Chapter 02

Kaveh hampir selesai menghabiskan satu tusuk sate terakhirnya kalau bukan karena ulah Alhaitam yang mendadak muncul entah darimana dan setelah itu menyeretnya pergi secara paksa.

"Tu-tunggu!! Kau mau membawaku kemana!!?" Kaveh yang kebingungan lantas berseru dan berusaha menarik tangannya dari cengkraman Alhaitam yang tak di sangka akan menggegamnya dengan sangat kuat.

"Pulang," jawab Alhaitam yang masih tak bergeming. Dengan tubuh besar Alhaitam. Kaveh tidak sanggup melawan tarikannya. Terpaksa Kaveh mengikuti di belakang dengan langkah terhuyung.

"Apa yang kau katakan?? Bukannya tadi pagi kau yang menyuruhku belanja bahan makanan? Aku masih belum belanja apapun. Aku tadi masih istirahat!!!"

Seperti biasa Kaveh mengomel lantang seraya memasang wajah cemberut dan pipi mengembung bulat mirip Anemo Slime, tanpa memperdulikan situasi dan lokasi mereka berada.

Tentu Alhaitam bukan tipe yang memikirkan reputasinya, beda dari Kaveh yang nanti setelah sadar akan kelakuannya sendiri bakal dibuat stress sendiri.

Karena takut nantinya direpotkan oleh keluhan-keluhan Kaveh yang akan menggangu ketenangan hari sorenya. Akhirnya Alhaitam pun memilih mengalah dan melepaskan pergelangan tangan Kaveh.

"Dasar. Ada apa denganmu hari ini?" keluh Kaveh seraya mengosok pergelangannya yang memerah bekas cengraman. Lalu dia mengadahkan kepalanya untuk menyamakan tatapannya dengan pria yang lebih tinggi itu.

Mendapati tatapan tajam Alhaitam, lantas ia mendengus.

"Aku tidak ingat telah membuatmu marah hari ini," ujarnya lalu memungut kopernya yang tadi terjatuh.

Setelah perdebatan sengit mereka kemarin. Kaveh sudah tidak mempunyai tenaga ataupun motivasi untuk menghadapi keantikan Alhaitam.

Tak banyak berbicara Kaveh mengubah arah tubuhnya ke arah yang berlawanan. "Kalau kau punya masalah denganku. Katakan nanti di rumah saja," ujarnya lalu hendak melangkah pergi.

Tetapi sebelum Kaveh mengambil langkah pertamanya. Lagi-lagi tubuhnya ditarik ke belakang. Kemudian tanpa dia sadari dia sudah berada di tengah gang terpencil yang tersembunyi dari keramaian, dengan tubuh bongsor Alhaitam menahannya ke dinding.

Kaveh hanya bisa menunjukan ekpresi terheran bercampur kesal. Umpatan-umpatan yang ingin dilontarkannya ke depan wajah tampan Alhaitam tertahan di tenggorokannya.

Namun pada akhirnya, dia menahan semuanya dan berakhir hanya bertanya, "Ada apa lagi?" dengan ketus.

"Baru saja aku berpapasan dengan Traveler dan gadis kecil yang kudengar adalah murid Tighnari."

Kaveh menaikan satu alisnya dan bersedekap dada. "Lalu kenapa? Jangan bilang kau baru selesai mencari gara-gara dengan Collei-chan. Kau nanti bisa berurusan dengan Cyno."

Sementara Alhaitam malah membalas tatapan sewot Kaveh dengan senyuman tipis. "Bukan," jawabnya dengan suara tenang dan dalam. Suara maskulin yang langsung membuat Kaveh meriding setiap kali mendengarnya.

"Kudengar darinya. Kalau kau sering mengambarku? Rupanya kau menyukaiku lebih dari yang kukira?"

Begitu mendengarnya spontan Kaveh melemparkan tangannya untuk mendorong Alhaitam. Namun tubuh Alhaitam yang kokoh masih tak bergeming dari posisinya.

Sebaliknya, Alhaitam semakin menekan dan memojokannya, seiring ia mempersempit jarak diantara mereka.

Ekpresi wajah Kaveh berlahan melembut. Wajahnya memerah dan sedikit berkeringat. Dia hanya bisa menghindari Alhaitam dengan mengalihkan matanya dari tatapan tajam sepasang iris hijau keabuan milik pria tampan di hadapannya.

"Iya...aku memang mengambarmu. Tapi apa salahku? Aku cuma menggambar objek yang kuanggap cantik...." Kaveh berkata seraya berusaha berbicara senormal mungkin. Tetapi usahanya gagal total lantaran suaranya bergetar dan melirih di setiap kalimatnya yang dilontarkan secara terburu-buru.

"Kau selalu bilang kalau kau membenci kepribadianku," Alhaitam membalasnya dengan seringaian tipis penuh percaya diri. Dia terlihat sedang menikmati reaksi malu-malu Kaveh yang langka. Walaupun selama ini dia juga senang melihat wajah marah Kaveh yang seperti Anemo slime itu.

"Tapi sepertinya kau sangat menyukai badanku?"

Alhaitam berbisik di sebelah telinga Kaveh dan mengiring tangan si pirang untuk menyentuh dadanya. Kulit wajah Kaveh jadi semakin memerah padam, seketika tangannya menyentuh dada berotot di hadapannya. Bahkan kelakuan antik Alhaitam itu membuat mulutnya berkali-kali terbuka lalu tertutup balik tanpa tahu harus bagaimana ia mengekpresikan rasa panik dan malunya.

