6. Finally! (Ending)

Tercenung beberapa saat, kesadaranku seakan menghilang entah kemana. Dua buah lubang, bekas gigitan vampir di leher Nona Serena Miyuki membuatku meringis dalam diam, membayangkan betapa sakit yang ia dirasakan.

Pandanganku kini beralih ke arah Luna Emily, yang sedari tadi enggan untuk mengangkat kepalanya yang entah sejak kapan sudah tertunduk dalam. Kedua tangannya terus saja bergerak, saling meremas satu sama lain.

Mendadak, aku bingung harus berbuat apa. Situasi ini benar-benar mengacaukan fokusku, sehingga beberapa waktu aku lewati dengan hanya berdiam diri.

"Aaron, apa yang kau lakukan? Jangan hanya diam saja! Cepat kau mindlink Alpha Mykael."

Suara Sky membuatku sedikit tersentak kaget. Aku menatap Luna Emily dan Nona Serena secara bergantian. Dimana vampir-vampir itu? Pergi kemana mereka?

Niatku yang semula ingin menghampiri Luna Emily dan memintanya memberi penjelasan langsung kuurungkan kala mendapati tubuh Nona Serena yang mulai membiru.

Segera, aku pun me-mindlink Alpha Mykael.

"Alpha, Nona Serena Miyuki sekarat. Aku melihat ada gigitan di lehernya, yang aku duga adalah ulah vampir." Kulirik sekilas Luna Emily yang masih tak kunjung mengangkat kepalanya. Beberapa kali ia kepergok berusaha untuk curi-curi pandang ke arah Nona Serena. "Dan lagi, ada Luna Emily juga di sini."

Cukup lama aku menunggu respon dari Alpha Mykael. Apakah ia menerima mindlink dariku?

Kakiku melangkah ke arah Nona Serena sembari menunggu balasan dari Alpha Mykael. Ketika jarakku sudah hampir dekat dengan Nona Serena, mindlink dari Alpha Mykael masuk ke dalam pikiranku. Aku pun berhenti, dan fokus dengan mindlink antara aku dan Alpha Mykael.

"Aaron, maaf. Alvaro sangat-sangat menyusahkanku. Aku jadi tidak terlalu menyimak mindlink darimu, bisa kau ulangi?"

Napasku tertahan. Kuhirup udara panjang lalu mengembuskannya dengan sedikit kasar.

"Nona Serena terkena gigitan vampir, Alpha. Dan sekarang dia tengah sekarat. Aku juga melihat keberadaan Luna Emily di sini."

"Apa?!"

Respon yang diberikan oleh Alpha Mykael membuatku menghela napas untuk yang kedua kalinya, bedanya, kali ini aku melakukannya dengan perlahan-lahan.

"Tunggu di sana. Pastikan Serena Miyuki masih bertahan hidup. Dan jangan lengah, terus awasi Emily. Aku takut dia kenapa-napa."

Setelah Alpha Mykael memutus mindlink-nya denganku, aku pun kembali melanjutkan langkah, menghampiri Nona Serena, kemudian berjongkok di samping kirinya.

Sreett!

Kepalaku tertoleh ke kanan dan mendapati Luna Emily yang sudah ikut berjongkok tepat di sebelahku.

Ia menatap ke arah Nona Serena dengan pandangan kosong. Lantas, aku meletakkan telunjuk tangan kananku ke dekat lubang hidung Nona Serena, memastikan apakah dia masih bernapas atau tidak.

Terduduk dengan ekspresi sedikit lega aku lakukan tatkala merasakan adanya deruan napas dari Nona Serena, walaupun sangat pelan.

"Maafkan aku, Miyuki. Aku menyesal, sungguh. Maafkan aku .... "

Lirihan yang tiba-tiba saja keluar dari mulut Luna Emily membuatku spontan menoleh ke arahnya.

"Luna .... " panggilku pelan, berusaha untuk mengalihkan perhatiannya sehingga ia menatap ke arahku.

Bahu Luna Emily tiba-tiba saja bergetar. Tetesan bening jatuh ke atas permukaan tanah, beriringan dengan isakan yang sirat akan penyesalan.

"Luna, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku hati-hati dengan nada lembut.

"Aaron, aku sudah membunuhnya! Aku pembunuh! Aku, pembunuh, Aaron!"

Mataku membola saat Luna Emily mulai menjambaki rambutnya sendiri, wajahnya terlihat memerah.

Dengan cepat, aku meraih kedua tangannya.

"Luna, hentikan! Kau tidak boleh menyakiti dirimu sendiri seperti ini. Cukup kau beritahu aku, apa yang sebenarnya terjadi?"

Diam. Luna Emily terdiam. Namun, tidak dengan tangisannya yang tak kunjung mereda.

"Luna Emily, apa yang sebenarnya terjadi?" ulangku dengan intonasi yang kembali merendah.

"Aaron ..., aku ...."

Bruk!

"Luna!" seruku kaget saat melihat tubuh Luna Emily yang tiba-tiba saja ambruk ke atas tanah.

Bersamaan dengan pingsannya Luna Emily, pasukan vampir dengan jumlah yang lumayan banyak datang dan mengepung kami bertiga.

Tanpa aba-aba, Sky mengambil alih tubuhku. Dan mulai menerjang vampir-vampir tersebut tanpa ampun.

"Arghhhh!" teriak salah satu vampir ketika kakinya digigit oleh Sky.

Tak puas hanya dengan menggigit kakinya, Sky pun melompat dan melayangkan cakarannya, membuat sebuah luka gores yang sangat besar di leher vampir tersebut.

