True Feeling

True Feeling

By : Caramel_C

♫♫♫

Song : If You [BigBang]

♫♫♫

She is leaving and I can't do anything
Love is leaving like a fool, I'm blankly standing here

♫♫♫

"Ricky, gadis yang waktu aku temui itu siapa?" tanya Amira sambil menatapku tajam. Dapat kulihat air matanya mulai tergenang di pelupuk matanya, tapi ... kapan mereka bertemu. "Ricky, jawab!"

Aku mulai ragu untuk mengatakan hal yang sebenarnya namun saat aku hendak berbicara, Amira lebih dulu memotong ucapanku.

"Selamat, aku tidak menyangka kau akan bermain di belakangku bahkan gadis itu mengaku adalah tunanganmu. Aku benar-benar bodoh mempercayai ucapanmu." Suara Amira terdengar serak dan juga bergetar, aku yakin gadis yang ada di hadapanku saat ini tengah menahan tangis yang kapan saja siap meledak.

Tanganku bergerak hendak menyentuh pundaknya namun dengan segera di tepis Amira. Tatapan benci ia layangkan untukku dan membuatku tertegun.

♫♫♫

I'm looking at her, getting farther away she becomes a small dot and then disappears

♫♫♫

"Mulai saat ini, hubungan kita berakhir. Terimakasih atas apa yang telah kau lakukan untukku sebelumnya, Ricky."

Ucapan Amira saat ini membuatku sulit untuk menerimanya. Aku ingin menghentikannya namun seluruh tubuhku tidak mau diajak kerjasama. Kedua tanganku terkepal erat dan rasanya aku ingin sekali menghajar diriku sendiri karena telah membuat orang yang kucintai menjadi sedih. Dan kuyakin Amira pun pasti juga ingin melakukannya tetapi ia tidak bisa melakukannya karena ... dia sangat mencintaiku.

"Dan semoga kau berbahagia dengannya."

Setelah mengatakan hal itu, Amira pergi meninggalkanku sendirian. Aku hanya bisa menatapnya pergi dengan hatiku yang terasa sakit saat menerima semua ucapannya. Aku ingin sekali menggapainya, memeluknya, dan mengatakan kata-kata manis yang akan menghiburnya namun sudah terlambat. Amira pergi dengan air mata yang telah jatuh melewati pipinya yang mulus dan membentuk sungai kecil di sana lalu menghilang diantara kerumunan manusia hingga tidak terlihat lagi olehku.

♫♫♫

Will this go away after time passes? I remember the old times I remember you

♫♫♫

Seminggu setelahnya, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasanya namun bedanya tanpa Amira di sisiku. Tetapi tetap saja, aku tidak bisa berhenti melupakannya.

Senyumannya yang hangat selalu membuat hatiku merasa hangat. Sikapnya yang pemalu setiap kali kugoda selalu menjadi hiburan tersendiri bagiku. Lalu tangisan Amira ... menjadi bumerang bagiku karena telah gagal membahagiakannya. Jika saja waktu dapat berputar, jika saja keadaanku tidak seperti ini bisakah aku kembali bersamanya?

♫♫♫

IF YOU
IF YOU
If it's not too late can't we get back together?

♫♫♫

Pagi ini, aku mendapatkan sebuah surat darinya. Sebuah surat yang membuatku ingin sekali membakarnya namun tidak bisa kulakukan. Di sana tertulis bahwa dalam waktu dekat dia akan menikah dengan orang lain. Hatiku terasa remuk redam. Ingin sekali rasanya kuhancurkan kebahagiaan Amira namun aku tidak ingin kembali melihat air matanya lagi. Kesedihan Amira membuatku ikut tersakiti.

Kupandang cermin di kamarku, wajahku terlihat kusam, tidak ada kebahagiaan di sana bahkan mataku tidak terpancar layaknya orang hidup hingga membuatku tertawa miris meratapi nasibku.

"Jika saja ... jika saja aku tidak terlambat menggapaimu dan menjelaskan semua yang terjadi, maukah kau kembali padaku?" gumamku layaknya orang bodoh. Tanpa perlu jawabannya aku sudah tahu semuanya. Dia tidak akan kembali padaku setelah aku menyakitinya terlalu dalam.

