Chapter 4 : Screw The Rule, I Have Money!

Saat dibentuk tiga abad yang lalu, aku tidak merasa kalau pelajaran di Tropeca Academy akan sebanyak sekarang. Pelajaran zaman sekarang dibagi menjadi tiga: Pelajaran Primer, Pelajaran Sekunder, Pelajaran Tersier.

Setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti semua Pelajaran Primer, seperti: Matematika, Sejarah, Bahasa, dan lain-lain. Pelajaran tipe ini dilakukan di kelas masing-masing.

Sedikitnya tiga dari tiga puluh Pelajaran Sekunder harus diambil : Mekanika Kuantum, Ilmu Politik, Sejarah Sihir, Ekofisika, Astronomi, dan 25 pelajaran lagi. Sedangkan Pelajaran Tersier, ini boleh diambil boleh tidak. Jumlahnya sekitar tujuh puluhan. Ada Metafisika Molekul, Divinasi, Psikologi Robot, Psikologi Warna, Astrolobiologi (Oli mengatakan kalau kelas ini mempelajari hubungan antara Capricorn, Aquarius, dan kawan-kawan serta pengaruh mereka dalam evolusi, genetika dan teori biologi lain), serta materi-materi berat lainnya. Pelajaran Sekunder dan Tersier memiliki kelas tersendiri, dengan peserta yang tidak pernah tetap.

Pemilihan kelas Sekunder dan Tersier biasanya akan membingungkan para junior. Alasan klasik, mereka takut mengambil kelas yang salah. Namun, itu tidak berlaku untuk adikku. Beberapa hari lalu, dia telah mantap untuk mengikuti kelas yang mana. Sekarang jam istirahat, aku mungkin harus mengecek keadaannya. Shotaro ikut menemani, katanya mau merekrut anak baru untuk Klub Catur.

"Ha, itu dia."

Adikku kelihatannya sedang berdebat dengan seorang laki-laki berpakain necis, kemeja hitam dan dasi merah yang sangat keren. Laki-laki itu mungkin merupakan laki-laki paling tampan yang pernah kulihat. Kulitnya putih, rambut hitamnya tersisir rapi. Dia memakai sunglasses yang berkilat terkena cahaya matahari. *1

"Kakak! Tolong!" teriak adikku di tengah keramaian siswa yang istirahat. Dia langsung berlari pada kami, dan bersembunyi di belakang Shotaro.

"Err ... kakakmu itu dia," tunjuk Shotaro padaku. Mata adikku melebar melihatku, lalu memandang Shotaro lagi.

Sementara itu si laki-laki berjalan santai mendekati kami; setiap mata junior, kecuali beberapa orang, tertuju padanya. Dia lebih tinggi dariku; senyumnya juga dingin. Entah mengapa aku merasa seperti direndahkan.

Dia membuka sunglasses. Mata abu-abunya menatapku dan Shotaro acuh tak acuh, tapi berkilat melihat adikku.

Manusia, dari klan lain.

"Siapa kalian?" tanyanya tak suka. "Apa hubungan kalian dengan calon pengantinku?"

Hah?

"Calon ... pengantin?" tanyaku lambat-lambat. Entah mengapa aku jadi sangat ingin menjotos muka si laki-laki. "Hei, dia adikku dan kau—siapa pun kau—tiba-tiba datang mengklaimnya sebagai ... pengantinmu? Siapa kau?"

"Huh." Dia mengeluarkan kartu nama. "Gabriel Alvando Bratista, panggilan Brat. CEO Unneeded Company Inc.. Dan adikmu adalah milikku."

Aku menerima kartu itu agak was-was. Shotaro memicingkan matanya pada Gabriel. Kupandangi Gabriel sekali lagi, kali ini lebih teliti. Entah mengapa, aku rasanya pernah melihat orang ini.

"Bukannya kau ... masih di bawah umur untuk menjadi CEO?" tanyaku. Si Gabriel ini mungkin cuma setahun atau dua tahun lebih tua dariku. Alias baru lulus sekolah.

"Nonsens! Menjadi seorang CEO tidak mengenal umur atau pengalaman. Balita saja bisa. Yang penting kau memakai suit mahal dan orang tuamu yang mempunyai perusahaan," sahut Gabriel. "Sekarang, serahkan adikmu! Kau tidak mau? Baiklah, berapa uang yang kau minta?"

Apa-apaan ini? Dia baru saja ingin membeli adikku? Yang benar saja!

Aku melihat kartu nama itu kembali, berusaha mengingat siapa orang brengsek ini.

