3. Kidnapped
Aku dan Alvaro berbincang-bincang lumayan lama. Ia benar-benar ramah dan membuatku merasa nyaman. Kupikir mungkin itu efek karena dia adalah mate- ku.
Namun tak lama kemudian, ia menerima kontak dari seseorang yang mengharuskannya untuk pergi. Ia berkali-kali memintaku untuk ikut dengannya, tapi berkali-kali pula aku menolaknya. Aku sudah merencanakan bahwa aku ingin berkeliling di kota ini dulu. Jadi dengan berat hati, ia membolehkanku.
Dan di sini lah aku sekarang. Berjalan di tengah kota sendirian. Lagi. Huh! Dasar Alvaro orang sibuk! Padahal sebelumnya aku ingin memintanya menemaniku jalan-jalan. Yah, apa boleh buat.
Tadinya Alvaro ingin mengajakku makan siang, karena pekerjaannya, ia harus buru-buru kembali dan meninggalkanku dengan segepok uang. Padahal aku hanya ingin makan, tapi lihat lah setumpuk uang ini. Hah! Dasar orang kaya! Aku kan jadi sedikit tidak enak.
Aku mampir ke sebuah kafe kecil, lalu memesan makanan lumayan banyak. Selain karena kelaparan, porsi makanku memang cukup banyak dari wanita biasanya. Namun hal yang aku herankan dan aku syukuri adalah tubuhku tetap saja tidak bertambah gemuk.
Beberapa jenis makanan dan minuman telah terhidangkan di meja tepat di hadapanku. Perutku sudah meraung-raung dan rasanya air liurku sudah siap meluncur dari tempatnya.
Wah, makanan di sini benar-benar enak. Perutku sudah terisi penuh dan siap untuk melanjutkan kembali perjalanan. Para pengawal dengan sabar menjagaku kemana pun aku pergi.
Mataku membelalak saat melihat kota yang terlihat lebih ramai dari yang sudah-sudah. Aku ... sangat senang! Aku tak pernah melihat daerah tempatku tinggal seramai ini. Benar-benar kota yang menarik.
Tanpa aku sadari, aku sudah berlari menggapai kerumunan. Menyelip di antara orang-orang sambil tertawa riang, melihat sekeliling, dan berputar mengikuti irama yang ada di kepalaku.
Orang-orang melirikku dengan pandangan aneh, ada juga yang tak peduli. Dan aku? Mana aku pikirkan! Yang penting aku senang. Aku sedang merayakan kebebasanku dari sangkar yang selama ini mengurungku.
Terkadang aku berhenti untuk sekadar menunggu lampu lalulintas kembali merah, lalu menyeberang ke seberang jalan. Rasa penasaran dan bahagia meluap-luap dari kepalaku. Benar-benar dunia yang seperti aku impikan. Bebas. Aku benar-benar bebas seperti burung di angkasa.
Senyumku tak kunjung memudar, apalagi ketika melihat pertunjukan musik jalanan. Nada-nadanya seperti ikut merayakan kedatanganku. Aku menari-nari sambil berjalan dengan riang. Sesekali tudungku jatuh ke leher, namun kembali kupasang.
Aku terperanjat saat ditengah kerumunan orang-orang yang ramai ini, tanganku ditarik oleh seseorang yang aku tak tahu siapa. Suara teriakanku tenggelam dalam bunyi ribut kendaraan dan orang-orang yang lain. Tangannya menggenggam tanganku dengan sangat kuat. Tak bisa. Aku tak dapat melepaskan pegangan tangannya.
Aku menoleh ke belakang, mendapati beberapa orang seperti mengikutiku. Siapa lagi mereka, huh?
Tiba-tiba ia berlari dengan tangan yang masih bersarang di tanganku. Refleks aku juga ikut berlari. Orang ini benar-benar gila!
Kami keluar dari kerumunan dan aku baru sadar kalau ia menuntunku menuju pinggir kota, di dekat hutan. Ia membalikkan badannya dan menghadap ke arahku. Tampangnya memang seperti penculik, sih.
Orang aneh ini mengenakan baju, masker, dan topi yang serba hitam. Ia bukan ingin ziarah kan?
"Hei! Kau ... salah tarik orang, ya?" tanyaku yang masih mencoba berbaik sangka.
"Tidak,"jawabnya singkat.
"Oh, oke." Aku langsung berbalik dan ingin berlari, namun dengan ajaibnya ia telah berada di depanku sehingga membuat dahiku bertubrukan dengan dada bidangnya.
Aku menelan air liur dengan susah. Cobaan apalagi ini? Ternyata memang susah jadi orang cantik, sepertinya.
"Apa maumu? Aku cuma punya tampang cantik, tapi tak punya uang, harta atau apapun itu," ucapku ketus.
"Yang kubutuhkan itu kau."
"Gila." Aku mulai mengalirkan sihir ke telapak tangan, lalu membuat sebuah orbs yang tak terlalu kuat, namun cukup untuk melumpuhkan orang biasa. Aku mengarahkan pada kakinya agar ia tak dapat berjalan.
