Tsukishima's Valentine


Tanggal 4 Februari, warna-warni terkhusus merah dan merah jambu menghiasi sudut-sudut toko mengundang keramaian. Pernak-pernik berbentuk hati dan pita cantik menjadi charming di bulan yang romantis ini. Benar saja, tak sampai dua minggu lagi Valentine akan meramaikan bulan Februari, muda mudi yang dilanda panah asmara pastinya sangat menunggu-nunggu hari sakral tersebut. Bukan hanya perempuan saja yang semangat, kaum adam pun tak kalah semangat mengingat mereka akan mendapatkan coklat dari para perempuan yang tertarik pada mereka.

Tapi bukankah hari seperti ini sangat menyebalkan bagi para jomblo yang tidak menarik? Eh, kata-kataku pedas ya? Namun memang, tidak semua orang menyukai hari lovely dovey begini jangan ambil contoh jauh-jauh dari jomblo yang tidak menarik. Kenapa kita tidak mengintip tokoh utama kita saja?

"Tsukishima-san, anoo... Valentine kali ini..."

"Tsukishima-chan Valentine kali ini barikan coklat padaku oke?"

"Meganee-chaaan berikan coklat padaku!!"

SMA Karasuno dipenuhi seruan lelaki jomblo minta perhatian dari primadonna anak kelas 1 Tsukishima Kei. Pemilik wajah jutek dan mulut gudang garam.

"Ara ra gomen~ miris sekali kalian sampai mengemis padaku. Tapi sayang sekali. Tahun ini pun aku tidak minat dengan Valentine." Ujarnya dengan penuh penekanan.

"Wuoo meski kau bilang begitu aku tidak akan menyerah Tsukishima-chan!!"

Tsukishima mendecak, sial kegaramannya tidak akan mempan pada lelaki maso seperti mereka. Ia memilih memakai headphonenya dan duduk diam mendengarkan musik di mejanya saja.

"Tsukishima-chan... Sepertinya repot ya?"

"Yah, jadi cewek cantik itu berat sih, untung aku sudah ada yang punya..." Obrol dua gadis di depannya, jam istirahat sangat menyenangkan bagi siswa siswi, tapi kalau begini Tsukishima lebih pilih jam pelajaran saja.

"Kalian berdua berisik. Bisakah kalian jangan menggangguku? Biarkan aku istirahat dengan tenang," Tsukishima menatap kedua gadis berwarna rambut cerah seperti miliknya. Sebut saja Yachi Hitoka dan Hinata Shoyo.

"Loh... Kami kesini kan ingin menenangkanmu, ta-tapi kalau mengganggu baiklah aku pergi,"

"Yacchan jangan pergi, kau terlalu jahat Tsuki, santai aja kenapa sih, kami hanya ingin membantumu agar tidak terlalu pusing dengan keadaan." Hinata menarik Yachi untuk duduk kembali, jujur saja niatnya baik ingin menenangkan Tsukishima, tapi malah berdampak sebaliknya.

"Kalian malah membuatku tambah pusing."  Tsukishima menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangan, kalau setiap tahun begini mana mungkin ia bisa hidup tenang. Rasanya ia iri dengan terumbu karang yang tenang dan damai di lautan. "Kalau begini mending aku jadi terumbu karang..."

"Muka cantik bukannya disyukuri..."

Kedua gadis itu saling tatap, kemudian menatap Tsukishima kembali. Oke kita cek dari ujung kepala sampai kaki Tsukishima. Rambut pirang asli bukan dicat panjang yang dikepang seperti Elsa Frozen, cantik dan sangat cocok untuk dirinya. Matanya berwarna emas yang indah dengan sorot tajam memikat, ditambah kacamata itu membuatnya terlihat pintar. Tinggi langsing dengan kaki panjang sangat cocok dengan kaus kaki putih diatas lutut yang biasa ia kenakan. Badannya bagus, otaknya juga bagus, tingginya bagus. Masalahnya hanya di sifatnya saja yang agak menyebalkan dan sebelas dua belas dengan pabrik garam.

"Kenapa kau tidak memilih satu diantara mereka agar mereka diam Tsukishima-chan?" Tanya Yachi, "Hinata-chan dulu begitu kan? Sampai akhirnya ketemu sama Kageyama-kun,"

"Betul itu Tsukishima! Kau bisa cari salah satu cowok untuk jadi pacar pura-puramu! Setelah itu putuskan saja setelah Valentine selesai." Seru Hinata optimis, Tsukishima mengangkat kepalanya. Menatap gadis bersurai oranye itu dengan tatapan malas.

"Oke, jika itu mudah maka sudah kulakukan sejak dulu Hinata." Jawabnya, ia menghela napas panjang antara capek dan pusing jadi satu. "Aku pernah memikirkannya dan melakukan hal itu tapi, kau tau apa yang terjadi, orang itu dengan sombongnya mengatakan 'Hei aku pacaran dengan Tsukishima Kei,' dan malah membuatku terkekang. Bukan aku yang menguasainya tapi dia yang menguasaiku, dan saat aku minta putus setelah Valentine berakhir, ia bilang ia tidak mau karena aku sudah menjadi miliknya. Dan itu sangat menjijikkan. Aku tak mau melakukan kesalahan yang sama dua kali."

Hinata memasang pose berpikir, Yachi mengelus punggung Tsukishima lembut menenangkan gadis itu. "Lelaki yang menyebalkan." cetus Yachi.

"Semua lelaki begitu," Tsukishima menjawab setuju.

"Tobio tidak." Iyain dasar bucin. Akhirnya mereka memutuskan untuk membicarakan hal lain saja sampai bel masuk berbunyi dan mereka kembali ke kelas masing-masing.

Siangnya setelah pulang sekolah, di ruang ganti klub voli putri Hinata mengganti bajunya bersama Tsukishima, mereka berteman karena satu klub, dan Yachi adalah manejer voli putra Karasuno. "Kau sudah menemukan solusi untuk itu Tsukishima?"

"Belum," jawabnya singkat dan padat. Hinata mengangguk sambil mengikat rambut yang senada dengan langit senja keatas dengan ikat rambut. Meski Hinata dan Tsukishima terlihat bertolak belakang, tapi mereka berteman cukup baik, dan Hinata juga sedang memikirkan bagaimana agar teman cantiknya ini bisa melewati Valentine dengan tentram tanpa dikejar-kejar makhluk buas.

"Apa aku gak usah masuk tanggal 14 nanti..."

"Baru kali ini Tsukishima berpikir untuk bolos,"

"Kalau cuma berpikir sih setiap hari. Tapi gak jadi terus aja."

"Yasudah, Michimiya-senpai sudah menunggu kita. Ayo!" Hinata menarik tangan Tsukishima ke gym, disana anggota voli putri sudah mulai pemanasan. Segera saja mereka ikut.

Latihan dilakukan seperti biasa, sampai Michimiya terlihat memanggil mereka semua untuk berkumpul. "Ehm.. Jadi begini girls, kita akan mengadakan latihan tanding dengan anggota voli putra. Kita akan kesana jam 5 tepat nanti jadi persiapkan diri kalian ya! Ada pertanyaan?"

Hinata mengacungkan tangan bertanya, "senpai, tapi bukannya kalau kita latihan tanding dengan anak laki-laki pastinya bakal kalah? Aku gak mau kalah dari Tobio!"

"Yah tentu saja kalau dari kekuatan dan stamina kita akan kalah... Kita kan bukan anak voli putri Niiyama yang setara dengan laki-laki," ujar salah satu anggota.

"Untuk itu aku sudah membicarakannya dengan Sawamura, dia bilang— sekalian mengakrabkan diri— tim putra dan putri akan dicampur, baru dibuat tim lagi untuk pertandingan." Jelas Michimiya.

"Rasanya kayak goukon(kencan buta)..." Hinata memasang pose serius walau kata-kata tidak konsisten dengan wajahnya.