Dalam sekejap, puluhan vampir kini telah terkapar di atas tanah.

Ini untuk pertama kalinya Sky seperti ini. Sepertinya ia benar-benar menumpahkan semua emosi yang sedari tadi ia pendam. Dan itu membuatku menjadi khawatir.

"Sky, berhenti! Kau bisa menghancurkan isi hutan ini!"

Serigala putih itu mengabaikan mindlink dariku. Ia bergerak cepat saat seorang vampir mencoba untuk memberikannya serangan, dan balik menyerang vampir tersebut ketika dirinya lengah.

"Sky, aku bilang berhenti. Kau dulu pernah bilang, kalau kita cinta damai, kan? Apa ini definisi dari damai yang kita maksud? Aku tahu kau marah. Ya! Kita gagal melindungi Nona Serena Miyuki. Tapi, kalau kau tidak juga berhenti, maka kita semua akan mati di sini, para vampir, aku, kau, Luna Emily, dan Nona Serena."

Kebingungan melandaku saat Sky tiba-tiba saja diam. Ia berjalan menuju salah satu vampir yang sedari tadi hanya menyeringai marah, dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, dan sedikit noda darah di sudut bibirnya.

"Dia adalah vampir yang telah menggigit Nona Serena, groarrrrrr!"

Setelah mengatakan itu, Sky langsung menerjang vampir tersebut. Aku terdiam. Kilatan di mata Sky juga bulunya yang tampak bercahaya menandakan bahwa dia benar-benar marah sekarang.

Bruk!

"Uhuk!"

Cairan kental berwarna merah marun keluar dari mulut vampir tersebut. Ia tak henti-hentinya terbatuk. Belum sempat dirinya bangkit, Sky kembali menyerangnya dengan menyeruduk tubuh vampir itu, membuatnya terlempar tak berdaya.

"Ber-hen-ti," ujarnya terbata-bata saat Sky sudah hampir dekat.

"Bu-kan. Buk-an a-ku."

"Sky, berhentilah. Dia ingin mengatakan sesuatu."

Napas Sky memburu. Sekuat tenaga ia mencoba untuk menahan dirinya, agar tidak menginjak tubuh vampir itu.

"Di-a. Di ... di-a. yang me-nyu-ruhku."

Sky mengikuti kemana arah tangan vampir itu menunjuk, namun sayangnya nyawa vampir tersebut sudah lebih dulu pergi meninggalkan raganya. Menyisakan sebuah teka-teki yang menimbulkan seribu tanya.

"Tidak! Kumohon jangan mati dulu!"

"Aunggggggg!"

Dua buah lolongan serigala langsung menginstruksi indera pendengaranku. Alpha Mykael telah tiba. Tetapi, ternyata dia tidak sendiri. Terdapat Alpha Alvaro di belakangnya.

Kawanan vampir yang hanya tinggal beberapa itu langsung melarikan diri dari lokasi. Kini, hanya tinggal aku, Alpha Mykael, Alpha Alvaro, Luna Emily dan Nona Serena saja.

Lagi, aku melirik ke arah mayat vampir di depanku. Kemudian berjalan menghampiri Alpha Mykael dan Alpha Alvaro.

"Alpha Mykael, Alpha Alvaro, tubuh Nona Serena mulai membiru akibat digigit oleh vampir."

Kedua serigala itu langsung saja berpencar.  Kulihat Alpha Mykael yang langsung merubah kembali wujudnya menjadi manusia kemudian menghampiri Luna Emily.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Alpha Alvaro, setelah wujudnya kembali normal, ia lalu mendekat ke arah Nona Serena yang tengah mengerang kesakitan dan langsung memangku kepalanya.

Langkahku kini tertuju ke arah Nona Serena dan Alpha Alvaro. Begitu sampai, kudengar Nona Serena berkata, "Sakit, Al. Ini sakit ... argghh ... ssshh ...."

Berusaha untuk menenangkan Nona Serena, segera Alpha Alvaro membalas ucapannya, "Bertahanlah, sayang. Aku akan memberikanku energiku."

Perasaan bersalah langsung menyeruak di dalam diriku, bagaimana pun juga aku ikut turut andil atas insiden yang menimpa Nona Serena. Seandainya aku datang lebih cepat, mungkin dirinya akan baik-baik saja sekarang.

"Aaron, apa yang terjadi dengan Emily?"

Aku menoleh ke arah Alpha Mykael. Sebelum menjawab pertanyaannya, aku pun ikut merubah wujudku menjadi manusia, baru kemudian menatapnya.

"Entahlah, Alpha Mykael. Sejak aku datang, ia sudah terlihat sangat terpuruk. Kepalanya terus-terusan menunduk. Sampai tiba-tiba ia mengatakan kepadaku bahwa dia adalah pembunuh. Ia bahkan berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri. Hingga tak lama kemudian, ia jatuh pingsan."

Alpha Mykael tak langsung merespon. Ekspresinya sangat sulit untuk kubaca. Namun, tidak dengan matanya. Bisa kulihat ada kesedihan di sana. Ia kecewa.

"Kalau begitu bawa Emily kembali ke Lune Noire Pack. Letakkan dia di ruang medis sampai kondisinya memulih. Ketika sadar, langsung Kurung dia di ruang bawah tanah, entah kenapa feeling-ku mengatakan, dia dalang dari semua ini."

Sedikit kaget, kupandang Luna Emily dengan tatapan tak percaya.

"Ba-baik Alpha."

•••••

Mataku terus memandang Luna Emily yang kini tengah berbaring di atas kasur yang berada di ruang medis. Sempat terpikirkan perkataan Alpha Mykael tentang Luna Emily yang menjadi penyebab dari semua ini.

