Prompt 4. Meant to be


Alternate Universe.

Prompt : Superhero vs Supervillain.

.

~Trouvaille~

.

Seorang penjahat berkekuatan super yang muncul di langit mendadak mendarat. Embusan anginnya kencang, mengagetkan siapa saja yang ada di teras kedai kopi.

"Aku akan membunuhmu, Miko!" pria bertampang dan ber-kimono lengkap layaknya aristokrat di era sengoku jidai itu berkoar.

Semua pengunjung yang ada di sekitar segera berlarian. Suasana tenang pagi itu berubah kacau dalam sekejap mata.

Wanita yang tengah duduk di sudut menjawab tanpa menatap musuh bebuyutannya, "Bisa dimengerti. Tetapi, bisakah kamu menunggu hingga aku menghabiskan kopiku terlebih dahulu?"

Sesshoumaru, penjahat yang paling disegani di seluruh Jepang terdiam sesaat.

"Sungguh, kopi di sini benar-benar enak!" Kagome berusaha meyakinkan.

Laki-laki yang telah lama berusaha menumpas semua orang yang mengaku sebagai pahlawan itu bergumam, "Es kopi di pagi hari? Di akhir musim gugur?"

"Ini bukan es kopi biasa." Perempuan itu mengangguk-angguk. Ia membaca nama jenis minuman yang tengah ia konsumsi, "My ex's memories." Ia mengangkat satu bahu, "Seakan-akan aku mempunyai mantan." Ia menyeringai lebar atas leluconnya.

Tidak mungkin gadis kuil sepertinya memiliki waktu untuk percintaan. Seluruh masa ia gunakan untuk kebaikan masyarakat sejak ia menyadari kekuatan purifikasinya yang mampu menetralkan para pelaku kriminal dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Tak peduli penjahat biasa maupun yang berkekuatan super, tidak ada yang lolos. Kecuali satu, Sesshoumaru. Hanya ia seorang yang kebal atas kekuatan pemurnian Higurashi Kagome.

"Sumpah, rasa kopi bernama konyol ini menurutku terlalu sempurna." Wanita itu memandangi wadah minuman di tangan yang permukaannya telah dihiasi oleh efek kondensasi. "Lagi pula, kau tidak pernah mendengar istilah mata dibalas mata, ya?"

"Bukan berarti dingin harus dibalas dingin."

Perempuan yang kostum superhero-nya itu seperti seragam sekolah itu memberikan nasihat dengan nada jenaka, "Jika perasaan dibalas perasaan, pasti hidupmu lebih berwarna! Saranku, sesekali kau harus mencobanya!" Merasa kalimatnya ambigu, ia mengambil jeda. Sejurus kemudian, ia meluruskan, " Mencoba kopi ini maksudku."

Merasa rugi waktu karena ia telah melenceng dari topik awal, Sesshoumaru berkata dingin, "Lekas tandaskan minuman itu sebelum Sesshoumaru ini menghabisi nyawamu!"

Kagome berdiri dan memutar tumit secara tiba-tiba. "Apa kau tidak jemu selalu menjanjikan hal yang sama setiap kali kita bertemu?" cetus gadis beriris biru sendu itu. "Sebab, aku bosan mendengarnya. Aku ingin sekali menuntaskan masalah kita sekali untuk selamanya dengan berdamai, tapi mengapa kau keras kepala sekali, sih?"

Jarak mereka hanya selangkah. Pandangan keduanya tertumbuk satu sama lain. Sorot kejam dari raut elok dibalas dengan tatapan damai dan kurva manis si gadis.

Saat itu, mood si pahlawan muda hanya terlalu bagus untuk bisa diprovokasi. Oleh karena itu, ia melantangkan isi pikirannya selama ini, "Aku ingin sekali hidup normal seperti orang lain. Punya waktu untuk diri sendiri serta memiliki pasangan. Hei, aku sudah dua puluh tahun tapi aku belum pernah sekalipun punya pacar!" Ia menghela dan menarik napas panjang.

"Aku tidak datang untuk mendengar keluhan tentang nasib sialmu."

