Chapter 01

"Tapi bukannya kalian berteman?"

Setelah selesai berdebat dengan Alhaitam di ruang baca. Kaveh pun langsung kembali ke kamarnya dan tak sengaja mengingat kembali pembicaraannya dengan si pasangan pengembara.

Samar-samar wajah heran Paimon dan Lumine kembali terngiang. Mereka sepertinya sangat penasaran dengan situasi diantaranya dan Alhaitam. Jelas sangat mengherankan. Bagaimana bisa dua orang yang saling tak cocok tinggal seatap?

Namun Kaveh pun tak bisa berkata-kata. Sampai sekarang Alhaitam masih sering mengancamnya untuk keluar dari rumahnya setiap kali mereka mulai berdebat. Meski awalnya Alhaitam duluan yang menawarinya untuk menetap di rumahnya, walau tidak dengan cuma-cuma.

Kaveh masih harus membayar uang sewa, yang enggan ia bayar lantaran sejarah rumah yang kini sedang mereka tinggali. Namun sebagai gantinya Kaveh bersedia untuk mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi bukan berarti dia bersedia menjadi pesuruh di rumah tersebut. Terkadang Alhaitam bisa memberantakan isi rumah, terutama di ruang baca. Yang ujungnya menjadi salah satu alasan utama pertengkaran mereka setiap kali keduanya ada di rumah.

Kaveh tidak pernah menyukai kepribadian Alhaitam dan begitu juga sebaliknya. Mereka berdua bagaikan minyak dan air yang tak akan pernah bisa menyatu.

Entah apa dulu alasan Alhaitam untuk menawarinya tinggal di rumah yang hak kepemilikannya telah di lepaskan oleh Kaveh.

Seharusnya rumah tersebut milik mereka berdua namun waktu itu dia terlalu sombong untuk menerima rumah tersebut.

Kaveh tak pernah sudi tinggal seatap dengan Alhaitam. Karena selama mereka masih pelajar di Akademiya pun. Hubungan mereka juga seburuk sekarang. Tentu saja dia akan menolak rumah yang mengharuskannya tinggal bersama dengan orang yang secara terang-terangan membencinya!

Kalau bukan karena situasi financialnya. Sudah lama dia enyah dari rumah terkutuk ini.

"Teman? Si brengsek itu mungkin cuma ingin bertanggung jawab," Kaveh bergumam di depan meja kerjanya.

Mau bagaimana pun. Rumah ini ada karena hasil kerja keras mereka berdua. Alhaitam bukan tipe lelaki yang tidak tahu malu. Orang semacamnya tidak akan mengaku-aku hasil kerja orang lain sebagai miliknya sendiri.

Berkat kepribadian tersebut. Kini Kaveh masih memiliki atap di atas kepalanya. Walau susah diakuinya. Kaveh masih berterima kasih pada Alhaitam dari lubuk hatinya yang paling dalam karenanya.

*Haaa.....

Kaveh hanya bisa menghela nafas panjang meratapi nasibnya san bergumam lirih, "Kuharap setelah proyek yang satu ini selesai aku dapat cukup uang. Agar bisa segera pindah dari sini...." demikian ia pun berbisik pada dirinya lalu mulai menggerakkan pensilnya, melanjutkan desain setengah jadi di depannya.



























OXO

"Alhaitaam~~"

Dari kejauhan suara tinggi seorang gadis kecil terdengar memanggil namanya di tengah keramaian pasar.

Si pemilik nama sebenarnya sedikit enggan untuk menanggapi sekumpulan perempuan muda yang kini sedang berjalan menuju ke arahnya.

"Hei jangan mengabaikan kita!!" seru Paimon dengan suara cemprengnya di tengah kerumunan. Orang-orang sampai sempat menoleh padanya untuk sesaat.

Dengan suasana hatinya yang sedang tidak terlalu baik. Terpaksa Alhaitam pun menoleh ke arah mereka dengan menunjukan wajah datarnya yang nyaris menyembunyikan ketidak senangannya setelah di sapa.

Di sana ada Paimon dan Lumine, serta Nilou yang ikut di belakang pasangan pengembara itu. Dan masih ada seorang gadis muda yang berpakaian seperti Forest Ranger.

