Perjalanan Ketiga

"Semua terjadi saat usiaku belum genap Sembilan tahun, dirumahku sendiri, ditempat yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi manusia yang berlindung dibawah atapnya." Hiro memberi jeda. Ia Tarik napasnya perlahan, serasa cukup berat menceritakan apa yang telah ia alami. "Namun tidak bagi aku dan Ibuku, hingga akhirnya aku harus kehilangan ibuku untuk selama-lamanya," Hiro melanjutkan ceritanya.


"Rumah adalah bayangan gelap tentang ayahku, bunyi pukulannya, atau saat dia melemparkan ibuku hingga membentur tembok kamar sebelah masih terekam di Ingatanku," Suara Hiro terjeda. Ia mengumpulkan seluruh keyakinannya melanjutkan cerita.


"Tubuh kecil ku ingin melindungi ibuku, Apalagi saat aku melihat di celah pintu kamar yang sedikit terbuku ibuku terpojok sementara tendangan ayah berkali-kali datang. Aku tahu ibuku pasti sangat kesakitan. Namun ia berusaha menahan suaranya, ia tidak ingin aku tahu siksaan ini begitu berat terhadapnya. Walaupun ia tak menyadari mata kecil menilik penderitaannya," Tubuh hiro agak bergetar. Ia ragu apa ia sanggup melanjutkan.


Natsumi tahu keadaan Hiro akan semakin buruk. Ia tahu bagaimana orang yang memiliki kisah masa lalu yang teramat berat, harus menceritakan kembali tiap detil trauma yang ia alami.Hiro berusaha kembali melanjutkan kisah kelamnya. "Ibu saya tinggal bersama ayah sudah hampir 12 tahun. Selama 10 tahun itu ia berulang kali menerima pukulan, tendangan, hingga cacian paling buruk hingga melebihi batas kemampuannya sebagai seorang manusia." Hiro mengepalkan tangannya menempel diatas meja lipat yang ia sengaja buka tepat di hadapannya. "Entah apa yang di pikiran ibuku, bisa bertahan dengan bajingan itu," Emosi hiro membuncah

Natsumi tidak ada pilihan menghadapi kemarahan Hiro. Ia tahu rasanya seperti hiro walaupun bentuknya saja yang berbeda.

"Semua ini baru benar-benar berakhir ketika aku menemukan ibuku sudah tergeletak lemas di kursi dekat ruang tv, Mulutnya dipenuhi busa dan banyak sekali obat-obatan di sekitarnya. Ada beberapa di lantai," Hiro menundukan kepala "cara ibu menyelesaikan penderitaannya bukan mencari keadilan, namun menyerahkan kehidupannya,"


"Sejak ibu pergi, Ayah juga tak diketahui lagi kemana rimbanya, menghilang begitu saja, Aku baru terselamatkan adik ibuku kurang lebih 5 jam setelah mendapati ibuku meninggal, itu pun mungkin karena entah apa yang membimbingnya datang ke rumah. Yang jelas aku beruntung bisa dijauhkan dari rumah paling gelap yang pernah ku tinggali," Hiro sudah lebih tenang karena ia mampu melawan ragunya untuk bercerita akan kenangan masa lalunya.


Natsumi menatap Hiro, "apakah kamu saat ini sudah merasa baikan?" Hanya itu yang keluar dari mulut Natsumi. Ia memberi waktu Hiro untuk sedikit tenang.


"Bagaimana bisa tenang kalau beberapa minggu lalu aku mendapatkan kabar kalau bajingan itu masih hidup," Jawab Hiro. "Aku sudah mendapatkan keberadaan tepatnya, dimana ia mejalani kehidupannya setelah membuat ibuku meninggal,"


Natsumi mencari cara untuk membuat Hiro tenang, ia sadar, ia harus memilih diksi yang tepat masuk pada kondisi ini. Tidak boleh gegabah, salah-salah emosi Hiro akan tersulut."Lalu?" Tanya Natsumi


"Kalau ibuku pergi, dia juga harus pergi, seenaknya saja ia masih memiliki napas panjang selepas membuat ibu tersiksa hingga memutuskan mengakhiri kehidupannya," Hiro meninggi suaranya "Rasanya adil jika aku bisa menemuinya dan membantunya meminta maaf dengan ibu di alam sana, aku akan mencarinya dan memberikan rasa sakit yang kurang lebih sama dengan rasa sakit yang di alami ibu,"


Natsumi terperangah, hari ini ia menemukan seorang klien dengan trauma masa lalu, ingin membunuh ayah kandungnya sendiri. Walaupun ia sama kesalnya dengan sosok ayah, tak pernah terbersit sedikit pun membunuh sosok ayahnya tersebut.

"Apakah keputusanku untuk membunuh bajingan itu sebuah kesalahan?" Ujar Hiro

Natsumi bingung, Pria di sebelahnya saat ini memilih menggunakan jasa yang ia tawarkan, untuk mendapatkan saran atas keputusannya, apakah ingin membunuh ayahnya adalah sebuah kesalahan.


