertanda ia mengiyakan. Entah mengapa, hatinya terasa sesak jika benar dosen muda itu sudah memliki calon pendamping.
"Pak Azka, tunggu!" cegah Azkia saat melihat dosen mudanya mulai melangkah dan membuat Azka berhenti di ambang pintu.
"Apa benar, Pak Azka sudah memiliki calon?" ujar Azkia to the point. Ia tak malu dan ragu sedikit pun, meski masih ada sebagian siswa di kelas.
"Apa perlu saya jawab?" tanya Azka dengan posisi membelakangi Azkia.
"Tentu. Saya ...."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top