Chapter 1 : Late For School
Namaku Al. Hari ini adalah hari pertama aku menjalani semester tiga di Tropeca Academy, dan juga hari pertama adikku masuk ke sana. Tropeca Academy setingkat dengan SMA, tapi lulusan dari sana setara dengan anak kuliah. Sangat menyenangkan sekolah di akademi itu.
"TIIDAAKK! AKU TERLAMBAT!!" teriak seorang gadis dari lantai dua. Suara adikku.
Hampir menyamai kecepatan suara, adikku keluar dari kamarnya. Masuk ke kamar mandi, gosok gigi, menyambar roti di meja makan, lalu menghilang di pintu depan. Semua itu dilakukannya kurang dari semenit.
"Mengapa adikmu?" tanya ayah sambil membalik koran elektroniknya.
"Pasti ngira dirinya telat," jawabku.
Tropeca Academy masuk pukul delapan pagi; sekarang baru pukul tujuh lima belas. Apa adikku tidak tahu kapan jam masuk?
"Dia bahkan tidak mandi," kata ayah. "Apa itu tidak mengganggu temannya nanti?"
"Wah, Yah, cewek yang terlambat tidak peduli dengan itu. Yang mereka pedulikan adalah berlari selaju mungkin sambil menggigit roti di mulut, lalu menabrak orang yang pasti akan punya peranan penting dalam hidup mereka."
Ibu datang dari dapur membawa sepotong kue Black Jungle. Sebelum kue itu sempat kuterkam, ayah telah mengambilnya terlebih dahulu. Langsung ludes dalam sekejap. Aku akan bicara, tapi ayah cepat-cepat berkata, "Lebih baik kamu kejar adikmu. Seperti katamu, siapa tahu dia menabrak seorang pemuda tampan di jalan, lalu jatuh cinta pada pemuda itu. Tuhan tolong kita kalau yang ditabraknya adalah seorang bad boy. Dan pemuda itu ternyata adalah teman masa kecil adikmu, yang telah berjanji untuk menikah dengannya."
Kemungkinan itu terjadi memang sangat tinggi di kota ini. Tapi aku tahu, alasan sesungguhnya ayah 'mengusir'-ku adalah supaya dia bisa memakan Black Jungle sendirian.
Setengah menggerutu, aku berkata, "Baiklah, aku akan mengejarnya."
Setelah menghabisi sarapanku secepat kilat, aku pun pergi ke Academy.
Tropeca City merupakan kota yang luas. Semua kota di planet Grandia memang seperti itu. Tidak mengherankan sih, karena menurut statistik, Grandia merupakan planet yang paling banyak dikunjungi di galaksi Bimasakti. Saking banyaknya, seseorang bisa menjadi kaya cuma dengan menjual karcis ilegal di Tempat Teleporter dan Terminal Bus Ruang Angkasa.
Manusia merupakan ras yang paling dominan di planet ini, tapi makhluk lain dari alien sampai vampire juga ada. Semua itu paling kentara terlihat di Tropeca City, yang mana penduduknya merupakan perwakilan dari hampir semua makhluk di Grandia.
Kota ini memiliki 256 distrik, di mana setiap distrik dikuasai oleh sebuah klan, baik itu klan-klan manusia atau klan-klan makhluk lain. Klanku sendiri, yaitu klan Mongoloid, menempati distrik di utara kota. Klan dan distrik kami agak terpisah dari klan dan distrik lain; mungkin karena pada dasarnya klan kami merupakan klan yang tertutup. Kami biasanya cuma berhubungan sesama kami, bahkan berhubungan dengan klan manusia yang lain juga jarang. 'Menjaga kemurnian klan dan sebagainya', itulah alasan para tetua.
Pada akhirnya, aku tidak menemukan adikku. Dia pasti berlari laju sekali sampai aku tidak mampu mengejarnya.
Walaupun begitu, aku bertemu dengan dua teman baikku, Jane dan Shotaro. Jane merupakan gadis manis berambut hitam lurus, body seperti seorang model, mata dan alis yang agak lentik. Dia selalu menjadi juara pertama saat pertandingan nyanyi dan menari. Selain mengurus Klub Cheersleaders, dia juga berperan sebagai Wakil Ketua OSIS di Academy.
Sedang Shotaro sendiri, dia hampir kembaranku, mengingat wajah kami yang sangat mirip. Oli (temanku yang lain) mengatakan kalau aku dan Shotaro pasti kembar yang dipisahkan saat lahir atas suatu alasan yang misterius. Dia berambut hitam, muka agak oval, bibir tipis yang selalu menyunggingkan senyum—sama sepertiku. Cuma Shotaro dua senti lebih tinggi, dengan tubuh yang lebih atletis. Jarinya saat ini sedang sibuk memutar bola basket. Dia memang ahli olahraga, terutama sepak bola dan basket, dan disukai banyak cewek-cewek di Academy. Kegiatan luangnya adalah mengangkat barbel. Di Academy, dia merupakan Presiden Klub Catur.