Namun dengan secepat kilat, ia berada di belakangku dan menutup mulut serta hidungku, bermaksud menghambat jalur pernapasanku agar aku pingsan.
Aku menyikut perutnya, namun ia masih tetap tak bergerak. Walau aku sudah menginjak-injak kakinya pun ia tak bereaksi. Dengan kesal aku menggenggam tangannya dengan erat, lalu memelintirnya hingga aku terlepas dari jeratannya.
"Tch. Kau ... sangat merepotkan." Ia menatap mataku lurus-lurus dengan pandangan tajam yang membuat sekujur tubuhku tiba-tiba membeku.
Namun aku tak peduli, aku tetap melancarkan seranganku. Aku mengarahkan tinjuku pada wajahnya. Namun dengan mudahnya ia menahan kepalan tanganku, tak cukup dengan itu, aku mengayun kakiku ke arah 'area pribadinya'. Namun dengan sigap ditahan oleh tangannya yang lain.
Beberapa orang yang kuduga tadi sedang mengikutiku malah mendekati kami dan dengan sigap mengeroyok orang aneh ini sehingga membuatku terlepas darinya.
Apa orang-orang yang membantuku ini suruhan Alvaro, ya?
Aku melihat mereka saling bergelut satu sama lain. Aku mengerutkan dahi dan menautkan kedua alisku. Oh, ini akan jadi tontonan yang seru.
Namun, tak lama, orang-orang yang membantuku kalah dan segera melarikan diri dari hadapan si orang aneh. Huh! Ternyata mereka payah!
Orang aneh itu berbalik dan menatap tajam ke arahku. Oh, ayo lah, Miyuki! Sepertinya nyawamu benar-benar ada di ambang kematian.
Sial. Aku benar-benar telah kalah telak.
Terakhir yang kurasakan adalah rasa berdenyut pada belakang leherku yang aku yakin adalah bekas pukulannya.
-------------------
Aku mengerjapkan mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalamnya. Bayang-bayang yang kulihat, karena rasa pening yang masih kurasakan.
Ugh, tempat apa ini? Benar-benar gelap, kotor, dan bau amis darah. Di depanku terjejer jeruji besi yang berarti aku sedang dikurung oleh orang aneh sialan itu.
Bagaimana caranya aku melarikan diri dari sini? Ah, pasti para pengawal itu sedang kebingungan mencariku. Dan parahnya lagi Alvaro, dia akan khawatir jika tahu aku diculik.
"Heh! Sudah sadar?" Aku mendongak, melihat orang aneh tadi.
"Kau punya mata, kan? Kupikir pertanyaanmu itu sangat jelas dan bodoh!" ujarku dengan sangat sinis.
"Tch."
"Dan omong-omong, siapa kau?" tanyaku sambil menatapnya tajam.
"Huh! Selamat datang di Kerajaan Luna Noire Pack, aku Alpha Mykael. Silakan menunggu giliran karena kau akan mendapat bagian seperti mereka," ujar orang aneh itu dengan menunjuk beberapa wanita yang sedang merintih kesakitan di dalam sebuah penjara kumuh tepat di sampingku.
Karena terlalu asik berpikir, aku sampai tidak menyadari bahwa ada orang lain selain aku di sini. Dan ... tunggu. Apa? Aku menoleh ke arah beberapa wanita yang terlihat sengsara di penjara di sampingku. Dan benar saja, mereka adalah Omega. Orang ini benar-benar gila!
"Kau! Apa yang kau lakukan pada mereka! Dasar orang gila!" teriakku kesal. Mereka adalah sebangsaku yang berarti mereka adalah saudariku. Aku tak peduli kalau orang di depanku ini adalah Alpha. Mau Alpha atau apapun itu akan kulawan jika menyakiti bangsaku.
"Berisik. Diam atau kau akan kusiksa seperti mereka sekarang juga."
"Coba saja." Begitu selesai berbicara, orang itu langsung meremas kedua pipiku dengan satu tangannya. Dasar sialan.
"Kau beruntung sekarang aku sangat lelah. Karena kalau tidak, aku akan menyiksamu lebih keji lagi dari mereka." Ia berbicara dengan penuh tekanan. Lalu melepaskan kedua pipiku dengan kasar.
Aku mendongak, menatapnya tajam dengan tatapan menantang. Demi apapun aku sangat membencinya. Cih, aku bersumpah akan segera keluar dari tempat busuk ini.
____________
A/N :
Uwu Abang Mykael juga uda muncul >~<
gimana? Kalian shipper siapa? Miyuki-Alvaro atau Miyuki-Mykael? Atau Alvaro x Fal x Mykael ?
Aku sih, yang option ketiga aja ya wkwk
Ceritanya udah agak rumit, ya. Lanjut baca terus dan jangan lupa vomment! •~•)/
Jaa ne, minna-san!
Sweet regards,
Mukkun's candy buddy, and Dewi gledek,
Fal ⚡
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top