Shotaro membisikkan sesuatu padaku. Ooh. Aku langsung ingat. "Hey! Bukannya kau senior yang selalu masuk remedial Ekonomi itu? 'The Great F', karena nilai Ekonomimu selalu F. Tunggu, bagaimana kau bisa lulus?"

Kekerenan Gabriel langsung menurun di mataku.

"Shut up!" geram Gabriel. Kalau ini bukan Academy, sebuah bar misalnya, dia pasti sudah memukulku. Tapi tentu saja aku akan mengelak, dan balas memukulnya.

Bagaimana seorang sepertinya bisa menjadi CEO? Aku harus mengakui kalau pengetahuanku tentang dunia korporasi sangat minim. Apa yang diperlukan untuk menjadi CEO cuma wajah tampan serta sikap yang dingin? Apa yang akan jadi pada ekonomi dunia kalau begitu? Pertemuan antar pemimpin perusahaan bukannya membahas tentang rugi laba, tapi muka siapa yang lebih ganteng. Aku bahkan sudah bisa membayangkan apa yang terjadi seandainya Gabriel bertemu klien yang pemarah. Kerusakan properti langsung muncul di urutan pertama.

Tidak, CEO tidak seperti itu, pikirku ketika mengingat orang tua Jane. Ibu Jane merupakan pemimpin perusahaan ekspor-impor antara Tropeca City dengan para Elf dan Fairy, sedangkan ayahnya adalah CEO sebuah perusahaan metalurgi yang memperkerjakan para Dwarf. Mereka berdua sangat berlawanan sekali dari Gabriel—atau apa tadi nama panggilannya? Brat?

"Sorry, aku tidak bisa menyerahkan adikku begitu saja. Lihatlah wajahmu! Kau seperti mau menerkam adikku dan membawanya ke tempat tidur! Kakak seperti apa yang mau menyerahkan adiknya pada orang sepertimu? Adikku masih di bawah umur, tahu? Hukum Tropeca—"

"Siapa peduli dengan hukum? Aku punya uang!"

Lonceng tanda masuk tiba-tiba berbunyi. Ah, suara klasik.

Aku menarik napas dalam-dalam. Tidak ada gunanya aku bertengkar dengan orang yang sama sekali tidak kukenal ini.

"Pokoknya, berani macam-macam dengan adikku, kulaporkan kau pada polisi," kataku datar.

"Oh, begitu?" tanya si Gabriel dingin. "Lihat saja nanti. Aku akan memiliki adikmu—yang sebenarnya cuma memiliki wajah biasa-biasa saja; aku akan kasar padanya, lalu adikmu akan simpatis dengan masa laluku yang kelam, dan akhirnya dia akan jatuh cinta padaku."

Setelah mengatakan itu, Gabriel berlalu sambil melabrak pundakku.

"Wah, dia punya masa lalu yang kelam. Keren!" bisik beberapa orang.

"Oh, Gabriel-sama! Bawa aku!"

"Cewek sialan. Berani-beraninya dia merebut Brat dariku!" desis beberapa siswi.

Bagus.... Hari pertama dan adikku telah membuat musuh. Aku menghela napas panjang dan berbalik padanya yang masih bersembunyi di belakang Shotaro. Shotaro hanya diam. "Bagaimana kau bisa berkenalan dengan orang seperti itu?"

"Aku ... aku...." Adikku sepertinya akan menangis. "Aku menabrak dirinya saat berlari ke Academy. Kami sama-sama jatuh; dia menimpaku. Kami bertatapan lama sekali, dunia seolah berhenti berputar. Lalu aku berteriak 'KYAA', mendorongnya, dan berdiri kembali, dan berlari ke sekolah dengan wajah semerah cabe. Sepertinya aku jatuh cinta...."

"Serius? Dengan orang sepertinya?"

"Tentu saja!"

Aku pernah mendengar cinta membuat IQ seseorang menurun drastis, tapi tidak percaya mitos itu. Bagaimanapun, saat aku berduaan dengan Jane—yang mana jarang sekali terjadi—aku selalu merasa paling pintar di seluruh dunia, bukan paling bodoh. Tapi, melihat kondisi adikku sekarang, sepertinya aku harus percaya.

Setelah berpikir agak lama, mempertimbangkan baik-buruk, akhirnya aku mengalah. "Baiklah, kau bisa berteman dengannya. Tapi, kalau dia mengajakmu minum minuman beralkohol, langsung tolak. Kau masih di bawah umur. Kita tidak tahu apa yang akan dilakukannya kalau kau mabuk. Kalau dia mengajakmu tidur, tolak juga. Atau laporkan pada polisi sekalian.