Walau kini dia masih menyandang gelar Acting Grand Sage, yang merupakan seorang pemimpin sementara di Sumeru. Seperti keberadaan Mahamatra di Sumeru. Organisasi Forest Ranger hampir berada di luar wilayah kekuasannya. Dia juga hampir tak mengetahui apapun mengenai pekerjaan Tighnari dan para Forest Ranger lainnya. Terlebih lagi dia sama sekali tidak tertarik akan bidang tersebut.

Alhaitam menatap acuh tak acuh. Tidak berniat bertanya apapun mengenai identitas Collei. Namun sebaliknya gadis bersurai hijau tersebut memberikan reaksi aneh ketika mata mereka berpapasan.

"Oh! Dia sungguhan ada!??" Collei berseru nyaring hampir berteriak dengan suara antusias. Paimon dan yang lainnya sampai dibuat tercengga di sebelahnya. Tidak biasanya Collei yang pemalu dan pendiam itu mengeluarkan suara keras di depan orang baru.

"Apa maksudmu dia sungguhan ada!!?" Paimon pun langsung mengkomentari. "Kau berbicara seolah Alhaitam adalah hantu atau bahkan makhluk mistis!!"

"Bu-bukan begitu maksudku!! Ma-maafkan aku!!" sangkal Collei yang langsung jadi panik dan terburu-buru membungkuk meminta maaf.

Kemudian setelah dia lebih tenang sedikit barulah Collei mulai menjelaskan dengan malu-malu.

"Itu karena aku cuman pernah melihat wajah Alhaitam-san di buku sketsa Kaveh-san. Tidak sengaja aku melihat garapannya dan karena penasaran aku langsung bertanya siapa yang kelihatannya sering digambarnya itu. Tapi Kaveh-san menjawab kalau itu hanya gambaran saja...."

Sepanjang Collei menjelaskan. Wajah Lumine dan Nilou berlahan bersemu merah. Gadis-gadis muda seumuran mereka pasti suka akan topik berbau romantis semacam ini. Sementara Paimon yang polos hanya menaikan satu alisnya tidak paham.

"Sa-saat kutanya lagi kenapa dia terus menggambar seorang pria yang sama berkali-kali. Kaveh-san dengan sikap acuh tak acuh menjawab kalau dia suka menggambar orang-orang yang tampan dan cantik. Walaupun dari yang kulihat di buku sketsanya, gambar potrait yang digambarnya selalu wajah orang yang sama...."

Collei terus menerangkan seraya tanpa sadar menggosok belakang lehernya karena gugup akan tatapan tajam Alhaitam.

Tetapi tanpa mereka semua sadari. Di balik bayangan Alhaitam tersenyum samar dengan kedua tangannya menyilang di depan dada. "Hou?" gumamnya lirih tak terdengar orang lain.

"Benarkah?" tanyanya kemudian yang hanya dijawab Collei dengan anggukan kecil.

"Sepertinya Kaveh menyukaimu lebih dari yang kita kira huh," setelah beberapa saat Lumine pun mengimbuhkan dengan cengiran jenaka. "Padahal setiap kali kita bertemu. Selalu terlihat kalian bertengkar seperti anjing dan kucing."

"Tsk," Alhaitam mendecih. "Aku juga tidak berniat bertengkar dengannya. Dia yang selalu---" Bahkan sebelum ia selesai mengatakannya. Mendadak Alhaitam jadi terdiam dengan reaksi terkejut yang tipis di wajah tampannya. .

Tadi kebetulan saja dia menoleh ke sisi lain pasar.

Seperti situasi yang telah di takdirkan. Siapa sangka mereka akan menemukan sosok Kaveh yang sedang menenteng kopernya?

Kaveh yang sepertinya kelelahan sehabis bekerja kini nampak sedang berhenti di depan stand penjual makanan. Sedang berbincang riang dengan penjual sambil menunggu pesanannya.

































OXO

Kaveh baru saja pulang dari selesai berkonsultasi dengan kliennya. Sudah beberapa hari ia bergadang demi mengerjakan desainnya. Untungnya kliennya hari ini puas dengan hasil kerjanya.

Namun dia masih belum bisa bersantai-santai. Setelah ini dia masih harus mendampingi para teknisi selama proses pembangunan, yang mungkin akan memakan waktu lama apabila melihat luas dan besarnya bangunan yang di garap.