"Oke semua sudah setuju ya, kita akan ke Gym sebelah jam 5 nanti, sekarang istirahat selesai! Ayo lanjut lagi!"

Jam 5 tepat. Di gym 1, Karasuno memang memiliki dua gym yang biasanya gym 1 dipakai oleh voli putra dan gym 2 dipakai oleh voli putri.

"Oououoo!! Kita akan latih tanding dengan voli putri!!" Ini Tanaka yang lagi lepas baju sambil diputer-puter kayak biasanya.

"Aku denger ada anak kelas satu yang cantik Ryuu! Kesempatan kenalan!" Nah ini Noya dengan segala rolling thundernya.

"Kalian berisik sekali sih, oiya Daichi gimana hubunganmu dengan Michimiya?" Suga menyenggol pinggang Daichi dengan sikutnya, tanpa sadar memakai tenaga, sehingga membuat Daichi kembali menjadi Deadchi.

"Kau terlalu keras menyikutnya Suga..." Asahi membantu Daichi berdiri.

"Kau salah paham Suga, aku dan Michimiya hanya teman sesama kapten..." Jawab Daichi seadanya, karena memang begitu.

"Cih, gak seru nih, padahal sebentar lagi Valentine, gak seru kalau diantara kita tidak ada yang bisa dipalakin coklatnya, pada gak laku sih." Ujar Suga santai, tanpa sadar menusuk hati para jomblo yang kurang kasih sayang. Tanaka dan Noya cuma bisa pundung, Asahi cuma elus dada, ya dia emang gak dapet coklat karena mukanya yang mirip om-om bikin takut cewek-cewek.

"Ah benar juga Kageyama," seorang pemuda dengan rambut hijau dan ahoge yang ikonik, Yamaguchi Tadashi memanggil setter andalan Karasuno. Kageyama Tobio, yang biasa dipanggil raja lapangan. "Kalau tidak salah kau pacaran dengan Hinata dua bulan lalu 'kan?"

Kageyama menyemburkan sport drink yang tengah ia minum. "D-dari mana kau tau?!"

"Aku dan Hinata berteman, kau tahu." Yamaguchi membuat peace dengan dua jarinya.

"Hinata? Maksudnya Hinata Shoyo yang itu?" Tanya Daichi penasaran, kalau gak salah dia pernah dengar daei Michimiya tentang anak berbakat bernama Hinata Shoyo yang memiliki rambut seoren jeruk mandarin.

"I-iya..."

"KAGEYAMA SIALAN!! Pokoknya Valentine nanti Kageyama jangan ditemenin!!" Seisi gym tertawa lepas begitu pula kedua manejer cantik dan manis mereka. Kiyoko dan Yachi.

Tak lama pintu diketuk menampilkan gadis dengan potongan rambut pendek kecoklatan. Michimiya Yui, kapten klub voli putri Karasuno. "Yo, Sawamura, Sugawara, Azumane!"

"Michimiya! Oke, kalian semua bersiap, kita akan pembagian kelompok!"

Jam 7 malam mereka selesai, tim Daichi memenangkan pertandingan karena pasangan KageHina yang diam-diam berlatih sering bersama membuat serangan hebat dan menguntungkan bagi mereka. Sementara Tsukishima ada di pihak yang kalah, ia berada di tim Michimiya.

"Ha... Capek sudah kuduga gak bakal menang kalau lawan Daichi," keluh Michimiya sambil memakai jaketnya, Daichi yang berada di sebelahnya hanya tertawa renyah.

"Lain kali kita bertanding lagi,"

Tsukishima capek tapi mereka sudah membuat taruhan yang kalah harus membersihkan gym. Ia mendorong keranjang penuh bola kedalam gudang. Sedikit kesulitan karena keranjang itu berat, dan nampaknya roda sedikit macet, ia melihat kebawah, nampaknya roda iti tersangkut di rel pintu geser gudang.

Tsukishima mendecak, mau minta tolong yang lain tapi yang lain juga sedang repot. Ia berusaha mendorongnya sekuat sisa tenaganya. Keranjang itu hampir oleng.

"Hwaa!"

"Oop, hampir aja!" Seseorang menahan keranjang itu, walau satu bola tetap jatuh, setidaknya hanya satu. Tsukishima menoleh, mata ambernya bertatapan langsung dengan iris jade yang menenangkan. Ah, dia, Pinch Server Karasuno yang memiliki Jump Float Serve yang menyebalkan untuk di terima, Yamaguchi Tadashi. Tsukishima tau, karena tadi ia sempat mendapatkan serve itu dan itu sangat menjengkelkan karena bolanya sulit dibaca.

"Hati-hati Tsukishima-san." Yamaguchi mengembalikan bola yang terjatuh ke tempatnya, mengambil alih keranjang dan memasukkannya kedalam gudang.

"Ah... M'kasih..." Yamaguchi mengangguk sembari tersenyum, wajahnya yang bertabur freckles itu menjadi ciri khas darinya, jujur saja Tsukishima berpikir bahwa bintik hitam itu lucu, dan eksotis. Tak lama Yamaguchi kembali karena dipanggil oleh Suga, meninggal Tsukishima di depan gudang.

"Hayo!" Seseorang menepuk pundaknya membuat Tsukishima terkejut tanpa suara, ia menoleh kebelakang menemukan Yachi dan Hinata sedang tersenyum padanya.

"Ada apa?"

"Yamaguchi-kun itu lumayan bukan? Tsukishima?" Goda Hinata sambil berbisik pada Tsukishima.

"H-hah?! Apa maksud?"

"Yamaguchi-kun orang baik, ia ketua kelas di kelasku. Bisa dipercaya, dan katanya kosong loh," timpal Yachi ikut menjodoh-jodohkan.

"Makanya apa maksud kaliaan??" Tsukishima benar-benar clueless, ia merasa otaknya tidak bisa berjalan dengan benar.

"Maksudku... Kenapa kau tidak minta Yamaguchi-kun menjadi pacarmu saja? Tentu saja dengan niat untuk menghindari buaya darat." Jelas Hinata pada Tsukishima.

Tsukishima memasang wajah berpikir, ia mencoba mencari data tentang Yamaguchi diotaknya. Tapi yang ia temukan hanyalah seorang Pinch Server Karasuno VBC, bernomor punggung #12, dan ketua kelas 1-5 yang merupakan kelas Yachi. Ia belum mengetahui seperti apa Yamaguchi itu.

"Aku belum tau dia bagaimana—"

"Yamaguchi-kun cukup populer dikalangan perempuan dan laki-laki, bukan karena ganteng, tapi sifatnya yang friendly dan bisa diandalkan, walau kadang suka gugup tapi dia bertanggung jawab sebagai ketua kelas. Ia ramah, ia pernah memberikan penghapus karena aku lupa bawa saat ujian, yang jelas Yamaguchi itu baik hati dan tidak sombong, sopan dan ramah pada sesama manusia, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, terampil, dan gembira. Hemat, cermat, dan bersahaja. Disiplin, berani, dan setia, bertanggung jawab dan dapat dipercaya, suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan!" Ujar Yachi panjang kali lebar mempromosukan ketua kelasnya, Tsukishima hanya bisa bersweatdrop mendengarkan Yachi yang malah menyebutkan Dasadharma Pramuka, walau tidak sampai sepuluh.

"Haa... Baik-baik... Aku akan mencoba memerhatikannya terlebih dahulu agar aku tau seperti apa orangnya..." Tsukishima akhirnya menyerah dari pada kedua temannya ribut saja.

"Begitu dong! Nah sekarang ayo kita pulang!"

Sati hari telah lewat, yang berarti tinggal sembilan hari lagi menuju hari kasih sayang. Entah sudah berapa kali Tsukishima dengar bisikan seru dari gadis-gadis puber yang menatap para pemuda dengan minat. Begitu juga dengan para pemuda, dan para fans Tsukishima yang makin gencar melakukan aksi pepet memepet dirinya. Sungguh ia merasa risih dengan itu.