"My-Mykael .... "

"Luna kau sudah bangun?" tanyaku spontan kala Luna Emily mulai membuka matanya. Ia menoleh ke arahku, kemudian mengedarkan pandangannya, menelusuri setiap sudut ruangan.

"Mykael ... dimana Mykael?"

"Terakhir kali kami bertemu saat berada di hutang terlarang. Dan sekarang aku tidak tahu dia dimana."

Luna Emily berusaha untuk bangun dan turun dari tempat tidur. Namun, dengan segera aku menghentikan aksinya."

"Luna kau baru saja sadar, jangan terlalu banyak bergerak dulu, atau kau akan pingsan lagi."

Menurut, Luna pun mengurungkan niatnya dan memilih bersandar di kepala kasur.

"Aaron .... "

"Ya, ada apa Luna?"

Helaan napas keluar dari mulut Luna Emily. Lantas, ia memandang ragu ke arahku. Kuberikan dia tatapan teduh, berharap dapat meyakinkan dia agar mau menceritakan semuanya padaku.

•••••

Di sinilah kami berada, tempat dimana setiap ruangnya ditutupi sel-sel besi. Penjara bawah tanah.

Luna Emily benar-benar mengakui semuanya. Dugaan Alpha Mykael sama sekali tidak meleset. Dia memang dalang dari semua ini, namun ternyata ia tidak melakukannya sendirian. Terdapat campur tangan Beta Lucas juga di dalamnya. Sungguh, fakta yang sangat mengejutkan.

Dengan berat hati aku memasukkannya ke salah satu ruangan di penjara bawah tanah, kemudian penjaga bergerak memutar kunci sel tersebut.

"Maafkan aku, Luna. Aku ... aku terpaksa melakukan ini."

Sebuah senyuman tulus terukir di wajah Luna Emily, membuatku semakin tidak tega dan langsung memalingkan wajah darinya.

"Kau tak perlu meminta maaf, Aaron. Ini semua kemauan Mykael, dan aku sendiri merasa pantas untuk mendapatkannya."

"Aku tahu kau orang baik, Luna Emily. Setiap orang pernah berbuat kesalahan, namun jarang ada yang mau mengaku. Aku harap, setelah ini hubunganmu dengan Alpha Mykael akan berjalan sebagaimana mestinya."

"Terima kasih, Aaron. Mykael beruntung mendapatkan Beta sepertimu."

Kutanggapi perkataan Luna Emily dengan tersenyum tipis.

"Sepertinya, Alpha Mykael sebentar lagi akan ke sini. Kalau begitu, aku pergi dulu, Luna. Kau tidak apa kan, jika aku tinggalkan sendiri?"

"Yaa, cepatlah pergi! Aku tidak mau kalau tiba-tiba jatuh cinta denganmu," sahut Luna Emily bergurau.

"Haha, kalau begitu aku pamit, Luna."

"Yaa .... "

•••••

Buk!

Duduk di atas salah satu sofa, aku mengusapkan handuk ke area rambutku yang berwarna kecoklatan.

Baru saja aku membersihkan tubuhku di kamar mandi. Kini, badanku terasa jauh lebih segar dari sebelumnya.

Beranjak dari sofa dan berjalan ke arah cermin, kutatap pantulan tubuhku sendiri di sana.

Bayangan yang berisikan ekspresi kebencian Lucas terhadapku tiba-tiba saja muncul.

Kuperpendek jarakku dengan cermin, kemudian berkata, "Apakah wajahku semenyebalkan itu hingga dia sangat membenciku?"

"Hei, Sky! Alpha Alvaro masih di sini kan?"

"Aku rasa ya. Lagipula, Nona Serena tidak akan pulih dalam waktu yang cepat."

"Berarti tidak kecil kemungkinan, Lucas juga akan ke sini."

•••••

Saat ini aku tengah berjalan menuju ke penjara bawah tanah. Bukan untuk menemui Luna Emily, melainkan ingin menghampiri Beta Lucas. Berdasarkan informasi yang aku dapat, dirinya ternyata juga ditahan di sana.

Ketika sampai, aku melihat Alpha Mykael dan Luna Emily yang tengah berbicara empat mata. Tak ingin mengganggu, aku pun meneruskan langkah hingga akhirnya sampai di sel tahanan Lucas.

"Beta Lucas!" seruku ketika berhasil menemukannya. Pandangannya kini terpokuskan ke arahku.

"Aaron? Ada apa kau kesini?"

Rasa penasaranku yang sudah tak terkontrol membuatku tidak lagi berbasa-basi dengannya.

"Kenapa saat itu kau terlihat sangat membenciku?" tanyaku sambil memandang laki-laki berambut panjang itu.

"Hanya cerita lama."

Kuhela napas kasar, ketika mendengar jawaban kurang memuaskan dari Beta Lucas.

"Kumohon, beritahu aku!"

"Ayahmu ... membunuh Ayahku."

Badanku membeku saat itu juga dengan mulut yang sedikit terbuka dan kerutan di area kening.

"Ma-"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Beta Lucas langsung memotongnya begitu saja.

"Sudahlah, aku sudah tidak memikirkan itu."

Terdiam sesaat, aku pun kembali menatapnya.

"Kalau begitu berjanjilah padaku kita akan menjadi teman dan minum teh bersama nanti."

Tanggapan dari Beta Lucas yang langsung tersenyum, membuatku juga ikut tersenyum. Hei, dia orang yang ramah juga ternyata.

"Kalau begitu sampai bertemu nanti," ujarku dan bersiap meninggalkan penjara bawah tanah.