Kedua tangan gadis yang besar di lingkungan kuil itu ikut bergerak-gerak di udara kala ia menyemburkan kata demi kata, "Nasib sialku hanya karena kehadiranmu. Kau tidak memberiku ruang barang sebentar. Kau selalu muncul kapan pun dan di mana pun ketika aku berada di area publik. Bertahun-tahun, pejantan yang selalu mengisi hariku hanya dirimu. Bukan berarti itu menyenangkan, bukankah kau juga lelah terjebak dalam pertikaian tanpa akhir?"

Sebuah pengakuan tak terhindarkan, "Ya, meski terkadang, aku bersyukur ada dirimu yang mengisi hari saat aku merasa kesepian."

Segala yang dilisankan oleh sang lawan menyeretnya pada topik yang selalu Taisho Sesshoumaru hindari. Ia paham, dalam pertarungan satu lawan satu, tak ada jalan untuk mereka saling menaklukan. Hanya ada cara licik jika ia memang berkehendak untuk menjatuhkan gadis itu. Namun, dengan tegas ia menolak. Ia adalah penjahat yang berprinsip. Ia tidak akan memakai cara kotor yang malah akan menjatuhkan harga diri.

Setelah puluhan bulan dan ratusan hari, sebenarnya, Sesshoumaru sadar, alasan atas langkah yang beberapa tempo ini diambilnya bukan lagi untuk sepenuhnya mengalahkan sang lawan. Jauh di lubuk hatinya, emosi lain merekah dengan pesat. Agendanya untuk menemui sang rival sejati meningkat, tapi niatannya berubah seratus delapan puluh derajat.

Momen berikutnya, Kagome melisankan hal yang senantiasa Sesshoumaru sangkal, "Kau harus mengakui bahwa kau tidak bisa mengalahkanku, begitu pun diriku, aku kehabisan akal untuk menghadapimu." Air muka Kagome tenang saat menambahkan, "Selain itu, kau mulai melenceng dari tujuan awalmu dan justru terobsesi denganku, bukankah begitu, Sesshoumaru?"

"Menggelikan!" hardik pria berambut putih keperakan tersebut.

Sepasang manik indah menatap Sesshoumaru dengan kilau ketulusan. Lengkung bibirnya menawan. Kerut-kerut di sekitar matanya hanya mengartikan satu hal, yaitu kejujuran. 

"Memang," Kagome mengiakan. "Tetapi, aku tak malu mengaku bahwa akhir-akhir ini aku senang bisa melihatmu," ungkapnya.

Gelembung perasaan aneh yang tak dapat dicerna oleh Sesshoumaru kian meluap-luap. Masih bertahan pada logika, ia menerka, "Kau mencoba 'tuk memanipulasi Sesshoumaru ini?"

Pipinya bersemu. Detak jantung Kagome semakin bertalu dengan kuat. "Mungkin," ia tertawa canggung. Di detik-detik terakhir, ia mampu menahan tiga kata yang mungkin akan ia sesali, "Karena aku juga tidak bisa memercayai jalan pikiranku," jika itu tentangmu.

Pahlawan wanita itu menyedot kencang-kencang kopi yang tersisa hingga menimbulkan suara mengganggu.

"Bisa kita mulai sekarang?" tanya sang penjahat dengan satu sudut mulut terangkat.

Si pahlawan memutar bola mata, "Yang seharusnya jadi pertanyaan adalah, apakah kau sudah siap kalah, Kawan?"

Dalam satu jentikan jari, ledakan energi soryuha dilepaskan. Busur panah berbalur reiki diputar sebagai penghalau. Keduanya beradu kekuatan. Kendati demikian, roman Sesshoumaru dan Kagome tak pelak lagi retak oleh senyuman. 

Sampai kapan pola itu akan terulang.

Entah sang penjahat tampan yang sesat barat atau si pahlawan plin-plan yang memutuskan 'tuk menyerah.

Tak peduli bendera putih maupun pernyataaan atas isi hati terdalam di masa depan.

Hanya masa yang mampu menghadirkan jawaban.

.

~FIN~

.

What a beautiful day!

Thanks untuk prompt random yang ada di Tumblr ^^

Ame to Ai

27/12/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top