Oh ya, bagaimana dengan yang dikatakan Hinata dan Yachi? Tsukishima masih memikirikan konsekuensi yang akan ia dapatkan. Ia takut kalau Yamaguchi geer atau gimana-gimana lah, ini lah itulah.

"Hah... Mungkin memang tepat tanggal 14 aku tidak usah masuk." Desahnya lelah, ia menaruh buku perlahan diatas meja perpustakaan dan mendudukkan diri dikursi. Membaringkan kepalanya dimeja perpustakaan yang sepi, hanya ada ia dan guru penjaga perpus yang sangat disiplin tentang ketenangan. Jadi ia tak perlu khawatir jika anak-anak menanyakannya soal valentine, pasti akan langsung ditegur penjaga kalau mereka berisik.

"Valentine itu menyebalkan,"

"Memangnya ada apa Tsukishima-san?"

Tsukishima hampir terjengkang jika tangan panjang dari sebrang kursinya itu tidak segera menangkapnya. Kursinya jatuh sementara tubuhnya ditahan oleh tangan lebar yang menggenggam tangannya. Warna kulit mereka cukup kontras. "Y-yamaguchi-kun?!"

"Ssshhhttt!" Tsukishima menutup mulut dengan tangan yang terbebas. Yamaguchi mendesis menyuruhnya diam, karena penjaga sedang tidur. "Jangan berisik, ini perpustakaan..."

"T-tolong lepas dulu."

Yamaguchi melepaskan tangan Tsukishima, sang empu tangan segera menariknya. Ia membetulkan kembali kursinya dan duduk disana. "Apa yang kau lakukan disini...?"

"A... Aku duduk disini duluan...?" Ujar Yamaguchi ragu-ragu, benar saja ia memang duduk disini duluan, hanya saja Tsukishima tidak menyadari keberadaannya. "Kupikir saat kau duduk, kau tidak menyadariku karena banyak pikiran."

"T-tidak juga, hanya aku perlu menenangkan diri, jadi aku kesini,"

"Hem... Apa aku menganggumu? Aku bisa pindah jika kau mau,"

"Tidak perlu, lagi pula kau duluan yang disini." Tsukishima menggeleng, ia mengambil buku ensiklopedia makhluk purba yang ia ambil dari rak belakang, dan membacanya. Yamaguchi mengangguk paham, ia pun kembaki pada bukunya pula.

Tsukishima melirik Yamaguchi dari balik bukunya, ia memerhatikan Yamaguchi yang serius membaca sambil sesekali menyalin tulisan dibuku ke buku tulisnya. Sekolah kala itu dipulangkan lebih awal, baru setengah dari jadwal sekolah mereka sudah dipulangkan karena ada rapat guru. Tapi ada beberapa siswa yang malas dirumah dan memilih nongkrong atau tetap disekolah bersama teman-teman, toh kantin tetap buka. Dan ada juga tipe yang seperti Tsukishima, memilih ke perpustakaan.

Tapi tadi katanya hanya ada ia dan penjaga perpus? Perpustakaan sekolah ini tidak hanya satu, ada dua perpustakaan. Yang satu lebih besar dan lebih banyak digunakan siswa karena memiliki ruang audio visual, dan ada komputer disediakan walau hanya beberapa, namun buku yang disediakan lebih sedikit ketimbang yang kini Tsukishima datangi. Perpustakaan kedua yang terletak dilantai 2 adalah perpustakaan andalan Tsukishima, selain sepi ia bisa menemukan lebih banyak buku didalamnya. Tapi karena ini perpustakaan lama, penggunannya lebih sedikit dan rumor hantu pun beredar. Padahal setiap Tsukishima datang ia tidak merasakan adanya hantu atau apapun.

Tapi ia tak menyangka. Ada yang datang kesini selain dirinya.

"Tsukishima-san kenapa memilih perpus ini?" Tanya Yamaguchi tiba-tiba.

"Ah, aku tidak suka perpus baru dilantai satu. Terlalu ramai orang menggunakan ruang audio visual, dan bukunya lebih sedikit." Jawabnya, Yamaguchi mengangguk paham.

"Kalau begitu kita sama ya, Tsukishima-san," senyum Yamaguchi. Tsukishima melihat senyum itu, menyilaukan tapi tidak sesilau milik Hinata. Kilauannya lebih menenangkan dibanding mencerahkan, dibanding matahari seperti Hinata, Yamaguchi lebih tepat dibilang bintang.

'Kenapa bisa-bisanya aku berpikir frecklesnya seperti bintang...'

"Tsukishima-san kenapa membenci Valentine?" Tanya Yamaguchi kembali. Ysukishima bangun dari topangan dagunya, menatap langsung ke manik hijau tua milik Yamaguchi.

"Merepotkan, aku tidak suka mereka yang mengejarku, mengemis coklat padaku. Aku lelah," jawabnya, Yamaguchi membalasnya dengan deheman singkat, membuat Tsukishima sedikit sebal dengannya. "Apa itu masalah?"

"A-aku tidak berkata begitu loh ya Tsukishima-san."

"Hmm,"

"Tsukishima-san sangat populer sih ya, siapa yang tidak ingin mendapatakannya dari Tsukishima-san?" Kekeh Yamaguchi, sambil terus mengerjakan persoalan yang ada dibuku tulisnya. Tsukishima memutar bola matanya malas. Melihat Yamaguchi berada di depannya ia mengingat kembali perkataan Yachi dan Hinata, untuk membuat Yamaguchi menjadi pacar pura-puranya sampai Valentine tiba. Tapi, ia masih bekum ada ide untuk mengajaknya.

"Kau punya solusi untuk menghindari hal itu?" Tanya Tsukishima spontan.

"Eh?"

"Maksudku, bukankah kau juga lumayan populer di kalangan cewek?"

"Ah.... Aku tidak pernah mendapatkan Honmeichoco, yang kudapatkan selalu Tomochoco, jadi cewek yang berada di dekatku juga hanya temanku." Yamaguchi menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tsukishima baru sadar eksistensi ahoge yang bisa bergerak sesuai dengan suasana hati, hei bukankah itu sangat menarik?

"Tak mungkin tidak ada satu dua yeman perempuan yang naksir denganmu, secara teknis cinta itu datang karena terbiasa,"

"Hmm memang sih, tapi aku tidak pernah tau, dan lagi aku percaya adanya love at first sight,"

"Itu sulit ya ampun, tidak mungkin terjadi." Tsukishima memainkan rambut panjangnya yang terkepang. "Jadi aku bertanya, jika kau mendapatkan masalah sepertiku, apa yang kau lakukan?"

Yamaguchi memasang pose berpikir, "mmhh aku bukan orang yang famous sejak jaman dulu, paling yang memberiku coklat hanya beberapa orang dan itu juga tomochoco..." Yamaguchi mencoba membantu Tsukishima mencari jalan, walau sebenarnya Tsukishima sudah punya solusi. Ini semata-mata hanya agar Yamaguchi terpancing dan mengikuti rencananya.

Tapi Tsukishima capek menunggu. Jadi ia segera menyerah membuat Yamaguchi peka. "Lupakan saja... Yamaguchi, kau pernah pacaran?"

"P-pacaran?! Belum sih..."

"Begitu, hmm baiklah aku ingin mengatakan sesuatu padamu...." Tsukishima sengaja menggantungkan kalimatnya. Matanya lurus menatap Yamagucji yang gugup disebrang meja. Iris jade itu memerhatikan garis wajah Tsukishima, yang namanya primadona angkatan itu tidak ada lawan. Yamaguchi gugup diperhatikan dengan intens oleh Tsukishima dengan mata tajam dan bulu mata lentik itu membuatnya salah fokus. Kulitnya seputih susu, lain sekali dengannya yang memiliki kulit sawo matang. Rambutnya terlihat lembut, ia ingin mencoba membelainya.