"Ya, sampai bertemu nanti."

•••••

Merebahkan diri di atas ranjang, perlahan-lahan mataku mulai terpejam. Namun, belum sampai 10 menit, mindlink dari Alpha Mykael tiba-tiba saja masuk. Segera, aku membuka kembali mataku dan merubah posisiku menjadi duduk.

"Ada apa, Alpha Mykael?"

"Aaron, tolong kau cek keadaan Luna Emily di sel tahanannya."

Baru saja aku kembali dari penjara bawah tanah dan sekarang aku harus ke sana lagi?

"Baiklah, Alpha Mykael, aku akan ke sana sekarang juga."

Tanpa banyak tanya, aku pun bergegas menuju ke penjara bawah tanah, dengan menggunakan lift.

Begitu sampai, diriku langsung dibuat kaget atas pemandangan yang ada di depanku.

"Oh, Moon goddess! Apa yang terjadi denganmu, Luna Emily?"

Kutemukan Luna Emily yang sudah tidak sadarkan diri dengan Luka di sekujur tubuhnya. Darah segar tampak mengalir dari sudut bibir perempuan itu, membuatku panik seketika.

"Penjaga, buka sel nya sekarang juga dan cepat bawa Luna Emily ke ruang medis!"

Berdiri di depan ruangan medis dengan perasaan cemas, aku menunggu kabar dari dokter yang saat ini tengah mengecek kondisi Luna Emily.

Singgh!

Pintu ruangan tersebut tiba-tiba saja terbuka dan menampilkan sosok pria dengan setelan serba putih dari dalamnya.

"Maaf, Beta Aaron. Setelah memeriksa keadaan Luna Emily untuk yang kedua kalinya, ternyata terdapat bekas gigitan vampir di leher sebelah kirinya."

Terkejut, kutatap Dokter Theo dengan mulut yang sedikit terbuka, mata yang membulat, dan alis yang saling bertautan.

"Apa?! Ba-bagaimana bisa?"

Kapan vampir-vampir itu menggigitnya?

"Aku juga tidak tahu, Beta Aaron. Kurasa vampir-vampir itu sudah memanipulasi bekas gigitannya terlebih dahulu sehingga baru terlihat sekarang."

Gagal dalam mengontrol emosi, aku pun meninju dinding di depanku.

Bugh!

Lagi lagi aku kalah cepat dengan vampir-vampir tak berguna itu! Arghhh!

"Lalu, bagaimana dengan keadaannya sekarang? Apa dia akan baik-baik saja? Dan luka-luka di tubuhnya?" lirihku sambil menatap lemah ke arah Dokter Theo.

"Untuk itu, aku rasa ia akan koma selama beberapa saat, dikarenakan tidak segera mendapatkan penanganan akan racun vampir yang ada di tubuhnya."

Tidak tahu harus merespon dengan bagaimana lagi, aku pun menganggukkan kepalaku pelan, "Terimakasih, Dok."

"Sama-sama, Beta Aaron."

Setelah kepergian Dokter Theo, dengan cepat aku me-mindlink Alpha Mykael, untuk memberitahukan perihal Luna Emily.

Namun, beberapa kali aku mencoba untuk me-mindlink-nya, dirinya tak juga kunjung memberikan balasan.

"Aish, dimana dirimu Alpha Mykael?" keluhku frustasi.

"Sebaiknya, kita langsung susul saja dia ke ruangannya."

Mengikuti saran Sky, aku pun segera melangkah, meninggalkan ruangan medis dan menuju ke ruangan Alpha Mykael.

Sesampainya aku di ruangan tersebut, tak ketemui tanda-tanda akan keberadaan Alpha Mykael, selain robot abu-abu bernama Max -asisten Alpha Mykael.

"Max, dimana Alpha?"

Lantas, robot itu menoleh ke arahku, "Aku juga tidak tahu, Beta Aaron. Ia belum kembali sejak tadi."

"Baiklah, tolong sampaikan kepadanya agar segera merespon mindlink dariku ya."

"Baik, Beta Aaron."

Setelah puas mengililingi kerajaan tak lupa pula menyinggahi area taman, diriku tak juga berhasil menemukan Alpha Mykael. Bahkan, sensor pelacakku pun gagal dalam mendeteksi posisinya.

Akhirnya, kuputuskan untuk kembali ke kamar dikarenakan rasa lelah dan kantukku yang tak terbendung.

Menjatuhkan tubuh ke atas kasur dengan posisi tiarap, kutenggelamkan wajahku di lekukan bantal sambil menghirup aroma khas yang menempel di sana.

Tanpa menunggu lama, aku pun tertidur pulas, melupakan segala beban yang menyemakkan pikiran dan melepaskan rasa penat yang sempat merampas jatah istirahat.

•••••

Di sinilah kami semua sekarang berada, di lapangan utama kerajaan Lune Noire Pack. Sebentar lagi Alpha Alvaro akan mengumumkan hukuman yang akan ia jatuhkan kepada Beta Lucas. Dengan disaksikan semua petinggi juga para rakyat.

Mataku terus menatap ke arah Alpha Mykael yang saat ini tengah berdiri, hendak memberikan kalimat pembuka. Jika lupa akan tata kerama, mungkin saat ini aku sudah berlari ke arahnya kemudian menarik Alpha Mykael menuju ke ruangan medis, tempat Luna Emily dirawat.

"Perhatian sekalian rakyat Lune Noire Pack. Hari ini aku, Alpha Mykael Everdeen memanggil kalian untuk menjadi saksi atas hukuman yang akan dijalankan Beta Lucas Eugene dari Lune Rouge Pack."

