DUA PULUH DUA
"Mpun diseneni pacare mas. Ayu lan apik ngonten, kok"
Teguran Mbak Lina kemarin masih berputar di kepala Lukman. Kenapa Mbak Lina bisa berpikir jika mereka pacaran? Padahal jelas sekali mereka menunjukkan ketidak akraban ketika di laundry. Sebenarnya Lukman ingin menjelaskan hubungannya dengan Asha kepada Mbak Lina, tapi tidak ada gunanya karena itu dia mengurungkan niatnya. Lagi pula dia datang ke laundry hanya dua kali seminggu dan baru pertama kali ketemu Asha di sana kemarin. Tidak mungkin dia bertemu dengan Asha lagi, kemarin hanya kebetulan.
Ketika Lukman hendak meninggalkan laundry, suara Mbak Lina kembali terdengar dan semakin membuat Lukman kebingungan.
"Cepet baikan, Mas. Mbak Asha baik loh mau ngajak ngobrol duluan. Waktu di sinisin Masnya juga enggak marah. Jarang ada cewek baik begitu."
Sampai hari ini Lukman masih bingung, kenapa Mbak Lina berpikir jika dia dan Asha adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar? Wajar saja jika Mbak Lina mengira Lukman dan Asha bertengkar, kemarin mereka sempat adu mulut. Tapi untuk pacaran dari mana menilanya? Bermesraan jelas tidak, duduk saja berjauhan karena Asha akan mengutuk siapa pun yang merokok di dekatnya. Kata manis tidak terucap dari Lukman, tapi ... Asha sempat memanggilnya honey. Lukman memukul pelan pahanya sendiri, pasti karena ini.
Ada satu hal yang paling mengganggu pikiran Lukman yaitu ketika dia membantu menusuk sedotan ke dalam gelas jus. Itu, kan, hanya tindakan kecil dan tidak romantis. Masa sih Mbak Lina berpikir sebaliknya?
"Oh iya! Lo suka pake cuka ya kalo makan bakso. Tunggu bentar gue mintain," seru Asha setelah menaruh mangkuk bakso di hadapan Lukman. Asha membantu pramusaji menyerahkan bakso karena dia berdiri di belakangnya. Kasihan jika pramusaji harus memutari meja demi meletakkan semangkuk bakso ke Lukman yang duduk di seberang Asha.
"Sha!" Lukman buru-buru menahan Asha. "Enggak usah. Udah lo duduk aja."
"Kalo gue duduk siapa yang ngatur di sini? Lo juga. Dari tadi duduk doang. Seharusnya sebagai top dog lo bantu gue," tegur Asha.
"Top dog tugasnya duduk. Liatan bawahan kerja," balas Lukman. Kesal karena niat baiknya malah dibalas teguran.
Dan gue enggak pernah mengajukan diri buat top dog. Rohman yang main tunjuk gue buat jadi top dog dan dia malah jadi wakil, batin Lukman.
"Iiih! Ngeselin lo." Asha pergi menyusul pramusaji untuk meminta cuka. Dia akan memastian Lukman tahu jika dirinya adalah bawahan yang suka membantah. Ketika kembali ke kursinya sekali lagi Asha memastikan pesanan teman-temannya telah diantar. Asha tidak suka jika ada temannya yang menunggu makanan terlalu lama yang berunjung dengan gagalnya acara makan bersama. Gagal di sini bukan berarti acara bubar, tapi jika ada seorang yang melongo saat teman-teman lain menyantap makanan terus bete, hal seperti ini bisa disebut gagal, kan?
Selain itu Asha merasa bertanggung jawab karena dia yang menyarankan tempat ini. Siang tadi Asha dan Dinda datang ke sini untuk survey. Mereka memfoto beberapa bagian kafe dan menu makanan kemudian dikirimkan ke WAG camp dua. Setelah mendapatkan persetujan dari teman-teman, Asha segera memesan satu meja panjang untuk acara perpisahan sore ini. Bahkan menu makanan telah dipesan sajak siang untuk berjaga-jaga supaya tidak ada makanan yang habis ketika dipesan sore hari.
Alasan Asha dan Dinda memilih tempat ini karena area parkirnya luas sehingga bisa menampung sepeda mereka. Setiap pojok kafe memiliki tampilan berbeda jadi bisa puas berfoto dan latarnya tidak itu lagi itu lagi. Jika datang bersama rombongan bisa memilih meja panjang yang cukup untuk dua puluh lima orang. Berbeda lagi jika ingin makan malam romantis bersama pasangan, di kafe ini ada meja untuk dua orang dan kursinya diganti oleh ayunan.
Lukman mendorong tubuh Asha supaya gadis itu segera kembali ke bangkunya. "Acara enggak di mulai kalo lo mondar-mandir terus."
"Tapi cuka lo belom datang. Gue susulin bentar ya."
"Gue bilang duduk!" Lukman berbisik di telinga Asha, membuat gadis itu bergidik karena tindakan spontan Lukman. Seingat Lukman Asha hanya sekali melihatnya menuang cuka ke bakso satu minggu yang lalu, tapi gadis itu masih mengingatnya. Aneh.