'Tsukishima-san sangat cantik, aku tahu ia temannya Hinata-chan dan Yachi-chan yang juga manis, tapi aku tak menyangka Tsukishima-san lebih cantik kalau diperhatikan dari dekat.'

"Tsukishima-san?"

"Nee, aku mau kau memanggilku, Tsukki-chan atau Tsukki,"

"Hah?"

"Yamaguchi,"

"Iya? Ada apa?"

"Mau pacaran denganku?"

Detik demi detik terlewat, Yamaguchi masih mencoba memproses perkataan Tsukishima. Sampai akhirnya ia sadar dari proses dan kembali ke kenyataan.

"EEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHHHHHHHHHH?!?!?!???!!!!"

"SSSSTTT!!" Tsukishima mengingatkan, soalnya penjaga perpus mulaii berdehem kencang. Yamaguchi menutup mulutnya.

"Tsu-Tsukishima-san? Kau tidur Tsukishima-san? Jika iya maka bangun lah!!"

"Kau yang bangun Yamaguchi aku serius," Tsukishima meraih tangan Yamaguchi membuat sang pemilik tangan merona hebat. "Haa... Dengarkan aku dulu makanya, aku menemukan solusi untuk terhindari dari para buaya darat. Yaitu pura-pura memiliki pacar. Karena itu aku minta tolong padamu untuk menjadi pacarku sampai valentine selesai, bagaimana?"

Yamaguchi bukannya tidak paham dengan perkataan Tsukishima, tapi dia sempat syok mengetahui bahwa ia hanya akan menjadi pacar pura-pura primadona sekolah. "Tapi... Kenapa aku? Kita bahkan baru kenal sehari..."

"Aku tidak tau, tapi kurasa denganmu aman." Penuturan Tsujishima membuat Yamaguchi bersweatdrop ria. "Jadi kita cukup terlihat berdua saja saat pulang sekolah atau berangkat, dan istirahat, kurasa itu tidak membuatmu terganggu kan Yamaguchi?"

Raut wajah Yamaguchi berubah serius, ia melepaskan tangan Tsukishima yang sedari tadi memegang tangannya. Dan menatapnya lurus, Tsukishima sedikit kaget melihat wajah Yamaguchi yang mendadak berganti.

"Tsukishima-san, maaf aku tidak bisa."

"Eh? Kan hanya pura-pura Yamaguchi, setelah Valentine kita selesai..."

"Justru itu Tsukishima-san, em maaf kalau kesannya agak lebay dan naif, tapi aku tak ingin menjalin hubungan tanpa adanya rasa saling menyayangi diantaranya." Jawab Yamaguchi kembali pada bukunya. Alis Tsukishima berkerut kesal. Ia sudah banyak menemui yang namanya orang pacaran, rata-rata orang yang menjalin kasih lebih mementingkan nafsu pribadi dibanding cinta. Bahkan kadang mereka terjalin tanpa cinta sama sekali. Hal seperti yang dikatakan oleh Yamaguchi harusnya sudah tidak perlu dipikirkan lagi, sangat aneh jika remaja sehat tidak mau pacaran.

Apalagi yang mengajaknya adalah perempuan cantik semacam Tsukishima, cowok biasa pastinya akan sujud syukur jika mendapatkannya.

"Itu tak perlu di permasalahkan Yamaguchi, dengar jaman sekarang tidak ada lagi—"

"—yang menjalin hubungan dengan cinta? 'Kan?" Sambung Yamaguchi sebelum Tsukishima sempat menyelesaikan perkataannya. "Memang seperti itu adanya tapi aku termasuk golongan yang menentangnya. Jadi maaf."

Tsukishima menggeretak giginya, ia ingin marah. Naif sekali lelaki yang duduk di depannga ini, padahal wajahnya saja tidak cakep, kenapa ia sok sekali? "Alasan itu tidak cukup untuk menolakku," finalnya.

"Oke baiklah, apa aku perlu alasan lain?"

"Jika kau punya, jika tidak kau terpaksa mengikuti kemauanku."

"Jika aku bilang aku menyukai orang lain? Apa kah itu cukup?" Tsukishima menaikkan alisnya.

"Katakan siapa, lalu akan kunilai orangnya seperti apa. Jika tidak lebih baik dariku sebaiknya kau menyerah saja dan ikuti kemauanku." Yamaguchi menghela napas, ia lelah dengan segala kekeraskepalaan gadis berkamata yang masih sedang memegang ensiklopedi dinosaurus.

"Jika kau yang menilai maka semua gadis akan kau nilai lebih rendah darimu, Tsukishima Kei, gadis keras kepala dan berharga diri terlalu tinggi."

"Ada beberapa gadis yang lebih baik dariku, maka cepat katakan."

"Oke, Yachi Hitoka." Tsukishima membelalak. Air wajah Yamaguchi berubah melembut dan wajahnya berubah bersemburat kemerahan. "Kau tau Yachi-san pasti 'kan ia berteman dengan Hinata pastinya juga berteman denganmu. Ia adalah manejer voli kami, kami akrab karena sama-sama anak kelas satu, ia tidak terlalu akrab dengan Kageyama karena katanya menyeramkan, ahaha...

Yachi-san gadis yang baik, ia sangat perhatian dan cerdas, saat masuk pertamakali diajak oleh Shimizu-senpai ia terlihat lucu dan gugupan, kami merasa mirip dan aku mulai menyukainya..."

Yamaguchi kembali menatap Tsukishima yang kini membuang muka. Ekspresinya tak terbaca oleh Yamaguchi, seperti perasaan campur aduk kini sedang dirasakan oleh Tsukishima. Kenapa? Kenapa iya merasa kecewa? Padahal ia hanya ingin 'menggunakan' Yamaguchi sebagai tameng agar terhindar dari orang-orang yang terus-terusan menanyakannya perihal coklat.

"Ah... Baiklah,"

"Tsukishima-san maaf ya, aku tidak bisa menurutimu."

"Aku mengerti kenapa kau bisa menyukai Yachi, aku tau ia orang baik,"

"Terimakasih Tsukishima-san." Tsukishima mengangguk kecil dan pergi dari perpustakaan, memilih pulang kerumah. Sebelum akhirnya ia memilih mampir ke salah satu toko dengan poster dan pernak-pernik lucu berwarna merah muda dan membeli satu coklat untuk dirinya sendiri, ia tidak ada niat untuk memberikan coklat pada siapa-siapa. Lagian juga masih tanggal lima.

Ia duduk di ayunan di taman seberang rumahnya, menikmati dinginnya bulan Februari. Ia membuka bungkus coklat berwarna merah yang ia beli di toko barusan. Ia menatap coklat itu lama.

"Megane-chan membuatkanku coklat valentine?"

"U-um... Karena itu aku ingin bertanya, kau suka coklat yang seperti apa?"

"Apapun yang Megane-chan buatkan aku senang,"

Tsukishima tersenyum kecut, ia memotek coklat batangan itu dan menggigitnya, membiarkan rasa manis dan pahit coklat menyebar keseluruh mulutnya.

'Kira-kira... Apa dia suka?'

"Kuroo-san... Gadis itu membuatkanmu coklat lagi kali ini?"

"Hey hey hey, Kuroo! Enaknya dapat coklat dari cewek!"

"Sepertinya kalian langgeng ya Kuroo-san,"

"Huh? Apa yang kalian katakan, aku lebih suka coklat yang di toko dan kalian tau, skill masaknya sangat payah,"

"Kuroo-san tidak baik berkata seperti iti, meski begitu ia juga berusaha membuatnya..."