Suara tegas penuh wibawa dari Alpha Mykael memancing gemuruh sorak sorai dari warga, yang terdengar saling bersahut-sahutan.

"Tidakkah nama Luna Emily memintas di kepalanya, barang hanya sekali saja?" mindlink Sky, yang membuatku spontan mengangguk setuju.

"Entahlah. Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran Alpha Mykael," ujarku sekaligus mengakhiri mindlink antara aku dengan Sky.

"Maka dari itu, aku menyerahkan sepenuhnya kepada Alpha Alvaro Mackenzie untuk menentukan hukuman yang pantas bagi Beta Lucas Eugene."

Alpha Alvaro kemudian berdiri dari tempat duduknya.

"Sebelum hukuman diberikan, aku mengumumkan bahwa posisi Lucas sebagai Beta dari pack Lune Rouge Pack telah dicabut!"

Kembali, rakyat mengeluarkan sorak sorai mereka, yang malah membuat diriku menjadi semakin kesal. Bukannya iba, mereka malah bahagia ketika seseorang akan dijatuhi hukuman. Oh, hayolah nobody is perfect. Setiap orang pantas mendapatkan kesempatan kedua, begitu pun dengan Beta Lucas.

Kulihat Alpha Alvaro mengangkat salah satu tangannya, mengisyaratkan agar mereka kembali tenang.

"Lucas! Dengan ini kau bukan lagi seorang Beta. Dan hukumanmu adalah ... Kau harus pergi meninggalkan kedua pack ini, yaitu Lune Rouge Pack dan Lune Noire Pack. Dengan kata lain, kau diusir dari wilayah ini!"

"Semua harap tenang!" teriak pengawal.

"Keputusan sudah diputuskan. Lucas Eugene mulai besok tidak boleh memasuki wilayah Lune Noire Pack dan Lune Rouge Pa-"

"Tunggu! Aku menolaknya!"

Apa?

"Apa maksud Lucas dengan menolaknya?" tanyaku kesal dan melupakan masalah Luna Emily serta Alpha Mykael untuk sesaat.

"Aku rasa, dirinya sudah ada tradisi hukuman tersendiri," balas Sky yang membuatku mengernyitkan kedua alis.

"Hukuman itu masih tidak sebanding dengan apa yang aku perbuat. Alpha, Aku ingin hukuman mati."

Semua orang terkejut mendengar penuturan dari Lucas, tak terkecuali aku, dan Alpha Alvaro lah yang paling terlihat kaget.

"Apa maksudmu Lucas!" tanya Alpha Alvaro kemudian.

"Hukum dikeluargaku menyatakan, siapa dari keluarga besar Eugene yang berani mengkhianati pimpinannya, maka harus dijatuhi hukuman mati dan hukuman akan dilaksanakan di atas batu kebenaran. Dan, Alpha? Aku ingin kaulah yang menjadi algojonya."

Barulah, semuanya terdiam. Ucapan Beta Lucas benar-benar tidak terprediksi sebelumnya. Aku tak menduga ia akan mengatakan ini.

"T-tapi .... "

"Kumohon, Alpha. Biarkan sekali ini aku mematuhi hukum keluargaku."

"Baiklah," jawab Alpha Alvaro dengan berat hati, bisa aku lihat dari matanya yang memandang Beta Lucas dengan tatapan masih sedikit tidak percaya.

"Dengar semua! Sekarang ini, Lucas Eugene akan melaksanakan hukuman mati di atas batu kebenaran."

•••••

Batu kebenaran adalah tempat dimana seseorang akan dibersihkan dosa-dosanya dengan darah yang berasal dari tubuhnya sendiri, dan sekarang kami tengah menuju ke lokasi batu kebenaran itu.

Secara kebetulan, aku satu kereta dengan Alpha Alvaro dan juga Beta Lucas. Kedua orang itu terlihat tak terlibat percakapan sama sekali sejak masuk ke dalam kereta.

"Alpha, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih telah percaya kepadaku dan maafkan aku yang telah mengkhianati kepercayaanmu."

Ucap Beta Lucas akhirnya, namun, Alpha Alvaro memilih untuk membuang wajahnya.

Karena tidak tahan, aku pun ingin menyampaikan kepada Beta Lucas tentang keputusannya ini.

"Lucas! K-"

"Ini keputusanku, Aaron," potong Beta Lucas cepat, membuatku kembali mangatupkan kedua bibirku.

•••••

Sekarang, aku tengah berdiri di jejeran para petinggi. Tetapi, sayangnya aku tak berhasil menemukan posisi Alpha Mykael.

Kami mengililingi batu kebenaran yang berbentuk persegi empat  yang dimana sudah ada Beta Lucas yang berbaring di sana dengan wujud serigalanya.

Jika diperbolehkan, ingin rasanya aku pergi dan meninggalkan tempat ini. Namun, tentu saja itu sangat tidak sopan, lagipula setelah ini aku tidak yakin akan bertemu lagi dengan Beta Lucas, sekalipun aku ingin.

Alpha Alvaro mulai melangkah mendekati Beta Lucas, dengan memegang sebuah pedang. Begitu sampai di samping Beta Lucas, ia pun mengangkat pedangnya. Kini, mata pedang itu tepat menghadap perut Beta Lucas.

Moon Goddess, tak bisakah kau hentikan semua ini? Cukup, cukup ketika perang saja pertumpahan darah terjadi. Jangan sampai ada lagi. kumohon ....

Mataku yang semula terpejam terbuka kembali saat kudengar prajurit mulai menghitung mundur.