"Tambahan lagi, si Gabriel pasti punya tunangan yang kaya raya. Nah, si tunangan kaya ini pasti akan membencimu dan tidak habis pikir mengapa Gabriel memilih cewek biasa-biasa saja sepertimu." Aku sedikit merasa bersalah mengatakan ini. "Hati-hati dengan tipe seperti itu. Dia akan melakukan apapun untuk membuatmu terlihat jelek."

"Aku tahu itu, kakak manis." Adikku melepaskan Shotaro, lalu mencium pipi kiriku sebelum masuk ke kelasnya.

"Sekali lagi kau membuat musuh," keluh Shotaro. "Yang kena getahnya pasti aku."

Aku tersenyum masam. Shotaro benar. Di Academy yang tidak suka denganku cukup ramai. Aku tidak pernah akur dengan Rudolf dan prajurit bad boy-nya. Di sisi lain, Guild Bully menganggapku penghalang dalam usaha mereka untuk melegalkan per-bully-an di Academy. Mereka pernah mengirim beberapa troll untuk 'memberiku pelajaran', tapi yang diserang troll-troll itu malah Shotaro (gara-gara wajah kami yang mirip). Mengingat Shotaro ahli bela diri, dia membereskan mereka semua dalam sekejap. Kebencian Guild Bully padaku pun semakin meningkat.

Itu baru dua grup. Belum lagi grup-grup lain yang belum kusebut, seperti Kru Pencuri Academy, Guild Assassin-Wannabe, Serikat Bishonen Tropeca, Klub Extremis Sastra (sampai sekarang aku tidak tahu mengapa mereka membenciku), and the list goes on. Sekarang bertambah dalam bentuk Gabriel Alvando Bratista alias Brat, seorang CEO jadi-jadian yang terobsesi dengan adikku.

Hari ini, satu-satunya hal baik yang terjadi padaku cuma perkenalan dengan Auri.

Shotaro berdehem. "Jadi ... itu adikmu."

Aku memicingkan mata curiga mendengar nada dan ekspresinya yang agak aneh. Shotaro sepertinya tidak berani menatapku langsung. Jangan katakan dia ... adikku....

Oh, itu menjelaskan mengapa dia diam saja saat perdebatanku dengan Gabriel.

"Tidak," kataku. "Jangan dulu."

Wajah Shotaro berubah datar. "... Mengapa?"

"Kau tidak dengar?" bisikku. "Adikku menyukai si Gabriel. Betapapun akalku menyuruh untuk memisahkan mereka, aku ingin melihat kondisi hubungan mereka dulu. Kalau hasilnya tidak bagus, tanyakan apapun yang kauinginkan pada adikku, bukan padaku."

Shotaro terlihat mengalah. Pikiranku kembali lagi pada masalah Gabriel.

Sepertinya aku harus meminta bantuan Oli. Oli bisa memasang sejenis kutukan pada adikku, kutukan yang membuat seluruh badan Gabriel menjadi gatal-gatal seandainya dia mulai melakukan yang tidak senonoh pada adikku.

Hah, katakan aku memiliki Sister Complex atau apa. Aku tidak peduli. Aku cuma mau melindungi adikku dari sisi gelap masa remaja. Dengan bantuan sihir Oli....

Memikirkan temanku yang bisa sihir itu membuatku mengingat sesuatu. Aku melihat jam dengan perlahan.

"Kita terlambat!" seruku panik.

Shotaro juga melihat jam; wajahnya langsung kehilangan warna.

"SH*T!"

Kami berlari selaju mungkin ke kelas Mekanika Kuantum, kelas yang dipimpin oleh Prof. Ugrul, seorang orc yang sangat benci sekali dengan siswa yang tidak tepat waktu.

***

Footnote:

*1 : Di sini aku menulis "matahari", tapi mohon diingat "matahari" ini beda dengan Matahari Bumi. "Matahari" kami aslinya bernama KIC-8311864. Bintang yang sedikit lebih besar, tua, dan cerah daripada Matahari Bumi. Aku sengaja tidak menulisnya dengan "KIC-8311864" dalam narasiku, karena siapa yang mau mengingat KIC-8311864? Aku sendiri harus membuka Wickeypedia dan copas untuk mengingatnya. Oke, aku terlalu bertele-tele. Poinnya, Matahari Grandia berbeda dengan Matahari Bumi.

Dan lebih keren, pastinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top