"Hem jujur saja aku tidak berniat untuk pacaran dengannya, tadinya aku hanya tertarik karena ia memiliki aura berbeda dan kelihatan sulit ditakhlukkan, tapi ternyata? Hah, dia bahkan lebih membosankan dari yang kuduga..."

"Kau juga mengatakan itu setelah kau putus dengan Yaku,"

"Setelah kau menang kau membuangnya, Kuroo-san itu tidak baik."

"Aku tidak begitu Akaashi, buktinya sampai sekarang aku masih meladeninya bukan? Aku pacar yang baik loh,"

Tsukishima meremas bungkus coklat yang telah habis ia makan, tanpa sadar kristal bening mengalir dari sudut matanya. Giginya bergemelatuk ia ingin menangis. Karena itulah ia selalu membenci Valentine.

"Sialan... Aku benci Valentine, aku benci Februari..."

Dingin menusuk lehernya, ia lupa untuk mengambil kembali syal yang ia simpan di laci mejanya. Tidak mungkin, Tsukishima adalah orang yang tidak suka berandai-andai. Namun kali ini saja, andai ia tak perlu mengenal Kuroo dan membuatnya merasakan pahit. Membuatnya membenci Februari. Membuatnya membenci Valentine.

Dan andai saat ini ada seorang kesatria gagah yang menawarkan pelukan padanya. Yah, walau itu tidak mungkin karena kisah nyata tidak seindah itu, tapi jika boleh, setidak ya ia butuh bahu untuk bersandar meski hanya sebentar. Sebentar saja agar ia tenang. Siapapun itu, teman atau keluarganya.

"Tsukishima-san?" Tsukishima menoleh dengan air mata masih mengalir, sang pemilik suara terkejut bukan main melihat gadis kuat dan berhati baja Tsukishima Kei menangis.

"Yamaguchi...?"

"Tsukishima-san ada apa?! Kenapa menangis? Bukan karena aku tadi kan?" Tsukishima sadar dan langsung menghapus air matanya. Ia menggeleng dan berdiri, membuang sampah bekas coklat ke tong sampah.

"Tidak. Kenapa kau disini?" Tanya Tsukishima, ia berjalan membuka lagar rumahnya. Ia masih melihat Yamaguchi berdiri dua meter belakangnya

"Eh... Rumahku disini..." Jawabnya menunjuk rumah bercat putih dengan pilar hijau yang berada tepat disamping rumahnya. Tetangganya.

"T-tunggu? Kau tetanggaku?!"

"Kau baru tahu?!"

"Kenapa tidak bilang?"

"Kau tidak bertanya..." Jawab Yamaguchi, Tsukishima menepuk jidatnya. Ia menatap Yamaguchi lama, ia merasa ada yang berbeda tiap kali ia menatapnya. Kenapa? Ia juga tak mengerti. Entah mengapa ia merasa aman jika berada di dekat pemuda jangkung berfreckles itu.

"Mm kalau begitu aku pulang,"

"Hmm," Yamaguchi masuk ke teras halaman rumahnya.Tsukishima masih memerhatikannya.

"Loh? Megane-chan??"

Tsukishima terperanjat, seluruh sel tubuhnya mengkaku. Badannya gemetar. Meski udara menusuk kulit tapi keringat dingin mengalir dari pelipisnya. Ia menengok ke belakang patah-patah.

'Tidak mungkin 'kan? Ini Miyagi, bukan Tokyo...'

Tapi suara itu, Tsukishima tidak pernah bisa melupakannya, sudah berapa kali ia mencoba melupakan suara itu. Tapi nihil hasil.

"K...Kuroo-sa..n? Suaranya bergetar, rasanya ingin menangis. Wajah itu tersenyum, bukan senyum yang hangat, namun seringai menyebalkan tercetak di wajahnya yang sebenarnya lumayan tampan.

"sudah lama tidak bertemu Megane-chan, apa kau sehat?" Lelaki itu mendekatinya, Tsukishima membeku. Tangan itu mendekat mengelus pucuk kepala Tsukishima, ia menjerngit. Tubuhnya seakan tersengat listrik. "Megane-chan makin cantik ya? Sudah lama aku tidak mengobrol bersamamu, hei kenapa kau mengganti nomor?"

"K-Kuroo-san sendiri.... Kenapa ada disini? B-bukankah Nekoma berada di Tokyo?" Tanya Tsukishima, ia menunduk, ia tak berani menatap pria dengan nama Kuroo Tetsuro itu langsung. Ia takut, takut dengan mantan pacarnya. Yang hanya mempermainkannya, lalu membuangnya seperti barang sekali pakai.

"Ah... Soal itu, Nekoma sedanf mengadakan latihan tanding dengan Aoba Johsai," jawabnya santai, tangannya beralih pada dagu Tsukishima dan membawanya menatap mata hitam legam miliknya. "Ngomong-ngomong soal Tokyo... Kenapa kau pindah Megane-chan? Aku merindukanmu loh..."

Tsukishima menepis tangan Kuroo dan melangkah mundur. Matanya hampir mengeluarkan air mata. Dadanya dipenuhi rasa benci. Walau ia tau, ia masih mencintainya, ia masih mencintai Kuroo Tetsuro. "P-pekerjaan orang tua... Aku harus pindah..."

"Begitukah, hem sayang ya... Padahal aku masih bersamamu loh, Megane-chan,"

Tsukishima menggeleng, ia tau ia akan dipermainkan lagi. Tapi wajah itu, suara itu, tubuh itu. Itu semua telah mengambil hatinya.

"Ohya, sebentar lagi valentine bukan? Megane-chan apakah kau sudah punya pacar? Atau orang yang disukai barangkali?" Tanya Kuroo, Tsukishima menggeleng. Kuroo tersenyum lebar bergerak untuk memeluk tubuh ringkih milik si gadis yang gemetar di kakinya sangat terlihat. "Kalau belum bagaimana jika kamu memberikanku coklat? Sekali lagi, untuk memperbaiki hubungan,"

"T-tidak bisa, Kuroo-san, aku... Aku sudah memiliki kekasih..." Bohong Tsukishima, ia mencoba mendorong tubuh Kuroo, namun kalah tenaga Kuroo malaj semakin mempersempit jarak mereka

"Jangan berbohong Kei—"

"—aku tau kau masih menyukaiku," bisiknya. Tsukishima terbelalak, ia ingin kabur segera. Ia ingin berteriak minta tolong, ia bisa berbohong dan berkata bahwa Kuroo adalah penjahat seksual yang mengincar gadis muda. Namun lidahnya kelu, ia tak dapat mengeluarkan suara.

'Yamaguchi... Tolong...'

Tsukishima sadar, mengapa ia berpikir agar Yamaguchi menolongnya? Oh, hei bahkan Yamaguchi baru ia kenal sehari, dan Yamaguchi telah menolaknya. Sekarang ia dan Yamaguchi tidak memiliki hubungan lagi selain kenalan.

Mendadak tubuhnya serasa ditarik mundur, pelukan Kuroo terlepas. Tangan panjang merengkuhnya, wajahnya tertanam dalam dada bidang milik seseorang. Ia bisa merasakan hangatnya suhu tubuh dan bau detergen milik orang itu. Sangat nyaman.

"Ehmm... maaf kak, siapa ya? Ada perlu apa sama pacar orang?" Familiar dengan sang pemilik suara, ia mendongak. Pemuda berkulit tan yang eksotis dan helai hijau familiar itu terlihat sedang tersenyum marah.

'Yamaguchi? Ke-kenapa?!'

"Hee kau pacarnya sekarang? Halo aku Kuroo Tetsuro, mantan pacar Kei." Ajak Kuroo bersalaman, sebagai pria yang baik Yamaguchi menerima jabatan tangannya, mereka saling melempar senyum bermakna.