"Beta Lucas aku mohon. Tarik kembali kata-katamu. Kau sudah berjanji padaku setelah ini kita akan minum teh!"

Berusaha untuk me-mindlink Beta Lucas, namun aku tak mendapat respon sama sekali. Aku tak tahu, apakah mindlink itu sampai atau tidak.

Tiga ....

"Oh, ayolah, Luck. Masih ada waktu untuk berubah pikiran." Sky ikut me-mindlink Luck, namun tampaknya ia juga tak mendapat respon.

Dua ....

Jantungku berdebar, ikut merasakan ketegangan dari atmosfer di sekitarku. Melihat ke arah Alpha Alvaro, ia terlihat gemetar saat memegang pedangnya. Sedikit lagi ... sedikit lagi, pedang itu akan menancap di perut Beta Lucas.

Satu ....

"Hiyaaa!"

Srekk!

"Beta Lucas!" "Luck!"

Aku dan Sky menjerit bersamaan. Mataku membelalak tak percaya. Pedang itu benar-benar menancap di perut Beta Lucas.

Jatuh dengan posisi berlutut. Tubuhku seakan kehilangan tenaga saat itu juga. Sebegitu singkatnya pertemuan ku dengan Beta Lucas.

Gerombolan air langsung memenuhi pandanganku. Kita baru saja bertemu. Bahkan belum genap 24 jam. Dan kau pergi begitu saja, seolah lupa akan jalinan pertemanan yang beberapa saat lalu tercipta. Bagaimana dengan janjimu kepadaku? Ya! Kau tidak akan menepatinya.

"Kau ingkar janji, Beta Lucas ... " lirihku, dengan tumpahan air mata yang tak lagi terbendung.

•••••

Tiga minggu sudah, Lucas pergi meninggalkan dunia. Dan tiga minggu pula Alpha Mykael menghilang dari pandangan. Mindlink-ku diabaikan, sapaanku tak dihiraukan, bahkan beberapa kali ia kepergok menghindar dariku.

Apakah aku pernah berbuat salah? Atau ..., dia marah karena aku gagal melindungi Nona Serena dari gigitan vampir?

"Sky, sekarang apa yang harus kita lakukan?"

Bener-bener aku tidak tahu lagi harus berbuat apa. Rasanya, aku pasrah jikalau Alpha Mykael memang marah padaku atau bahkan membenciku. Tetapi, bagaimana dengan Luna Emily?

"Sudahlah, Aaron. Aku yakin, Alpha Mykael bukan marah denganmu. Kurasa ..., ia hanya belum siap."

Perkataan Sky membuat langkahku yang sudah hampir sampai di ruangan medis terhenti.

"Apa maksudmu belum siap Sky?"

Ekor mataku melirik ke arah pintu ruang medis yang dimana Luna Emily tengah berbaring tak berdaya di dalamnya.

"Aku juga tidak tahu. Itu hanya praduga sementaraku. Sudahlah, sebaiknya cepat kita ruang medis."

Tanpa banyak tanya lagi, aku pun kembali melanjutkan kakiku, melangkah ke ruangan Luna Emily. Begitu sampai, aku pun mendekati sensor tubuh, untuk mengetahui apakah kondisi tubuhku sudah layak masuk ke ruangan.

Namun, belum sempat aku melakukannya, pintu ruangan terbuka tiba-tiba saja menggeser terbuka dan menampilkan wujud Dokter Theo dengan ekspresi panik.

"Be-Beta Aaron. Luna Emily. Di-dia, sekarat. Tubuhnya mengejang, sebelumnya ia sempat menggumamkan nama Alpha Mykael. Tidakkah kau tahu dimana keberadaannya sekarang?"

Mendengar berita dari dokter Theo, segera aku berlari ke dalam dan mengabaikan pertanyaan. Begitu sampai, kutemui tubuh Luna Emily yang membiru dan tak henti-hentinya mengejang.

"Luna! Luna bangun Luna! Ini aku, Aaron. Kumohon jangan seperti ini, ak-aku, aku bingung harus berbuat apa. Hayolah Luna ...."

Percuma. Kata-kataku tak membawa pengaruh apa-apa terhadap Luna Emily.

"Aku rasa, hanya alpha Mykael yang bisa menenangkannya, mengingat ikatan yang ada di antara keduanya."

Menoleh ke arah Dokter Theo, mata ku memerah. Sungguh, aku tidak tega melihat Luna Emily seperti ini.

Tes!

Beberapa tetes air mataku berhasil mengenai lantai. Tetapi, dengan cepat aku menghapusnya, dan berlari ke luar ruangan.

"Alpha Mykael! Aku mohon, kali ini respon mindlink dariku. Luna Emily sekarat, tubuhnya mengejang, apakah kau tidak kasihan dengannya?"

Kini, tubuhku tak lagi berdiri tegak. Kedua lututku terasa melemah dan langsung jatuh mengenai lantai.

"Maafkan aku, Luna. Aku memang benar-benar tak berguna. Makhluk payah!"

"Mindlink Alpha Alvaro, Aaron. Barangkali mereka tengah bersama sekarang."

Segera, aku pun bangkit, dan menghubungkan mindlink-ku dengan Alpha Alvaro. Moon Goddess bantu aku.

"Al-Alpha Alvaro. Ini aku, Aaron. Maaf mengganggu waktumu. Luna Emily ..., dia sekarat, tubuhnya mengejang, bisakah kau bantu aku untuk menyampaikan hal ini kepada Alpha Mykael? Aku sudah mencoba untuk menghubunginya, tetapi selalu tak direspon."