♫♫♫

I should've treated you better when I had you
How about you? Are you really fine?

♫♫♫

Menyesali di akhir sungguh tidak ada gunanya. Aku kembali melihatnya saat menyusuri pesisir pantai. Amira terlihat sangat bahagia saat bersama seorang pria di sisinya, bisa kulihat pria itu terus mengatakan sesuatu yang terus membuatnya tersenyum.

Deg

Hatiku kembali berdenyut sakit. Rasa cemburu ini, rasa sakit ini terasa begitu kuat di hatiku. Aku yang awalnya hendak menenangkan diriku di sini langsung berputar balik untuk meninggalkan tempat ini. Tangan kananku terus saja memegang sebelah dadaku di mana jantungku terus berdebar. Aku menyesal, kenapa saat itu aku tidak memperlakukanmu dengan baik dan hal itu mungkin saja karena aku juga belum cukup baik untuknya.

Tapi syukurlah, melihatmu bahagia sudah cukup bagiku meski aku harus menelan kepahitan saat melihatmu bersama pria lain yang mungkin saja lebih baik dariku. Tetapi setidaknya dengan ini kuharap aku bisa melupakanmu.

♫♫♫

Guess our break up is setting I should forget you but it's not easy

Will I feel better if I meet someone? I remember the old times I remember you

♫♫♫

Dengan berakhirnya hubungan ini dan menjalani kehidupan yang baru kupikir aku bisa melupakanmu dengan mudah tetapi ternyata aku salah. Rasanya begitu sulit.

Bahkan meski ada wanita lain di sisiku tetap saja aku selalu mengingatmu.

"Kau masih mengingatnya juga Ricky?"

Pertanyaan Shella membuatku terdiam. Percuma menyanggahnya karena dia pasti sudah tahu jawabanku.

"Kau pasti tahukan? Semakin kau berusaha melupakannya maka kau semakin sulit melakukannya. Jika seperti ini, percuma saja aku bersandiwara di depan pacarmu. Mungkin akan lebih baik kau mengatakan hal yang sebenarnya padanya," kata Shella lagi yang langsung ku balas dengan tatapan tajam.

"Aku tidak akan mengatakan yang sebenarnya pada Amira. Aku tidak ingin dia sedih," jawabku dengan suara pelan.

"Tidak ingin membuatnya bersedih? Jangan bercanda!" teriak Shella dengan napas memburu, "apa yang telah kita lakukan saat itu sudah jelas menyakiti hatinya. Kau harus tahu hal itu, Ricky!"

"Aku juga tahu hal itu tapi hanya dengan cara itulah agar dia bisa melupakanku dengan mudah saat aku telah tiada nanti," balasku dengan senyuman miris. Berbeda dengan Shella yang kini tengah bersidekap tangan di dada sambil memandangku tajam.

"Kau tahu, Ricky? Kau adalah pasienku yang paling aneh. Rela menyakiti diri sendiri dan setelahnya lari seperti pengecut, bahkan sebelum operasi pun kau sudah pesimis duluan," kata Shella yang langsung menohok hatiku. Aku tidak bisa menyangkalnya karena apa yang dikatakan Shella memang benar adanya.

"Ricky, aku juga minta maaf," lirih Shella nyaris seperti bisikan membuatku kembali menatapnya.

"Apa kau mengatakan sesuatu tadi?"

"Tidak. Aku harap kau sudah siap untuk operasi jantung besok," ucapnya dan setelahnya dia pergi meninggalkanku sendirian. Aku hanya menatap kepergian Shella dalam diam, padahal sebelumnya aku yakin kalau Shella tadi mengucapkan maaf padaku, tapi ... karena apa?

♫♫♫

Our memories that I secretly put in my drawer I take them out and reminisce again by myself

♫♫♫

Malam harinya aku terbangun dari tidurku. Semakin lama jantungku semakin lemah, meski aku sudah mendapatkan donor jantung tapi ... apa setelah itu aku masih bisa tetap hidup?