"Salam kenal Kuroo-san, namaku Yamaguchi Tadashi, pacar baru Tsukki," Tsukishima mendengar itu, Yamaguchi mengaku sebagai pacarnya, bahkan memanggilnya dengan nama panggilan yang manis. Ia merasa tangan Yamaguchi mengelus kepalanya sementara si empu seperti sedang bercakap-cakap dengan Kuroo.

"Kau tau Yamaguchi, kau tidak akan bertahan pacaran dengannya. Atau boleh dibilang ia yang tidak akan tahan bersamamu." Yamaguchi mengangkat alis, matanya sekilas seperti merendahkan, namun kembali ke wajahnya yang murah senyum. Tsukishima ingin marah dengan perkataan Kuroo, tapi Yamaguchi menahannya dengan mengelus pundak gadis yang masih dalam pelukannya. "Lucu bukan? Kei adalah tipe yang confess duluan, tetapi setelah ia bosan ia akan melepasnya. Bukankah rasanya seperti fuckgirl?"

"Jangan didengarkan Tsukki," Yamaguchi menutup telinga Tsukishima dengan tangannya. "Yah... Mungkin yang kau bilang ada benarnya Kuroo-san, tapi bosan atau tidaknya bukankah tergantung siapa pacarnya? Kau diputuskan bukan karena Tsukki bosan, tapi karena kau yang membosankan,"

Demi, siapa yang mengajarkan Yamaguchi menggaram?!

Kuroo mendengus, jujur saja baru kali ini sang provokator merasa di provokasi. Ia menghela napas, menyebalkan. "Baiklah-baiklah, aku mengerti, aku hanya mengingatkan. Kalau begitu selamat tinggal pacar baru Kei,"

"Kuharap kau tidak memanggil Tsukki dengan Kei atau Megane-chan lagi, ia sudah menjadi hak patenku." Perkataan Yamaguchi membuat wajah Tsukishima memanas dan berdebar, sumpah demi apapun, jika tadi hanya akting Tsukishima ingin mendaftarkan Yamaguchi ke Hollywood.

Kuroo pergi, namun Tsukishima masih betah di pelukan Yamaguchi. Hangat dan nyaman, rasanya pelik yang selama ini membebaninya bisa diringankan hanya dengan peluk. Tapi dilain hal ia tak mau ke-gap sedang berdebar karena ucapan Yamaguchi tadi, dengan tubuh yang saling menempel seperti ini, Yamaguchi pasti akan menyadarinya.

"Tsukishima-san ma—"

"Tsukki."

"Ta-tapi—"

"Sudah kubilang panggil aku Tsukki. Jangan lepaskan pelukanmu aku masih ingin begini." Tsukishima semakin mengeratkan pelukannya, ia suka menghirup aroma maskulin dari tubuh Yamaguchi, menenangkan batinnya.

"Tsukki maaf aku menguping, dan bertindak seenaknya. Entah mengapa aku merasa kesal, aku tau Kuroo-san klub voli putra pernah berlatih tanding dengan Nekoma beberapa kali, tapi mungkin ia tak mengetahuiku."

"Hmm... Justru aku berterimakasih, aku tidak yakin bisa mengatasi itu sendiri, aku takut padanya..."

"Maaf tapi, apa itu yang membuatmu tidak menyukai valentine?" Tsukishima terdiam, ia mengangguk, Yamaguchi bisa merasakan gerakan kepala dalam peluknya. Yamaguchi mengelus kepalanya lembut, Tsukishima menikmatinya, ia menyukai tangan lebar milik Yamaguchi mengusap helaian pirang miliknya.

"Aku mau nangis," kata tiba-tiba.

"Nangis lah, aku gak melarang."

"Masuk ke rumah dulu, aku malu kalau di luar." Tsukishima mengajak Yamaguchi ke rumahnya, namun Yamaguchi menggeleng, tapi Tsukishima maksa. "Dingin di luar, kita masuk dulu aja..."

"Tapi rumahku cuma selangkah Tsukki..."

"Gapapa..." Tsukishima menarik Yamaguchi ke rumahnya, ia meminta Yamaguchi duduk diruang tamu sementara ia menaruh barang-barangnya ke kamar. Yamaguchi duduk, rasanya aneh. Ia sama sekali tak menyangka ada hari dimana ia akan diajak masuk ke rumah cewek selain ibunya atau neneknya. Dan masalahnya cewek yang mengajaknya adalah Tsukishima Kei yang tercantik di sekolah. Sebenarnya ia sedikit takut kalau-kalau ketahuan anak sekolah dan dijadikan bahan rundungan.

"Maaf lama," Tsukishima menyediakan teh.

"Eh, gausah repor-repot Tsukki..."

"Gapapa, habis ini kau akan jadi pengganti tisu, makanya gapapa."

"Eh?"

Mata Tsukishima mulai berair, Yamaguchi gelagapan. Sedetik kemudian Tsukishima menangis seperti bayi dan menjadikan lengan baju Yamaguchi sebagai pengganti tisu seperti yang dikatakannya tadi. Beruntung besok libur, jadi tidak masalah jika bajunya terpeper air mata dan ingus. Yamaguchi hanya bisa menenangkan dengan mengusap punggungnya pelan sesekali kepalanya. Sepertinya Yamaguchi hobi mengusap kepala orang. Mengeluarkan segala unek-uneknya, dari saat ia bertemu Kuroo sampai akhirnya mereka putus diceritakan. Hal yang selama ini di pendam sendiri ia lontarkan pada orang yang baru saja ia kenal sehari. Kenapa? Tsukishima juga tidak paham, hanya saja seperti yang ia bilang. Jika bersama Yamaguchi entah mengapa dia merasa aman.

"Iya.. Cup cup cup... Tsukki jangan nangis lagi..."

Yamaguchi menepuk-nepuk punggungnya sayang, tapi atensinya mendadak teralih pada pintu yang mendadak terbuka dan suara kasak-kusuk ibu-ibu dari luar. Seorang dengan rambut coklat hampir pirang yang sangat mirip dengan Tsukishima muncul bersama ibu-ibu berfreckles yang cantik.

"Kei mama pulang, ada tamu— loh?!"

"Si-siang Tsukishima-san... Maaf menganggu..." Yamaguchi menyapa nyonya Tsukishima dengan anggukan kecil, sementara Tsukishima— Kei— masih enggan melepas tangannya.

"Tadashi? Kenapa disini?"

"O-okaa-san?!" Suasana menjadi awkward, ibu dan anak itu saling bingung. Pasalnya Yamaguchi—Tadashi— tidak tau jika ibunya akrab dengan ibu Tsukishima. Dan sang ibu pun sama, ia tak tau kalau anaknya dan anak temannya sangat akrab sampai peluk-pelukan.

Nyonya Tsukishima dan nyonya Yamaguchi saling tatap, kemudian senyum lebar menghiasi wajahn mereka. "Gak apa Tadashi-kun, santai saja, anggap rumah sendiri,"

"Kami kesini mau minum teh bersama, kalian mau ikut? Kaa-san bawa strawberry shortcake" Ajak nyonya Yamaguchi sambil menunjukkan kotak kue. Tsukishima menoleh langsung, matanya sembab tapi langsung berbinar kembali mendengar makanan kesukaannya.

"Aku ikut tante, Tadashi ikut juga,"

"Tada— kenapa kau memanggil nama kecilku?"

"Kalau Yamaguchi nanti yang nengok dua orang," jawab Tsukishima santuy. Ia berjalan ke dapur. Mereka ber-empat mengobrol seru, terutama ibu-ibunya, sambil minum teh di sore yang dingin sangat nikmat.

"Oke, jadi, apa hubungan kalian?" Tanya ibu Tsukishima, Kei menoleh fokusnya berubah dari kue ke ibunya. Sementara Tadashi terlihat gugup. Ibu Yamaguchi tersenyum penuh makna pada anaknya.

"Kami tida—"

"Kami pacaran." Ujar Tsukishima santai bahkan masih sempat menyeruput teh hitam, Yamaguchi menatapnya begitu juga dengan kedua ibu yang duduk di depan mereka.