Memejamkan mata, aku berharap Alpha Mykael menerima mindlink ini dan bersedia membantuku.

"Iya, Aaron. Kau tenang saja, aku akan langsung memberitahukan hal ini kepada Mykael."

Demi Moon Goddess, aku sangat-sangat bahagia sekarang.

"Terimakasih, Alpha Alvaro, terimakasih."

"Baiklah, kau tunggulah di sana, sebentar lagi kami akan datang."

"Baik, Alpha Alvaro."

Mindlink-ku dengan Alpha Alvaro terputus. Kini, aku tengah menunggu kedatangan Alpha Mykael.

"Aaron! Dimana Emily? Dimana dia, Aaron?"

Dengan cepat aku menoleh ke arah Alpha Mykael yang baru saja sampai dengan raut penuh kecemasan. Diikuti dengan Alpha Mykael dan juga Nona Serena di belakangnya.

"Dia ada di dalam, Alpha."

Langsung saja Alpha Mykael masuk ke dalam ruang medis dan duduk di samping Luna Emily. Alpha Alvaro dan juga Nona Miyuki pun menyusulnya ke dalam. Sementara aku memilih untuk menatap mereka dari luar ruangan, dengan seribu tanda tanya yang memenuhi kepalaku.

•••••

Dua bulan kini telah berlalu. Namun, mata Luna Emily masih saja setia terpejam dengan rautnya yang tenang.

Perasaanku menjadi iba, melihat Alpha Mykael yang terus-terusan menangis dalam kelirihan. Mulutnya tak berhenti mengoceh, meminta agar perempuan itu bersedia untuk bangun.

"Huh, Alpha."

Refleks, aku menoleh ke arah Luna Emily yang tiba-tiba saja mengeluarkan suaranya. Dia sudah sadarkan diri!

"Akhirnya, Luna sadarkan diri. Kalau begitu mari kita pergi untuk menjemput Keana, Aaron," ucap Sky, membuat aku yang tadinya tersenyum haru berubah menjadi masam.

"Perlukan aku meminta Dokter Theo untuk memeriksa kondisimu juga, Sky? Kau membuatku menjadi ingin menyuntikkan obat mati kepadamu saat ini juga."

Mendengar tawa yang keluar dari mulut Sky, ekspresi datar di wajahku kini semakin tercetak jelas.

"Silahkan, kalau kau ingin mati juga."

"Arghhh, kau membuatku gagal terharu, Sky. Dasar serigala kurang ajar!"

Karena sudah kelewat kesal, aku pun memutuskan mindlink-ku dengan Sky dan kembali fokus dengan kondisi di ruangan saat ini.

"Hei, kau mengusir kita. Ingat Mykael dulu kau tak mau diajak berdua bersama Emily. Sekarang kau seperti ayam yang tak mau jauh dari induknya. Ck, kau menjikat ludahmu kembali bung."

Mengernyit bingung, aku pun tersentak saat Nona Serena tiba-tiba saja menarik tanganku dan Alpha Alvaro untuk keluar dari ruangan setelah berbicara dengan Alpha Mykael. Ah ..., tampaknya aku melewatkan sesuatu. Ini semua gara-gara Sky. Awas saja kau!

•••••

2 tahun kemudian.

Untuk kesekian kalinya aku menghela napas, menatap bosan Alpha Mykael yang sedari tadi masih juga tak menemukan pakaian yang pas untuk digunakan.

Lantas aku tersenyum kecil, membayangkan apa yang akan terjadi ketika dirinya sudah bertemu dengan Luna Emily nanti.

"Aaron bagaimana? Apa aku su—"

"Alpha, ayolah kau sudah bertanya sebanyak lima puluh kali, apa kau tak bosan? Dan jawabanku masih tetap sama, kau sangat tampan. Luna pasti makin jatuh cinta padamu," potongku cepat ketika Alpha Mykael kembali melontarkan pertanyaan yang sama kepadaku. Percayalah, aku benar-benar menghitungnya.

"Tapi Aaron, kata Miyuki di tempat itu, banyak para cowok muda yang lebih tampan dariku. Kalau Emily lebih memilih mereka bagaimana?"

Belum sempat aku membuka mulut, Alpha Alvaro yang entah muncul darimana tiba-tiba saja menyeletuk, "Kau seperti abg labil Mykael, pergilah. Kalaupun Emily mau, sudah dari tahun-tahun lalu ia pergi meninggalkanmu bersama orang lain. Tapi ia tetap mau bersama pria brengsek sepertimu."

Spontan aku pun tertawa mendengar ucapannya yang kelewat pedas itu, tak lupa pula melirik ke arah ekspresi kesal yang tercetak jelas di wajah Alpha Mykael. Tidak hanya aku, Nona Miyuki bahkan beberapa pelayan pun tak bisa untuk menahan tawa mereka.

"Kau Alpha yang dikenal dingin dan kejam tapi malah bergalau ria hanya karena ditinggal Emily. Wah Emily membawa pengaruh besar terhadapmu." Niatku yang tadinya ingin menghentikan tawa seketika gagal ketika Nona Serena ikut-ikutan mengatai Alpha Mykael. Ah, Alpha Alvaro dan Nona Serena memang pasangan yang serasi.

Di tengah-tengah aksi tawa kami, tiba-tiba saja aku teringat akan Lucas. Terakhir kali aku berkunjung ke makamnya adalah enam bulan yang lalu. Seharusnya, saat ini dia ada di sini. Ikut menikmati suasana suka dan tertawa bersama kami. Namun, takdir berkata lain. Moon Goddess lebih sayang dia.

"Semoga kau juga tengah berbahagia 'di sana', Beta Lucas."

