TIGA PULUH

***

"Man, tadi pagi aku lihat Dimas makan bubur sama selingkuhannya. Mereka ke sini bareng?"

Lukman diam, bingung harus merespon seperti apa. Sampai saat ini Lukman belum memberitahukan jika dia satu camp dengan Dimas dan mengenal Asha. Lukman ingin Sekar segera melupakan Dimas karena saat ini hati Dimas dipenuhi nama Asha. Jadi untuk apa dipaksakan? Lebih baik segera menata hati untuk menerima cinta yang baru, kan?

Lukman berharap Sekar segera menyadari perasaanya yang telah dia simpan bertahun-tahun. Kar, gue ngajak lo keluar supaya bisa lupain Dimas, tapi yang lo omongin dari dia terus. Jika tahu akan seperti ini Lukman tidak akan mengajak Sekar keluar. Untung saja di meja mereka ada Mr. Rui dan teman-temannya sehingga Sekar tidak leluasa curhat tentang Dimas.

Apapun yang dikatakan Rui tidak ada yang masuk ke kepala Lukman padahal seniornya itu sedang minta saran tentang materi untuk stand up comedy. Setelah bertanya kepada para senior yang mengambil stage two, ujian speaking untuk stage two biasanya adalah stand up comedy in English. Mencari materi dalam bahasa Indonesia saja sulit, apalagi bahasa Inggris.

Lukman kenapa? Tadi dia yang ajak makan, sekarang malah diem terus aku cerita sama siapa?, keluh Sekar dalam hati.

"Mr. Rui!" Asha menepuk pundak pria gempal itu dengan semangat. Tulang ayam di tangan Rui lepas dan jatuh ke piring. Asha tergelak saat ulahnya berhasil membuat tubuh Rui telonjak.

"Untung gue lagi isep-isep tulang, Sha. Bukan lagi ngunyah."

"Sorry, Mr, sengaja."

"Karena lo cantik jadi gue maafin."

Tubuh Lukman seperti disengat listrik, kaget ketika telinganya mendengar suara Asha. Dan sekarang hidup Lukman serasa di ujung tanduk. Seharusnya dia tidak mengajak Sekar makan di sini karena krengsengan dan sate kambing adalah makanan favorit Asha di Pare. Sebentar lagi Sekar pasti bertanya tentang Asha. Semoga saja Asha pindah meja dan tidak melihat dirinya yang duduk di samping Rui. Lukman semakin menunduk, berusaha menyembunyikan kepalanya di balik bahu Rui yang gempal.

"Duduk di sini aja, Sha. Tuh di situ." Rui menunjuk bangku kosong di depannya.

Tanpa sadar Lukman menahan napas sejak tadi. Hatinya dag dig dug tak karuan. Dia berharap Asha menolak tawaran Rui. Masih banyak meja kosong di sini, untuk malam ini Lukman tidak ingin satu meja dengan Asha. Di kepalanya terlintas kejadian buruk yang akan menimpanya jika Asha duduk di sana.

"Hei, Luke. Makan krengsengan enggak ngajak-ngajak untung ada yang mau temenin gue." Wajah Lukman pias. Nasibnya bukan lagi di ujung tanduk, tapi tamat. Telur itu jatuh dan pecah menghantam tanah.

Semoga bukan Dimas, harap Lukman dalam hati.

"Kamu pasti temennya Lukman yang kemaren di jemput di terminal." Asha menatap takjub gadis cantik di sebelah Lukman. Jarang Asha memuji seorang wanita dengan sebutan cantik, tapi gadis di depan Lukman ini lebih dari sekedar cantik. Kulit putihnya, wajah yang polos tanpa sapuan make up semakin menonjolkan kecantikan alami teman Lukman. Dia sepertinya pendiam, Asha mencoba menilai kepribadian gadis cantik di seberangnya. Tapi sifat pendiam seorang gadis biasanya membuat siapa pun gemas, penasaran sehingga timbul mengenal lebih jauh.

"Asha." Asha mengulurkan tangannya.

Sekar diam, dia menunduk lalu menoleh ke arah Lukman. Jadi selama ini Lukman kenal selingkuhan Dimas? Tapi kenapa dia enggak bilang apa-apa?

Lukman yang sejak tadi menunduk akhirnya mengangkat kepalanya. Tersenyum singkat membalas ucapan Asha lalu menoleh ke Sekar. Berusaha menenangkan gadis itu. Mengirimkan sinyal melalui matanya untuk mengatakan, "Nanti aku jelasin."

