Prompt 5. Brontide

AU. All Human.

Prompt 5 : Unrequited Love

.

~Trouvaille~

.

Sebuah kotak berwarna hitam terikat pita merah yang ada dalam genggaman terus Sesshoumaru pandangi. Tatkala pintu belakang dapur terbuka dan kiriman daging untuk hari itu tiba, cepat-cepat ia memasukkan hadiah valentine itu ke kantong apronnya.

Setelah berbasa-basi sebentar dan berterima kasih kepada si pengirim, Sesshoumaru melanjutkan pekerjaannya yang sempat terjeda. Tangannya sibuk memilah-milah bahan untuk kaldu yang hendak dibuatnya.

Kagome yang telah menguncir tinggi rambutnya muncul seraya membawa satu pak sumpit sekali pakai dari ruang penyimpanan. Pagi itu, air mukanya berseri-seri, bibirnya melengkung manis, aura hangat seakan menguar di sekitarnya. "Di hari kasih sayang ini, aku yakin kita akan kesulitan beristirahat. Meskipun begitu, aku sudah sangat siap," monolognya penuh semangat. Dengan sigap, wanita itu menyiapkan beras untuk onigiri nanti.

Gemuruh yang selama ini merundung lubuk hati Sesshoumaru kian menggelegar. Cokelat manis dan pahit buatan sendiri yang Kagome berikan setiap tahunnya menjadi pemicu kejujuran dilantangkan, "Kau sebaiknya berhenti."

"Eh?" Wanita Higurashi yang telah bekerja dua tahun lebih di sana menoleh. Ia menatap atasan sekaligus sahabatnya itu tepat di mata lalu bertanya, "Apa maksudmu?" Ini bukanlah kali pertama Sesshoumaru hendak menutup kedai ramen miliknya, pikir Kagome.

"Atau aku saja yang pergi," tambah si pria dengan suara rendah.

"Kukira masalah pinjaman dengan bank sudah terselesaikan? Apakah kita memiliki masalah lainnya?" Perempuan bermahkota legam itu mendekat, dengan raut wajah tulus ia menyarankan, "Jika ada sesuatu katakanlah, Sesshoumaru. Kau tahu bahwa kau bisa memercayaiku, kita pasti bisa mencari solusi terbaiknya!"

"Ini bukanlah hal yang bisa didiskusikan."

Wanita itu memangkas jarak. Celah di antara mereka hanya setapak. "Omong kosong, tidak ada masalah yang tidak bisa dibicarakan. Semua akan lebih mudah bila kita memikirkannya bersama."

"Tidak semua hal harus diungkapkan."

Wanita itu menyahut dengan jenaka, "Kau berbicara seperti kau baru mengenalku kemarin saja." Ia meraih pergelanan tangan Sesshoumaru, hendak mengajaknya ke meja terdekat untuk duduk berhadapan dan berbicara dengan santai. Akan tetapi, pria itu menolak dan bergeming di tempat.

Dengan mimik serius lelaki bersurai putih itu menambahkan, "Ada hal-hal yang akan lebih baik tersimpan di hati."

Ada penekanan di kata terakhir.

Firasat Kagome membisikkan hal yang selama ini setengah mati disangkalnya.

Dengan luapan nyali, Sesshoumaru mengutarakan hal yang senantiasa ia pendam.

"Kau tidak bisa berharap selalu berbuat baik, mencurahkan perhatian, dan tidak mendapatkan balasan perbuatan serta perasaan dari orang tersebut."

Kagome tertunduk. "Aku tidak bermaksud ... " Intonasinya setara bisikkan, "Maafkan aku." Kata demi kata yang dilafalkan bagai tiada arti. Benaknya dirundung dilema antara sedih dan kecewa. Ia tenggelam dalam bimbang, tak tahu apa yang harus dikatakan pada salah satu orang yang sayangi di dalam hidupnya.

"Ini bukan kesalahanmu, juga bukan milikku." Iya, Kagome yang dikenalnya sejak mengenyam bangku pendidikan dasar memang sosok teramat penyayang, pada siapapun atau makhluk apapun. Sunguh, Sesshoumaru mengerti. "Tetapi, demi kebaikanmu, mulai kini kau harus sedikit membatasi diri."

Bariton itu retak dan terluka kala melisankan kalimat berikutnya, "Aku sangat menghargaimu, disaat yang sama, aku tidak bisa terus berpura-pura bahwa aku tidak ingin memilikimu."

Lirih dan bergetar, Kagome memanggil, "Sesshoumaru."

Susah payah melawan keinginan untuk terus menatap netra biru kelabu, si pemilik kedai membalik badan, berpura-pura melanjutkan persiapan. Tanpa menoleh, ia bersuara, "Dengan ini, aku tidak lagi berhutang penjelasan padamu."

Perasaan bersalah dan marah kepada diri sendiri menjelma menjadi bulir-bulir yang menggenang di pelupuk mata. Tenggorokannya tercekat, udara maupun kata seakan tersendat sebelum lenyap. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu hanya bisa membisu di tempat.

Sesshoumaru menjeda kegiatannya, masih memunggungi sang rekan wicara, ia menuntaskan percakapan mereka, "Hari ini terakhir kau bekerja di sini. Sebagai sahabat dan kakak ipar, aku akan selalu berharap yang terbaik untukmu dan Inuyasha."

Isak tangis tertahan dan derap langkah cepat sang wanita idaman menjadi sahutan.

Walaupun dengan jiwa yang tercabik dan batin yang diamuk badai. Dengan penuh kebanggaan, pria itu melanjutkan pekerjaan.

Dalam benak, Sesshoumaru berharap bahwa keputusannya tepat.

Untuk saat ini, ia akan menikmati pilu atas cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

Sebagai seorang pria, ia rela berteman dengan nestapa asalkan sosok yang ia damba menemukan kebahagiaan.

Sepenuh hati, ia berdoa bahwa waktu secara perlahan-lahan mampu mengikis rasa sakit yang telah ia timbulkan.

Tiada lagi yang Sesshoumaru inginkan sekarang. Ia terlampau yakin bahwa hati yang tertambat pada sang sahabat akan bertahan sampai akhir hayat.

Seorang pengganti sama sekali tidak ada dalam pilihan. Yang pasti, ia akan menanti titian yang dihadirkan oleh masa depan.

~SK~

.

Sesekali bikin cinta Sesshou ga berbalas :'D

09/05/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top