•••••

Berdiri di sebuah restoran yang khusus disewa oleh Alpha Mykael untuk mengutarakan perasaannya kepada Luna Emily, aku dan Sky kompak menggerutu kesal.

Bagaimana tidak? Saat ini aku tengah berada di antara dua pasangan yang sibuk bermesra-mesraan.

Awalnya, aku memang terharu, ketika melihat Alpha Mykael bernyanyi untuk Luna Emily, kemudian berjalan menghampirinya dan berkata, "Will you stay beside me, Emily Arra?"

Namun, sekarang lihatlah! Ternyata hanya aku yang menghadiri acara ini tanpa seorang pasangan. Sementara Alpha Mykael dan Alpha Alvaro sibuk memanjakan Tuan Putri mereka.

Mulutku terbuka, saat tanpa sengaja mendapati Alpha Mykael dan Luna Emily yang kini tengah berciuman. Lantas, aku melirik was-was ke arah Alpha Alvaro, barangkali dia juga tengah bersiap-siap untuk melakukannya kepada Nona Serena.

"Oh, mataku! Mataku telah ternodai!" pekik Sky.

"Ya, Sky! Sebaiknya kita pergi saja dari sini," ucapku dan sudah ambil ancang-ancang untuk meninggalkan restoran.

"Benar, Aaron. Mari, kita pergi dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Alpha Mykael dan Alpha Alvaro kepada Keana."

"SKY!"

•••••

Demi melepas rasa rinduku dengan Keana, aku pun memutuskan untuk men-videocall dirinya. Saat ini aku tengah berada di taman kerajaan Luna Noire Pack, sambil menunggu fajar terbit.

"Aaron, aku merindukanmu .... " lirih Keana untuk yang kesekian kalinya.

"Aku juga, Keana. Tetapi baik dirimu dan diriku tak bisa berbuat apa-apa, selain bersabar menunggu sampai kontrak kerjamu di abad 23 selesai."

Tatapanku meneduh saat mendapati Keana yang tiba-tiba saja menangis.

"Kumohon jangan menangis .... "

"Ak-aku, aku pergi dulu ya."

Sebelah alisku terangkat dengan punggung yang tak lagi menempel di sandaran kursi.

"Apa maksudmu? Kau mau pergi kemana?"

Spontan aku berdiri ketika mendapati layar tab-ku yang tiba-tiba saja mati.

"Ada apa ini, Aaron?" tanya Sky panik.

"Entahlah, Sky aku juga tidak tahu."

Tanganku memukul pelan layar tab, berharap benda pipih itu bisa hidup kembali.

"Keana, apa yang terjadi denganmu?"

"Kita harus pergi ke abad 23, Aaron, aku takut sesuatu telah menimpa Keana."

Mengangguk setuju, aku pun berbalik untuk kembali ke kamar dan bersiap-siap menuju ke abad 23.

Tak!

Tab di tanganku tiba-tiba saja terjatuh, ketika seseorang tiba-tiba saja memelukku.

"Keana? ..., Is that you?"

"Yes. It's me, your mate."

Aku menggeleng tak percaya. Keana, mate-ku. Gadis yang wajahnya sudah beberapa tahun tak pernah kutatap secara langsung. Kini tengah berada di dalam pelukanku.

"Keana, apa setelah ini kau akan kembali ke abad 23?" tanyaku hati-hati sambil mengeratkan pelukan terhadapnya.

"Hm, menurutmu, bagusnya aku kembali atau tidak?"

"Tidak!" balasku tegas, kemudian melepaskan pelukanku dengannya.

"Karena hari ini juga aku akan melamarmu ...." lanjutku sambil mengusap pelan kepalanya.

"Dan hari ini juga aku menerima lamaranmu ...." balas Keana sambil menirukan gaya bicaraku, membuat aku tidak tahan untuk tidak mencubit kedua pipinya.

- The End -

Akhirnya, Alhamdulillah, kelar juga 😣

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Mungkin ana enggak bakalan terlalu berbasa-basi mengingat deadline beberapa menit lagi :'v

Awalnya pas tau bakalan dapet tema ini sebagai event dari CreaWiLi yaitu ABO UNIVERSE, ana kek, "Hah? Ini teh naon, ana teh enggak tau :'(." Sampe akhirnya DheaSyahfitri7 selaku leader ngejelasin ke ana dan yang lainnya. Enggak cuman Dhea aja, beberapa member juga ikut ngasih tau perihal ini genre, karena kebetulan mereka ada baca, Alhamdulillah >~<

Selama proses pengerjaan cerita ini, Alhamdulillah kita enggak terlalu mengalami hambatan, walaupun sering terlambat ngumpulin :', maap ya Dhea 😥

Ana bener-bener ngucapin terimakasih banyak buat anggota kelompok yang se-tim sama ana, juga Dhea selaku leader, karena tanpa kalian, ana enggak mungkin berhasil nyelesain cerita ini 😣, lop youuu guysssss, dan buat kakak-kakak admin CreaWiLi, makasih yaa, berkat kalian, ana bisa ngerasain kolab bikin cerita dengan lima orang sekaligus.

Last, makasih buat buddies_bubble yang udah mau bantuin ana dengan ngasih beberapa pemahaman dan e-book yang kebetulan genrenya ini😣.

Dan, makasih buat anggota kelompok yang lain karena udah mau meluangkan waktunya buat baca cerita ana, ana sayang kalian😣.

Pokoknya buat kalian semua, makasih yaaa, semoga kita semua bisa kompak terus, dan saling men-support satu sama lain.

Sekian, wassalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

💞💞💞💞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top