"ASAL KAU TAHU!! AKU CUMA MENGAMBAR WAJAHMU!!!"

Teriakannya tersebut spontan membuat Alhaitam melepaskan tawa. "Jadi kau menyukai wajahku?" godanya seraya mendekatkan wajahnya pada Kaveh yang langsung menunduk sambil menutupi wajahnya dengan punggung tangan.

"Ka-kau terlalu dekat!!" Kaveh yang sudah tak memiliki jalan untuk kabur hanya bisa menunduk sambil berusaha sebisa mungkin untuk mendorong tubuh kekar Alhaitam dengan tangannya yang masih di genggam Alhaitam.

"Me-memangnya kenapa kalau aku menyukai wajahmu? Lagi pula bukannya memang cuma wajahmu saja yang bagus!!??" gerutunya. Namun setelah dipikir-pikir kambali semakin dia mengoceh akan semakin dalam pula ia menggali kuburannya sendiri.

"SUDAH CUKUP!!" teriaknya memohon setelah tak tahan akan rasa malunya yang telah memuncak. "Lepaskan aku Alhaitam! Apa kau kemari cuma karena ingin mengerjaiku!!!??" serunya yang tak lagi mampu menyembunyikan kepanikannya.

"UKh....Da-daripada bermain-main seperti ini. Lebih baik kau ikut berbelanja bersamaku kan?"

Kaveh adalah orang yang sensitif itulah mengapa dia juga cengeng. Ketika emosinya terlalu ditekan. Tanpa sadar dia akan menangis dan menggerutu dengan suara lemah seperti yang dilakukannya saat ini.

Karena ekpresi tersebut terlihat sangat menggemaskan. Alhaitam berlahan menjadi pria sadis yang mempunyai hobi untuk merundung lelaki berhati sensitif tersebut.

Saat dia berhasil membuat Kaveh menangis dan terisak di dalam kurungannya. Alhaitam akan tersenyum seraya mencubit gemas pipi Kaveh.

".....banyak bahan yang harus kita beli," Kaveh lalu mengimbuhkan dengan lirih. Membiarkan tangan Alhaitam sesuka hati menyentuh wajahnya. Berlahan dia mulai tenang ketika jemari Alhaitam membantunya menyeka air mata di sudut matanya.

"......aku akan membantumu," balas Alhaitam seraya berdehem lembut.
























































OXO

Karena perjanjian yang telah mereka buat. Hari ini pun Kaveh yang bertugas memasak makan malam. Sementara Alhaitam hanya diam, duduk di sofa ruang tengah, menunggu Kaveh memasak sambil membaca buku seperti biasanya.

"Dasar. Sekali-kali bantu kek," Kaveh menggerutu setiap kali melihat Alhaitam bertingkah acuh tak acuh seperti itu. Namun ia tak berniat memaksanya untuk datang membantunya. Malas saja kalau dia harus berdebat lagi dengan pria berkepala batu itu.

Begitulah bagaimana waktu sore mereka berlalu dengan rumah yang sunyi dan tenang.

Kaveh sedang sibuk memotong sayur mayur dan daging yang akan ia masukan ke panci yang telah terisi kuah berbumbu rempah-rempah. Sesekali dia menghela nafas selama dia mengerjakan tugasnya. Mengingat apa yang terjadi tadi siang.

Sudah biasa Alhaitam mengerjainya dan sengaja membuatnya kesal setengah mati. Dia juga tahu Alhaitam senang ketika dia kesusahan seperti tadi.

"Lama-lama aku bisa gila...." keluhnya bersamaan dengan api kompor dimatikannya.

Masakan Sumeru selalu kaya akan aroma rempah-rempah namun terbilang mudah untuk menyiapkannya. Apalagi Alhaitam juga bukan orang yang suka pilih-pilih makanan.

Dalam waktu singkat Kaveh sudah menyelesaikan masakannya dan menatanya di atas meja makan. Tinggal memanggil Alhaitam untuk datang makan.

Tapi seperti biasa. Susah memisahkan si kutu buku itu dari buku di tangannya. Asalkan dia sudah memberitahu Alhaitam makanan sudah siap. Pekerjaannya pun sudah selesai.

Biasanya kalau Alhaitam mengabaikan panggilannya. Dia akan segera kembali ke ruang makan dan makan sendirian. Tetapi hari ini ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

"......tadi siang kudengar akhir-akhir kau akrab dengan seorang gadis muda," Kaveh pun mulai membuka pembicaraan. Tanpa memeriksa apakah Alhaitam sedang menyalakan alat peredam suara atau tidak.

"Orang sepertimu rupanya juga tertarik pada orang cantik kan?" imbuhnya kemudian seraya meletakan satu tangannya di pinggang. Memastikan bahwa dia berdiri di depan Alhaitam, yang artinya pria sialan nan kutu buku itu pasti sudah mengetahui kehadirannya.

Tetapi yang diajak bicara masih melekat dengan bukunya.

"Seperti apa tipemu?" Kaveh lalu bertanya tanpa berharap ia akan mendapatkan jawabannya. Dia sudah sering diabaikan Alhaitam. Kemungkinan besar kali ini pun dia akan diabaikan atau mendapatkan olokan karena telah bertanya pertanyaan bodoh.

Namun diluar dugaan Alhaitam ternyata menutup bukunya lalu menjawabnya singkat, "Pirang." Tanpa berbasa-basi.

"Pirang?" Kaveh mengulangi jawaban tersebut seraya menaikan satu alisnya. Lalu dia terdiam beberapa saat sebelum mengeluarkan suara "Oh..." dan mengangguk penuh paham.

To be continue 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top