"Oke guys. Kita mulai aja makannya. Yang pesenannya belum datang tolong sabar sebentar. Kalo ada yang mau cuap-cuap nanti aja kalo udah makan, oke?" titah Lukman.
Asha mencebik karena Lukman membuka acara perpisahan dengan tidak normal. Sejak kapan acara perpisahan jadi kaku seperti kanebo kering? Seandainya Asha bisa menebak hal ini lebih awal tentu dia yang akan melakukannya. Asha merogoh ponselnya dari saku celana. Dia perlu menegur Lukman lagi karena membuat suasana yang semula ramai oleh celoteh teman-temannya mendadak hening.
Asha : Kaku banget lo
Asha : Gak asik
Lukman menatap Asha di depannya setelah membaca pesan yang dikirim gadis itu lalu Lukman kembali meletakkan ponselnya, memilih menikmati bakso daripada menyambut undangan perang dari Asha.
Sesekali Lukman memperhatikan Asha. Sejak tadi dia menunduk terus. Karena penasaran Lukman sengaja menjatuhkan kunci sepedanya, senyum meremehkan muncul di wajah Lukman setelah mengetahui apa yang sedang dilakukan Asha.
Lukman : Capek, kan? Makanya enggak usah sok sibuk
Asha : Gue orangnya aktif sih
Asha : Baik, cantik, suka menolong dan bertanggung jawab
Asha : Beda sama top dog yang enggak punya tenaga dan niat membantu
Lukman : Ternyata lo enggak kompeten
Lukman berlindung di balik kata-kata pedasnya. Alasan sebenarnya adalah karena Lukman tidak ingin ada yang salah paham lagi tentang hubungannya dengan Asha. Cukup Mbak Lina saja yang mengira mereka pacaran. Asha dengan jelas mengatakan bahwa dia memiliki pacar dan Lukman tidak ingin dicap sebagai PEBINOR atau apalah itu istilahnya.
Mulai hari ini Lukman harus menjaga jarak dengan Asha. Dia akan lebih berbaur dengan teman-teman lain di kelas. Mengurangi kebersamaan dengan Rohman dan Asha. Setelah Akbar pulang hanya tinggal mereka bertiga di kelompol empat. Hari pertama periode tanggal dua puluh lima, Lukman akan meminta ke Miss Nurul untuk membentuk ulang grup vocab. Alasannya mudah saja, ada grup yang anggotanya tinggal dua orang, kashian jika harus bertarung dengan grup yang anggota kelompoknya lebih banyak.
Lukman merasa salah memilih tempat duduk. Dia memang duduk berjuhan dengan Asha, tapi tetap saja gadis itu berada di depannya bahkan Asha sengaja menendang kakinya tadi karena kesal dengan Lukman yang menilai dirinya tidak kompeten mengurus pesanan teman-temannya. Ternyata jarak mereka di bawah meja masih dekat dan setiap kali Lukman mengangkat wajahnya ke depan, wajah Asha terlihat jelas di matanya. Pegal juga lehernya jika menoleh ke samping terus. Jika memegang ponsel terus nanti dikira sombong.
Ting ting ting ting
Tiba-tiba Dinda memukul pelan gelas dengan sendok meminta perhatian. Seketika suasana menjadi lebih hening, setelah seluruh mata teman-temannya tertuju kepadanya, Dinda berpidato. Acara perpisahan resmi dimulai.
"Thank you karena kalian udah mau datang ke acara farewell party ini. Meskipun udah ada yang bawa koper-" suara Dinda terputus dan tiba-tiba matanya memanas. Membayangkan besok dia akan berpisah dengan teman-teman di camp dua.
Asha membujuk Dinda mengucapkan salam perpisahan karena dirinya masih belajar di Pare dua minggu lagi. Asha bisa jadi bahan ledekan Rohman dan Lukman jika berpidato sekarang. Disebut attetion seeker, narsis dan sebagainya.
"Gue seneng banget bisa ketemu kalian di sini. Gue seneng pilih lembaga kursus ini walaupun kasurnya tipis and kamernya sempit. Tapi semua itu enggak ada artinya karena gue ketemu kalian. Gue enggk nyesel datang ke Pare ...." Suara Dinda bergetar dan dia mengusap pipinya ketika air mata meluncur di sana kemudian berkata, "Malah kalo bisa gue pengen lebih lama di sini bareng kalian."
Lukman melihat Asha meyeka hidungnya dengan tisu. Gadis itu pasti tidak bisa menahan tangisnya lagi.
Tunggu dulu! Kejadian di bangunan tua melintas kembali di kepala Lukman. Tiba-tiba saja dia ingat gumaman Asha. Apa Asha sengaja menyibukkan diri untuk mengalihkan pikirannya? Sama seperti saat di bangunan tua.
***
Thank you so much buat pembaca. Silent reader atau pun yang meninggalkan jejak.
Jangan lupa vote dan krisarnya.
Xoxo
Bae
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top