"Eh...? Yang benar Kei?"

"Aku meminta Tadashi untuk jadi pacarku sampai valentine, itu saja sih..."

Ibu Tsukishima dan Yamaguchi saling tatap, Tadashi sendiri menghela napas. "Kau melakukan itu lagi Kei... Sudah mama bilang itu tidak baik, kasihan orang yang kau permainkan."

"Mama sudah kubilang itu tidak mempermainkan, karena sejak awal sudah kubilang hanya sampai valentine usai."

"Tapi tetap saja, Tadashi akan kecewa, benar 'kan Tadashi?" Tanya ibu Tsukishima pada Tadashi.

"Ah... Tidak juga, Tsukishima-san, lagi pula Tsukki dan aku tidak punya relationship apa-apa,"

"Hmm begitu kah," Tsukishima-san menghela napas mengetahui kelakuan anak gadisnya. "Yah, padahal ibu sudah senang jika kalian beneran pacaran ya kan? Koto?"

"Em, begitulah seperti yang dikatakan Mari. Tapi jika memang itu adanya ya sudah, sayang ya. Padahal sudah siap-siap mau jadi besan."

"Okaa-san ngawur."

"Mama halu."

"Kalian berdua jahat,"

Entah apa yang membuat Yamaguchi akhirnya setuju menjadi pacar bohongan Tsukishima, tidak apa-apa bukan? Mengingat perasaannya pada Yachi juga tidak berbalas karena Yachi belok dan menyukai manejer kelas tiga Karasuno VBC Kiyoko-san, rasanya akan sulit bagi Yamaguchi untuk meluruskannya kembali dan menyatakan perasaannya. Maka mulai hari ini, ia dan Tsukishima resmi menjadi pacar bohongan, tentunya yang tahu hanya mereka dan keluarga mereka yang sudah tau tabiat Tsukishima.

Karena itu pagi ini mereka memutuskan untuk berangkat bersama. Rasanya sedikit aneh, Tsukishima melepas headphonenya dan merubah susana telinganya yang biasa mendengar lagu tenang di pagi hari ke mendengarkan suara alam.

Dan Yamaguchi sendiri biasa berangkat sendiri tidak terbiasa dengan kehadiran gadis cantik di sebelahnya. Ia jadi agak gugup. Tak ada yang membuka pembicaraan, semua fokus pada jalan. Sampai pada gerbang Karasuno, mulailah aksi mereka, Tsukishima langsung merangkul tangan Yamaguchi saat para kaum adam yang meminatinya bergerak menyerang.

"Maaf semuanya aku sudah punya pacar sekarang,"

Tsukishima bersorak dalam hati melihat mereka frustasi, ia semakin erat menganggandeng Yamaguchi sampai kelas, toh kelas mereka bersebelahan. Yamaguchi hanya bisa pasrah dijadikan sebagai tameng manusia.

"Kau sudah berhasil membuat Yamaguchi-kun menjadi pacarmu? Tsuki~?" Tanya Hinata sambil menyeruput susu kotak yang dibelikan Kageyama pagi ini. Tsukishima mengangguk sambil tersenyum bangga, rasanya seperti habis memenangkan lotere liburan ke Hawai atau uang seratus milyar.

"Yah bukan Tsuki kalau hal yang diinginkan tidak tercapai sih..." Ujar Hinata lagi.

"Aku anggap itu pujian Hinata."

"berarti valentine ini kau bebas ya? Tinggal hadiah terimakasih untuk Yamaguchi-kun saja," kata Yachi yang sedang memegang buku masak, sspertinya ia berencana membuat sesuatu. Wajah Tsukishima berubah berkeringat dingin, ia lupa. Walau pun hanya pura-pura tapi mana mungkin ia tidak berterimakasih pada Yamaguchi, setidaknya ia harus berikan coklat terimakasih sebagai balas jasa.

"Aku lupa soal itu... Haaa... Masalahnya bahkan nilai praktek masakku itu tidak sampai 7..." Hinata dan Yachi menepuk pundak Tsukishima pelan.

"Kalau begitu kenapa tidak beli saja?" Tsukishima mengangguk, ya sepertinya beli tidak buruk. Lagian ia punya sedikit trauma dengan coklat yang ia buat sendiri, ia tak mau Yamaguchi kecewa dengan hasil usahanya.

Sebentar, kenapa ia jadi memikirkan Yamaguchi kecewa atau tidak? Padahal itu hanya coklat terimakasih bukan?

Pulang sekolah ia dan Yamaguchi pulang bersama, hanya ada obrolan ringan diantara mereka, semacam pelajaran, atau apa pun itu. Dan selalu Yamaguchi yang memulainya. Tsukishima yang sedang rebahan sambil mengscroll instagram mencari-cari resep kue coklat atau hadiah valentine yang cocok untuk Yamaguchi.

"Dari pada bintang lebih seperti strawberry ya... Wajahnya itu, bahkan rambutnya seperti daun, aku ingin lihat kalau wajahnya memerah malu..." Tsukishima malah halu, ia menyukai perasaan ini, rasanya sudah lama tidak halu saat valentine seperti gadis SMA lain. Valentine baginya seperti masa yang tidak menyenangkan karena kejaran fans. Tapi sekarang dengan adanya Yamaguchi setidaknya ia punya perisai untuk menghalau fansnya.

Hari telah lewat beberapa, mereka semakin dekat dengan acara yang ditunggu-tunggu. Sore ini sepulang sekolah Tsukishima mampir ke rumah Yamaguchi, iseng aja gitu lagian dirumahnya juga gak ada orang, ibunya arisan, kakaknya kuliah, dan ayahnya kerja.

"Yamaguchi,"

"Ah, Tsukki? Ada apa?" Tsukishima cengo melihat Yamaguchi dengan cekatan mencampurkan bahan, mengaduk, dan memanggang kue. Demi apa Yamaguchi pintar memasak.

"Apa yang kau buat?"

"Gateau de Chocolate, kau mau mencobanya?" Yamaguchi menawarkan sambil memegang cangkir. "Kopi atau teh?"

"Emm, teh,"

"Salah ini kopi," ujar Yamagcuhi sambil tertawa dan menuangkan kopi ke gelasnya, Tsukishima merasa dipermainkan, perempatan imajiner terlukis didahinya. "Bercanda-bercanda... Tsuki mau teh, akan kubuatkan,"

Teh telah terhidang tinggal menunggu kuenya matang, Tsukishima menikmati teh hitam dicampur gula dan susu yang biasa ia minum, sementara Yamaguchi dengan kopi hitamnya. Yamaguchi sadar sepertinya Tsukishima memiliki lidah manis, berbeda dengannya yang lebih menyukai makanan yang asinnya kayak kebelet nikah.

"Yamaguchi aku baru tau kau bisa membuat kue," Tsukishima memulai pembicaraan, ketika Yamaguchi mengeluarkan kue tersebut dari oven. Menusuknya dengan tusuk gigi dan mengecek apakah sudah matang. Setelah itu mengekuarkannya dari loyang.

"Hem, sebenarnya untuk kue ini aku cukup banyak berlatih, ada sekitar 3 kali, ini percobaan ke-4 dan hasilnya bagus," ia memotong kue itu dan memberikannya pada Tsukishima, "aku berlatih untuk ulang tahun ibuku tanggal 12 September, ibuku sangat suka coklat sih,"

"Hee... Sebentar lagi, 3 hari lagi,"

"Makanya aku sering berlatih, aku ingin menghadiahkannya pada ibuku. Walau bahannya cukup menguras dompet,"

"Ah... Ini enak," puji Tsukishima, ia menyuap dengan semangat. Rasanya manis tapi tidak terlalu dan yang jelas sangat empuk dan coklatnya sangat terasa.