"Sekar," jawabnya tanpa membalas uluran tangan Asha. Sekar mengangkat tangannya, menunjukkan jemarinya yang kotor oleh bumbu krengsengan. Asha yang mengerti kesulitan Sekar segera menarik tangannya kembali.

Ada perasaan aneh saat Asha melihat interaksi dua sahabat di seberangnya. Dua orang pendiam jika disatukan apa memang akan setenang mereka? Biasanya, kan, sependiam apapun seseorang jika bertemu teman dekat akan mengobrol, meskipun tidak akan seheboh dirinya dan Celia atau Alma.

Something happen between them, batin Asha.

"Ini jusnya, Sha." Dimas tiba setelah membeli jus jeruk untuk Asha.

Dimas segera menarik bangku bakso di sebelah Asha setelah meletakkan minuman favorit Asha. Bibir Dimas berkedut saat melihat Asha langsung menyeruput cairan kuning pemberiannya dengan rakus tanpa mengucapkan terima kasih dahulu, tapi Dimas tidak keberatan. Ekspresi senang yang ditunjukkan Asha lebih dari cukup untuk Dimas.

Dimas sibuk memeperhatikan gadis di sebelahnya, tanpa mengetahui jika dua orang di seberangnya hancur. Dunia Lukman hancur karena kebohongannya terbongkar, sedangkan dunia Sekar hancur berkeping-keping ketika melihat senyum di wajah Dimas kali ini bukan untuknya melainkan gadis lain. Sekar ingat, sudah lama Dimas tidak pernah tesenyum sehangat itu untuknya.

Hati Sekar seperti diremas tangan tak kasat mata. Matanya memanas, air mata berdesakan untuk menuruni pipinya. Sekar ingin segera pergi dari tempat ini.

Seolah bisa membaca jeritan hati Sekar, Lukman menyudahi makan malamnya. "Kita duluan. Ayo, Kar."

"Dimas baru datang, lo malah pergi, Luke."

Dimas terperangah mendengar ucapan Rui. Sejak tadi dia tidak sadar jika di hadapannya duduk Lukman dan Sekar karena terlalu sibuk memperhatikan Asha. Dimas jadi serba salah karena mereka berdua melihat apa yang tadi dia lakukan. Bukan hal yang salah sebenarnya, hanya saja dia merasa tidak enak pada Sekar.

Wajah kesal Lukman dan kesedihan Sekar tak luput dari mata Dimas, membuat hatinya tidak nyaman.

***

"Sekar tunggu! Aku bisa jelasin semuanya." Lukman menahan lengan Sekar, mencegahnya masuk ke camp lima. Akhirnya Lukman berhasil mengejar Sekar dengan sepedanya. Tadi Lukman sempat kehilangan jejak Sekar karena dipanggil oleh penjual krengsengan. Lukman panik sampai lupa kalau dia belum membayar makanannya. Untung saja Sekar ingat kembali ke camp lima, selama mengayuh sepeda Lukman khawatir Sekar tersesat.

"Kamu jahat, Man. Kamu tahu dia selingkuhan Dimas, kalian kenal, tapi enggak kasih tahu aku." Sekar terus berusaha meloloskan tangannya dari genggaman Lukman.

"Aku juga bingung harus gimana, Kar?"

"Seharusnya kamu enggak bingung. Yang harus kamu tolong itu aku. Aku korbannya. Bukan mereka!" Sekar menjawab perntanyaan Lukman sambil terisak.

"Kenapa kamu bingung?"

Lukman mematung, tidak bisa menjawab pertanyaan Sekar sampai akhirnya gadis itu meninggalkannya di depan camp lima karena kesal, terlalu lama menunggu jawaban Lukman.

Apa yang membuat gue bingung? Sejak tadi pertanyaan itu muncul di kepala Lukman saat dia mengayuh sepedanya ke camp empat. Lukman menghentikan sepedanya sebentar karena takut menabrak seseorang.

"Jus apa, Mas?"

Lukman menoleh mendengar suara Mbak Lina, tanpa sadar dia menghentikan sepedanya di depan laundry Mbak Lina. Sebenarnya Lukman tidak ingin minum jus karena minuman itu identik dengan Asha, tapi dia juga tidak membawa pakaian kotor dan pakaian yang telah di laundry sudah diambil sore tadi.

"Jus jambu satu, Mbak."

Karena tidak memiliki alasan lain akhirnya Lukman memesan jus jambu, sambil menunggu jusnya siap pikiran Lukman kembali berputar di antara Sekar dan Asha. Lukman enggan membantu sekar, dia senang dengan status jomblo sahabatnya. Jika memang seperti itu kenapa dia kesal ke Asha?

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top