"Kalian melihat adikku?"
Jane menggeleng. Rambutnya terlihat menari dengan setiap gelengan. Aku berusaha terlihat tenang. Apakah setiap gerakan cewek ini ditakdirkan untuk selalu terlihat seksi di mataku? Bukan lagi rahasia umum kalau aku naksir pada Jane. Semua orang—dari tetanggaku sampai penduduk bulan—mengetahui itu, termasuk Jane pastinya.
Shotaro ikut menggeleng. "Aku bahkan baru tahu kau punya adik. Padahal aku teman baikmu."
Aku menyerah. Lagi pula ada Jane. Mengapa aku harus mencari adikku segala? Memasang senyum terbaikku, aku memimpin mereka berdua pergi ke Academy.
Academy Tropeca terletak tepat di tengah kota, agak berdekatan dengan Kantor Walikota. Bangunannya menyerupai kastil kuno yang selalu kulihat di buku sejarah. Walaupun terbuat dari batu, dinding Academy sangatlah kuat. Alien Hijau Adoeloe pernah mengebom tempat ini, tanpa meninggalkan bekas sedikit pun pada interior dan eksterior gedung. Dan begitulah menurut cerita.
Semoga semester ini aku sekelas dengan Jane dan Shotaro. Sistem kelas yang diterapkan di sini memang seperti itu. Setiap semester, Artificial Intelegence Academy akan mengacak siapa yang masuk kelas mana. Ada tujuh kelas di angkatan kami, masing-masing berisi tiga puluh siswa.
Entah bagaimana, semester sebelumnya, Kelas 2-Edison cuma berisi satu cowok dan 29 cewek, sementara Kelas 2-Cinderella berisi satu cewek, dengan 29 orang lainnya merupakan cowok-cowok berotot dari berbagai klub olahraga. Dewan Academy dan A.I. diprotes keras, karena sebelum itu mereka mengkampanyekan kesetaraan gender di Academy (misalnya kesetaraan jumlah cowok dan cewek di kelas). Tapi kenyataan malah berkata sebaliknya.
Walaupun begitu, Kelas Cinderella agak diuntungkan di beberapa event Academy. Saat pertandingan olahraga antar kelas, kelas ini jadi tak terkalahkan. Singkat cerita, kelas Cinderella menang pertandingan olahraga untuk pertama kalinya sejak seratus tahun. Mereka biasanya cuma mendapat juara dua atau tiga. Statik di posisi itu-itu saja.
"Hei, kita sekelas," seru Shotaro ketika melihat datapad-nya. "Jane juga."
Semangatku langsung meroket. "Benarkah?"
"Lihat ini." Shotaro menunjuk datapad. Benar, di daftar itu, namaku, Jane, Shotaro dan 27 siswa lain masuk kelas 3-Arthuria.
"Yes, yes!" Aku berseru seperti orang gila. Jane memutar mata, sementara Shotaro tertawa kecil.
"Aku ke ruang OSIS dulu. Bye!" lambai Jane.
"Ke mana kita? Kelas? Kantin?" tanyaku.
"Tadi aku melihat Codi. Aku ingin mengobrolkan strategiku melawan Master Dennis dalam pertandingan catur kami nanti sore dengannya," kata Shotaro. Codi merupakan temannya di klub Catur. Aku cuma mengangguk.
Karena klubless (tidak masuk klub apa pun), aku lantas pergi ke kelas 3-Arthuria yang terletak di lantai dua.
Kelas masih kosong saat aku datang. Hah, aku kepagian. Mumpung tidak ada orang, aku langsung mengambil tempat duduk di samping jendela. Shotaro pernah membaca, di sebuah tempat bernama Jepang di planet Bumi (planet nenek moyang kami berasal), tempat duduk samping jendela merupakan tempat favorit para pelajar laki-laki. Hari pertama masuk sekolah, mereka akan berkelahi memperebutkan tempat itu, free-for-all battle, hingga tinggal satu orang yang tersisa. Selain hadiah kursi, ada hadiah lain lagi. Apa pun yang diminta oleh yang tersisa itu akan terkabul, apa pun. Permintaan yang tersisa itu biasanya adalah: kamera terus menyorot dirinya, dia mendapat harem, dan guru tidak marah saat dia melamun keluar jendela.
Jujur saja, itu permintaan paling menakjubkan yang pernah kudengar. Dia bisa meminta apa pun, tapi yang diminta malah sangat trivial sekali.
Mei 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top