Yamaguchi menggaruk kepalanya malu, bukan hal aneh bagi Yamaguchi membuat macam-macam kue atau manisan, ia memang tidak terlalu suka manis jadi jarang membuatnya. Tapi jika ia mau, baca resep sekali, ia bisa mengerjakannya.

"Kalau Yamaguchi perempuan pasti banyak yang mengincar ya, cowo jaman sekarang suka perempuan yang bisa masak sih, kalau aku laki-laki pasti aku juga mencari yang seperti Yamaguchi. Ah, boleh minta sepotong lagi?"

"Ah, silahkan," jujur saja ia sedikit malu dibilang begitu oleh Tsukishima, dan Tsukishima sendiri memerah karena baru sadar apa yang ia bicarakan.

'Apa yang kukatakan?? Aaaahhh!!!"

Waktu mulai mendekati pertengahan Februari, ini sudah tanggal tiga belas dan semarak kota menampilkan pernak-pernik simbol cinta semakin meriah. Dilain hal Yamaguchi dan Tsukishima semakin dekat, mereka sering makan dan mengobrol bersama, selain berangkat dan pulang mereka tetap bertemu dan kadang sengaja datang ke rumah satu sama lain untuk sekedar mengetahui apa yang sedang dilakukan pacar bohongannya itu.

Hinata dan Yachi yang mengetahui hal itu rasanya ingin tertawa, tapi syukurlah, sepertinya mereka tak khawatir lagi, orang yang bersama Tsukishima adalah orang yang baik. Mereka tahu itu. Dan sepertinya tidak masalaj jika mereka terus bersama seperti itu 'kan?

"Tsukki!"

"Ah, Yama kau menungguku?"

"Ayo pulang," Yamaguchi mengajakk Tsukishima pulang, tanpa sadar Tsukishima menggandeng tangannya dan Yamaguchi tidak keberatan malah ia menikmati setiap jarinya yang terkait dengan jemari lentik milik Tsukishima. Seperti ada kehangatan yang lain ia rasakan saat kedua telapak itu menyatu. Yamaguchi semakin mengeratkan genggamannya.

Tsukishima sadar Yamaguchi semakin erat menggandeng, ia juga tidak pernah memiliki masalah dengan setiap sentuhan entah sengaja atau tidak dari Yamaguchi. Ia terlihat menginginkannya, selama Yamaguchi tak keberatan itu tidak apa-apa bukan? Satu-satunya masalah sekarang adalah debaran jantung yang tak karuan seakan menyerangnya setiap kali mendapat afeksi pura-pura yang Yamaguchi lakukan di depan banyak orang untuk menghindarkan Tsukishima dari ancaman permintaan coklat valentine. Tsukishima tidak bodoh, ia tau perasaan apa yang ia rasakan pada Yamaguchi sekarang.

Nampaknya ia sudah jatuh, Tsukishima Kei yang terkenal cantik dan kepribadiannya yang keras sudah jatuh dtangan pemuda manis Yamaguchi Tadashi.

Tak apa-apa, Tsukishima yakin tidak apa-apa jika Yamaguchi. Maka pada malam itu tepatnya saat jam sepuluh malam semua sudah diposisi rebah masing-masing, ia mengendap-endap dari kamarnya membawa sebuah buku majalah yang ia pinjam dari perpustakaan kota. Resep coklat mudah dan enak untuk valentine.

Bukan pertama kalinya ia membuat coklat valentine tetapi, ia tidak pernah seberdebar ini. Ia berharap Yamaguchi mau menerima coklatnya walau hanya dengan embel-embel coklat tanda terimakasih.

Ini harinya, ia dan Yamaguchi tetap berangkat bersama hari ini karena ini puncaknya. Yamaguchi sudah menyiapkan mental kalau-kalau harus kena labrakan senior yang naksir Tsukishima.

"Ke-kenapa aku jadi gugup begini..." Tsukishima memegangi wajahnya yang sudah memanas walau masih musim dingin. Kedua temannya hanya bisa tersenyum memerhatikan gadis pirang yang biasanya dikepang kini rambutnya sengaja di gerai, membiarkan helai ikalnya jatuh ke pundaknya, tak lupa dipermanis dengan half pony tail yang diikat dengan pita hitam.

Ia berniat untuk memberikannya pada Yamaguchi, dianggap apapun itu coklat, pokoknya ia akan memberikannya. Jerih payahnya membuat coklat sampai larut malam tak boleh disia-siakan. Apapun yang dikatakan Yamaguchi padanya nanti, ia tak peduli dengan itu. Yang penting sekarang adalah ia harus menyelesaikan status 'pacar pura-pura'nya dan merubahnya menjadi kekasih yang sebenarnya.

Tsukishima berjalan ke kelas 1-5, ia melihat banyak perempuan yang sedang mengerubungi meja Yamaguchi. Ah, benar saja, Yamaguchi memang cukup populer walau hanya sebagai teman yang menguntungkan. Yamaguchi melirik pintu dan menemukan Tsukishima sedang berdiri disana, sontak ia langsung minta permisi dan berjalan menghampirinya.

"Tsukki mau pulang?"

"Um, tapi sebelumnya..." Tsukishima mengambil kantong berwarna putih dengan pita merah menghiasi. "Untukmu," serunya lantang, membuat seluruh atensi siswa yang ada di lorong depan kelas 1-5 itu tertuju pada mereka berdua.

Banyak kasak-kusuk membicarakan mereka apalagi Tsukishima memang sangat mencolok. Hinata dan Yachi pun tidak ketinggalan menyaksikan 'acara penyerahan tanda terimakasih' oleh Tsukishima untuk Yamaguchi.

"Tanda terimakasih, karena sudah menjadi pacar pura-puraku sampai valentine berakhir..."

Yamaguchi yang tadinya gelagapan sekarang mengerti maksudnya, ia memasang senyum tulus yang menghangatkan hati. "Ah... Terimakasih Tsukishima-san,"

Panggilan pun berganti membiat Tsukishima sedikit kecewa, tapi tidak membuat niatnya luntur begitu saja. "Satu lagi, Yamaguchi, aku... Kemarin aku memang menggunakanmu untuk kepentinganku karena itu aku berterimakasih padamu sekarang, tapi—"

Yamaguchi menunggu, ia tidak bisa pergi karena Tsukishima memegang tas coklat yang juga sedang ia pegang.

"—aku... Untuk sekarang maukah kau menganggap ini sebagai honmeichoco? Dan untuk seterusnya maukah kau menjadi pacarku, yang sebenarnya?" Tsukiahima menundukkan kepalanya malu, ia tak berani menatap Yamaguchi. Ia terlalu malu mengatakannya di depan banyak orang, tapi memang niatnya begitu, ia ingin menunjukkan pada semua orang bahwa kini hati Tsukishima Kei telah dimiliki oleh seseorang.

Ia tidak peduli dengan sorakan orang-orang, atau Yachi dan Hinata yang teriak-teriak kegirangan. Atensinya kini berada pada degup jantungnya sendiri.

"A..." Tsukishima menoleh, ia melihat Yamaguchi menutupi sebagian besar wajahnya dengan satu tangan. Semburat rona terlihat di telinganya. "Tsuki-shima-san aku... Aku tak menyangka... Akan ehm..."

"Ti-tidak usah pakai sangka-sangka, aku mau jawabanmu, Yamaguchi." Tsukishima mendekatkan diri, Yamaguchi bergeming kini menunjukkan wajahnya yang ternuata sudah memanas. Wajahnya berubah serius.

"Uhm, aku mau, Tsukki," Yamaguchi mendekap tubuh Tsukishima dan mendapat serangan sorakan dari para siswa, entah selametan atau hinaan ia tak peduli.

Tsukishima kembali mendapatkan cintanya di hari valentine yang tadinya ia benci. Mulai sekarang hari ini adalah hari yang bersejarah bagi mereka berdua.

The End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top