Hospital - Part 1
"Miss Abbot."
Hailey menghentikan langkahnya. Dia melihat ke sekelilingnya. Lantai satu rumah sakit tempat dia berada sekarang memang tidak terlalu ramai, tapi tidak ada satu orang pun yang tahu keberadaannya. Saat itulah matanya menangkap satu sosok mungil yang melambaikan tangan ke arahnya. Tanpa ragu perempuan yang mengenakan kardigan warna pink itu melambaikan tangan, isyarat memanggil gadis kecil yang memanggil namanya untuk mendekat.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Rosaline?"
Gadis berambut pirang yang dipanggil Rosaline itu hanya tersenyum. Dia menunjuk laki-laki yang sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi.
"Itu orangtuamu?"
Rosaline mengangguk. Lalu tangannya menunjuk ke arah lain. Seorang perempuan yang duduk di kursi roda dan menggendong sesuatu di tangannya.
"Ah, baby sister?"
Senyum di wajah Rosalie melebar. Kali ini dia memperlihatkan seluruh giginya. Dia mengangguk senang.
Hailey kemudian menggamit tangan Rosalie dan mendekati orangtua gadis itu. Perempuan berambut panjang itu merasakan kehangatan menjalar dari tangan muridnya. Sesuatu yang senaantiasa dia rasakan ketika yang digenggam sedang merasa bahagia.
"Selamat sore," sapa Hailey.
Perempuan di atas kursi roda mendongak. Tidak lama dia tersenyum saat menyadari Hailey yang menyapanya. Sebuah senyum yang sarat kebahagiaan.
"Miss Abbot. Apa yang sedang Anda lakukan di rumah sakit? Apakah Anda sakit?"
"Tidak. Aku hanya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin." Hailey menjawab sopan. "Rosaline tadi memanggilku. Aku baru ingat, Anda baru saja melahirkan dua hari kemarin."
Ibu Rosaline kembali tersenyum. Sebelah tangannya yang tidak menggendong bayi mengusap rambut Rosaline dengan sayang.
"Ya. Sekarang kami sudah diizinkan untuk pulang. Rosaline sudah tidak sabar untuk bisa menggendongnya di rumah."
Hailey mengintip sejenak ke dalam gendongan. Bayi berambut pirang yang tidur lelap. Tampak nyaman di pelukan ibunya.
"Cantik," puji Hailey.
"Tentu saja, Miss. Dia memang cantik. Secantik aku," jawab Rosaline yang seketika membuat dua perempuan dewasa di hadapannya tertawa. Sementara gadis itu tampak tidak peduli dan asyik mengelus pipi adiknya.
Hailey melambaikan tangan pada keluarga kecil itu ketika mereka pamit. Senyum di wajahnya perlahan menghilang. Dia hanya menatap punggung keluarga itu dengna hampa.
Perhatian perempuan itu begitu terpusat sampai salah seorang pengunjung rumah sakit tanpa sengaja menabrak bahunya. Hal itu membuatnya teringat dengan tujuannya datang ke rumah sakit. Dia melirik jam tangan di lengan kanannya dan gegas menuju salah satu poli.
***
Kibasan kertas dari majalah yang dibuka dengan kasar terdengar tidak menganggu bagi para pasien yang sedang duduk di ruang tunggu. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Hailey. Beberapa kali dia tampak mencubit pangkal hidungnya tiap kali kibasan itu terdengar.
Hailey hanya bisa mengembuskan napas pelan. Dia berusaha untuk tidak mendengkus dan tidak terlihat kasar. Bagaimanapun saat ini, dia sedang berada di ruang publik. Tidak sopan jika dia harus menegur remaja yang kesal menunggu hanya demi kenyamanannya.
"Suaranya berisik, bukan?"
Hailey menengok dan seorang wanita berambut putih dengan keriput di sekitar mata tersenyum ke arahnya. Hailey membalas senyuman itu, lalu suara halaman majalah dibuka kasar kembali terdengar. Sekali lagi Hailey mencubit pangkal hidungnya.
"Kalau kau merasa terganggu, tidak apa-apa untuk menegurnya," kata wanita tua di sebelah Hailey.
Tangan perempuan itu langsung mendarat di pergelanagan si nenek. Hailey memperlihatkan senyum terbaiknya. Senyum yang selalu dibilang menenangkan jiwa. Kata ibu pantinya dulu.
"Tidak apa-apa. Itu hanya suara kertas. Tidak menyakiti orang."
"Tapi kau ...."
"Tidak apa-apa. Lagipula dia hanya sedang kesal menunggu. Sesuatu yang wajar."
Nenek tua yang terlihat menggunakan alat bantu dengar itu terenyuh mendengar ucapan Hailey.
"Kau perempuan yang baik," katanya sambil menepuk-nepuk tangan Hailey.
"Nomor antrian 47."
Panggilan dari pengeras suara itu membuat Hailey menarik tangannya.
"Maaf, saya sudah dipanggil," pamitnya.
"Semoga Tuhan melindungimu, Nak."
Hailey tertegun sebentar.
Tuhan? Melindungiku?
Hailey kemudian meninggalkan ruang tunggu dan masuk ke dalam ruang pemeriksaannya. Dia harus tahu hasil dari laboratorium hari ini juga.
***
Bogor, 05 September 2022
Bagaimana awal perjalanan Hailey? Tenang, ini masih pembuka. Tapi kalian perlu tahu...
Menikmati perjalanan waktu bukan hanya ada di kisah ini. Seorang gadis yang terpaksa terlempar ke masa lalu juga dialami di kisahnya Arabella_Aqueline77.
Selain itu, perjalanan melintasi waktu juga harus dilalui oleh dua pemeran utama dari ceritanya Kak RoxanaMusai . Bagaimana seorang tabib menjalin hubungan dengan ksatria?
Lalu bagaimana dengan kesempatan kedua seorang pecundang di dalam sebuah novel fantasi? Mampukah dia memberikan akhir yang memuaskan bagi setiap tokoh di dalam novel? Silakan mampir ke akun Azza_Fatime.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top