Malam yang terang di sinari rembulan, aku berusaha membuka laci meja kamar inapku untuk mengambil harta karun kecilku meski saluran infus di tanganku membuatku sedikit kesulitan. Setelah berhasil mendapatkannya, kumulai membuka kotak harta karun kecilku lalu tersenyum tipis melihat apa saja yang ada di sana.

Wajah tirusku kembali menampilkan senyuman hangat hanya karena melihat beberapa foto kenangan ketika aku masih bersama Amira. Tanganku bergerak mengusap sebuah foto dimana Amira tersenyum sangat manis di sana membuat butiran air jatuh dari mataku dan membasahi foto yang kupegang.

Aku menangis dalam diam. Aku takut, takut jika aku tidak sempat mengatakan maaf padanya. Hari ini perasaanku sangat buruk, entah kenapa aku rasanya ingin sekali bertemu dengan Amira.

"Tuhan ... jika aku diberi satu kesempatan untuk hidup, izinkan aku bertemu dengan Amira sekali lagi untuk mengucapkan kata perpisahan yang sebenarnya," do'aku kepada tuhan.

♫♫♫

Why didn't I know, about the weight of sadness that comes with breaking up?

♫♫♫


Seperti yang dikatakan Shella, hari ini aku akan menjalani operasi jantung. Berbagai skenario terburuk mulai menghantuiku seperti apakah aku masih hidup? Biasakah aku kembali bertemu dengan Amira? Atau ... apakah Amira akan memaafkanku jika aku meminta maaf padanya?

Entahlah.

Semakin aku memikirkannya kepalaku semakin sakit. Kini di ruang operasi, sebelum ajalku tiba aku akan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Aku ... aku akan berusaha menerima takdir apapun yang telah digarisi oleh Tuhan kepadaku.

5 jam kemudian pasca operasi.

Shella mulai memindahkan Ricky ke ruang pemulihan. Gadis itu tampak bernapas lega karena operasi yang di jalani Ricky berjalan dengan lancar dan juga sepertinya tubuh Ricky menerima jantung baru itu. Ia sangat bersyukur namun di satu sisi ia merasa sangat bersalah. Apakah setelah ini Ricky mau memaafkannya?

Memaafkannya atau tidak, Shella sudah bertekad untuk menghadapi Ricky meski Ricky akan membencinya pemuda itu harus tahu.

Shella pun menunggu Ricky siuman, bahkan gadis itu rela mengabaikan tugasnya sebagai dokter hanya untuk menunggu Ricky siuman. Dan hal itu pun membuahkan hasil, jari-jari Ricky mulai bergerak dan kelopak mata berwarna tan itu mulai terbuka menampilkan iris mata hitam gelapnya yang menawan. Tidak sia-sia ia menunggu Ricky selama berjam-jam sambil memikirkan kata-kata yang pas untuk Ricky.

"She ..lla?" panggilku lemah.

Tubuhku rasanya begitu sulit untuk digerakkan, bahkan untuk berbicara saja juga sulit. Tenggorokanku juga terasa kering dan mataku sulit untuk terbuka sepenuhnya.

Kulihat Shella mulai memeriksa keadaanku dengan telaten, sedangkan aku hanya diam saja melihatnya bekerja.

Deg

Jantungku kembali berdetak, namun entah kenapa rasanya sangat aneh.

Tes ...

Tanpa kusadari air mataku kembali jatuh dari mataku tanpa kuperintah. Aku menangis dalam kebingungan. Kenapa ... kenapa aku jadi seperti ini? Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Dan entah kenapa hatiku terasa sakit? Namun, satu hal yang kusadari.

"Shella ... siapa .. yang .. mendonorkan jantungnya untukku?" Aku berusaha untuk berbicara di sela-sela alat pernapasan yang masih terpasang di wajahku.

Pertanyaanku membuat pergerakan Shella terhenti, tubuhnya tampak kaku dan tidak kusangka dia ikut menangis saat menatapku.

"Ricky .. maafkan aku ... maafkan aku ...." Shella terus saja meminta maaf padaku. Dia mulai berbicara dan mengatakan yang sebenarnya padaku di sela-sela tangisannya.