Tetapi urusan besok mending di pikir besok. Meskipun kemungkinan malam ini dia masih belum bisa tidur nyenyak karena masih ada desain proyek lain yang masih harus urusnya. Setidaknya untuk sekarang ini dia ingin beristirahat dan makan sesuatu yang enak.

Karena pekerjaannya, biasanya dia lebih sering mengurung dirinya di rumah selama proses mendesain dan jarang di rumah selama proses pembangunan.

Makanya berada di tengah-tengah hiruk pikuk pasar yang ramai pun menjadi salah satu pelariannya dari rasa stress. Dia selalu terhibur setiap kali dia melihat senyuman orang-orang.

Orang-orang di Sumeru terkenal ramah dan santai, walaupun lain ceritanya dengan para pelajar di Akademiya yang setiap saat kerap mencemaskan hasil penelitian ataupun thesis mereka.

Setiap kali Kaveh duduk menunggu pesanannya. Penjual dan bahkan para pelanggan lainnya akan mengacaknya mengobrol ringan. Kadang membicarakan hal sepele seperti cuaca akhir-akhir ini atau kadang gosip-gosip yang membuat si pendengar terkekeh geli.

Namun dia tidak menyangka hari ini dia akan mendengar seseorang membahas seorang pria bersurai perak yang sering diajaknya pergi minum di bar.

Siapa lagi kalau bukan Alhaitam yang sedang mereka bahas? Cuma Alhaitam yang bisa didiskripsikan sebagai lelaki bertubuh tinggi dan kekar yang selalu menutupi telinganya dengan alat peredam suara.

"Ada apa dengannya?" Kaveh lantas bertanya karena penasaran. "Aku mungkin mengenal orang yang kalian maksud," imbuhnya dengan senyuman ramah. Spontan saja dia membaur dengan para pelanggan yang duduk di sebelahnya.

"Oh dia temanmu? Aku juga pernah melihat kalian minum bersama di bar!"

Kaveh hanya bisa membalasnya dengan anggukan malas. Sementara dalam hati bertanya-tanya. Apakah benar di mata orang lain mereka terlihat seakrab itu?

"Kudengar teman mu yang satu itu adalah pahlawan yang berhasil menyelamatkan Archon Dendro dan sekarang menjadi Grand Sage? Orang sepertinya punya masa depan yang cerah!"

Kaveh mendengus dengan senyuman masam. "Ya. Bahkan dulunya. Setelah dia lulus dari Akademiya. Dia sudah memiliki rumah dan pekerjaan tetap di Akademiya. Dia sudah lama mapan, dan menjadi Grand Sage cuma lanjutan dari karir briliannya," imbuhnya seiring dia meminum jusnya.

"Woah! Andai putraku juga bisa sepertinya. Kau tahu? Anakku masih manja dan suka mengeluh setiap kali istrinya menyuruhnya untuk membantu di toko."

"Istri huh..." Kaveh jadi bergumam sendiri sambil memikirkan sesuatu untuk sesaat. Lalu tiba-tiba dia melepaskan tawa. "Nah. Setidaknya putramu masih berkepribadian baik. Dengan kepribadian temanku. Walaupun punya karir baik dan muka tampan. Tapi mana bisa dia menyenangkan hati perempuan?"

"Benarkah? Tapi beberapa hari yang lalu kulihat temanmu itu datang berbelanja dengan seorang gadis muda yang cantik. Mereka terlihat akrab dan temanmu yang berwajah dingin itu pun terlihat jadi lebih penyabar saat ia menemani gadis tersebut."

Rupanya setelah mereka mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun. Kaveh masih saja menemukan suatu fakta mengenai Alhaitam yang luput darinya.

Mendengar kabar tersebut dia mengerutkan dahi. Tetapi setelah dia melihat pesanannya datang. Dia  memilih bertingkah acuh tak acuh. Secara kehidupan pribadi Alhaitam bukanlah sesuatu yang ingin dia campuri.

"Dia tipe yang menyukai segala sesuatunya selalu stabil dan lancar. Mungkin tidak lama lagi akan ada kabar dia menikah," Kaveh lalu mengimbuhkan dengan nada bercanda. Lalu menikmati daging bakar yang sudah lama ditunggunya.

To be continue 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top