Dan semua jawaban Shella membuatku terkejut, jantungku kembali berdetak lebih kencang dan setelahnya air mataku kembali tumpah lebih deras dari sebelumnya. "Amira ...."

♫♫♫

I should've treated you better when I had you

♫♫♫

Beberapa hari setelahnya keadaanku pun sudah semakin membaik. Aku memaksakan Shella untuk membawaku ke pemakaman dimana tempat peristirahatan terakhir Amira.

Shella kembali meninggalkanku sendirian di depan pemakaman Amira guna memberikanku privasi, gadis itu juga memberikanku sebuah surat yang berasal dari Amira sendiri.

'Hai Ricky, apa kabar?

Apa kau sudah menerima jantungku? Kalau sudah di jaga dengan baik-baik ya seperti kau menjagaku.

Apa kau tahu, aku menyesal sudah mengakhiri hubungan kita tanpa mengetahui keadaanmu yang sebenarnya namun Shella datang kepadaku dan meminta maaf padaku atas apa yang kalian sebelumnya lakukan. Aku benar-benar bodoh. Aku lebih dekat denganmu tapi aku tidak mengetahui tentang keadaanmu.

Terimakasih karena kau sudah memikirkan keadaanku namun seperti yang kau tahu, aku hanyalah gadis yatim piatu yang tiba-tiba jatuh cinta padamu. Kau bagaikan matahariku yang bersinar terang, dan aku tidak ingin kehilangan matahariku.

Tapi sepertinya ... aku kembali menutup sinarnya yang terang dengan awan gelapku. Lucu sekali, kenapa aku bisa tahu ya?

Intinya ... kau tidak boleh bersedih. Lebih tepatnya aku tidak ingin kau bersedih, selain itu maafkan aku dan selamat tinggal, Ricky.

Love

Amira

P.s : Meskipun aku tidak ada, aku harap kau tetap selalu bahagia. Aku akan terus berada disisimu jadi kau tidak akan sendirian.'

Aku meremas surat itu dengan kuat, kembali aku menangis dalam diam. Langit yang sebelumnya cerah kini mulai tampak gelap dan tetes demi tetes langit pun mulai menumpahkan muatannya. Di bawah langit, aku kembali menangis dan langit pun ikut menangis seolah-olah ikut merasakan kesedihanku yang terdalam.

Aku berteriak di bawah hujan yang deras sampai suaraku berubah serak. Amira tidak tahu yang sebenarnya, justru gadis itulah yang selalu menjaganya, menemaninya, dan menjadi penerang hidupnya hingga ia terus memiliki tekad untuk tetap hidup tetapi apa yang telah ia lakukan. Ia sudah menyakiti satu-satunya orang yang sangat berarti baginya.

"Amira ... maafkan aku ... maafkan aku ...."

Deg

"Aku memaafkanmu, Ricky,"

Deg

Jantungku kembali berdebarsangat kuat. Aku sangat yakin saat itu mendengar suaranya bahkan tadi aku juga seperti merasakan pelukan Amira. Suaranya yang lembut serta dekapannya yang hangat membuatku kembali bertekad untuk terus bertahan hidup. Aku ... tidak akan menyia-nyiakan pengorbanan Amira.

"Terimakasih, Amira ... terimakasih karena kau telah menjagaku hingga detik ini pun kau selalu menjagaku." Ku kembali menatap batu nisan yang bertuliskan Amira dan kusunggingkan dengan senyuman. Di saat yang bersamaan, Shella datang menjemputku dengan sebuah payung di tangannya.

Seperti yang kau katakan, Amira. Kau memang akan selalu ada di sisiku, di dalam hatiku yang terdalam dan takkan ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku.

[END]

Semoga suka songfict gajeku yang satu ini, jangan lupa kritik dan sarannya ya guys ...

Votemen kalian sangat diperlukan.

Terimakasih sudah membaca karya songfict pertamaku ^^

Cerpen ini untuk tugas

#TDFGenTaskTwo

TDFgeneration

1962 words

31 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top