Dilihat dari segi hukum sudah tentu sebuah hal yang tidak dibenarkan. Dari segi social kemanusian juga sulit mencari jawabannya, diluar ada permasalahan secara mental dan psikologis, ibu dari hiro meninggal dengan bunuh diri. Bukan dibunuh oleh ayah kandung Hiro. Natsumi penasaran jawaban apa yang diharapkan hiro hingga susah susah menghubungi dan menggunakan jasa konsultasi ini. Apa jangan-jangan seorang mencari pembenaran kalau apa yang dilakukan setelah ini adalah tindakan yang seharusnya ia lakukan. Yaitu membunuh ayah kandungnya sendiri.


"Hiro san, apa tidak lebih baik kamu pendam jauh-jauh kenangan burukmu itu," Ujar Natsumi


"Apa? Dengan membiarkan bajingan itu tetap menghirup napas menikmati masa tuanya," hiro naik nadanya


"Kamu sudah memiliki kehidupanmu yang baru, kepergian ibumu, merupakan lingkaran takdir kehidupan," Natsumi memberi saran terbaik yang ia miliki agar hiro tidak gelap mata melakukan tindakan di luar batas.


"Hebat sekali kamu mengatakan hal tersebut, dengan mudah memintaku melupakan setiap detil kesalahan ayahku," hiro kesal dengan saran yang ditawarkan Natsumi. "Ah wanita seperti mu yang kondisinya baik-baik saja mana bisa merasakan apa yang kurasakan. Aku jadi meragukan dirimu, bagaimana sosok yang mungkin selama hidupnya tidak pernah merasakan rasa sakit, bisa membantu orang-orang sepertiku yang dihantui rasa sakit. Kesalahan aku meminta saranmu,"


Natsumi terdiam sejenak, hiro bisa jadi gambaran salah satu pemikiran para klien yang pernah atau belum ia temui. Pasti banyak keraguan bagaimana orang yang di kira kehidupannya normal-normal saja seperti kehidupanku bisa memberikan solusi mental atas trauma orang lain."Semua orang yang keliatan biasa saja bukan berarti ia tak pernah punya pengalaman pahit dimasa lalunya," Ujar Natsumi agak kesal


"Ah aku sudah tak pernah percaya lagi dengan apa yang keluar dari mulutmu," Hiro penuh penyesalan.


Entah apa yang ada di pikiran Natsumi. Natsumi menggengam tangan Hiro tiba-tiba. Hiro sempat sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Natsumi. Namun ia membiarkan ke arah mana keinginan Natsumi menggenggam tanganya. Natsumi kemudian menarik telapak tangan hiro yang ia genggam. Ia taruh tas yang berada di atas pahanya sebelumnya ke sebelah sampingnya. 

Perlahan Natsumi mengarahkan telapak tangan hiro tersebut menuju pahanya yang terbuka karena roknya tertarik ke atas. Natsumi memejamkan mata guna menahan rasa sakit kenangan masa lalunya. Lalu perlahan tangan Hiro tersebut dituntun masuk ke dalam rok hingga menuju arah pangkal paha Natsumi, disentuhkannya jemari tangan hiro ke bekas luka di pangkal paha Natsumi. agak kasar ada sebuah bekas jahitan luka sobek yang lumayan Panjang di paha bagian dalam Natsumi. Hiro yang paham maksud Natsumi menujukan luka itu lalu menarik tangannya seketika. Ia tidak ingin membuat Natsumi tertekan dengan masa lalunya.

Natsumi langsung merapikan roknya kembali dan menutupi paha dengan tasnya. Natsumi membuka matanya lalu menghapus air matanya yang sempat keluar.Hiro tak dapat berkata apa-apa, Natsumi memilik masalah yang lebih berat rupanya."Aku jadi korban percobaan perkosaan oleh ayahku sendiri," Ujar Natsumi. "Walaupun ayah tidak berhasil mendapatkan apa yang ia mau malam itu namun ia berhasil meninggalkan bekas yang selalu mengusik ingatan ku akan kejadian buruk yang ia lakukan,"Hiro menatap Natsumi, ia tidak ingin melakukan apapun, hanya mendengar. Bergantian peran seketika.


"Kalau saja ibu tidak pulang, mungkin kisahnya akan berbeda," Natsumi mencoba menyampaikan semua yang ingin ia sampaikan.


"aku tidak menyangka apa yang kamu hadapi jauh lebih berat dari dugaanku," Hiro akhirnya bersuara.


"Berbeda dengan mu, aku masih menyimpan dendam sekuat apa yang aku bisa hingga saat ini," Ujar Natsumi lirih tak kuasa menahan ingatan rasa sakit masa lalunya. Wajahnya ia tundukan, ia tak pernah seterbuka ini dengan siapapun akan kisah masa lalunya. kepalanya dipenuhi sejumlah pertanyaan mengapa ia percaya dengan sosok pria di sebelahnya saat ini. Natsumi seperti mendapatkan perasaan nyaman setelah mengungkapkan kenangan buruknya kepada Hiro. Natsumi tiba-tiba menarik tasnya dan pergi meninggalkan Hiro. Ia memilih menyudahi perjalanan hari ini dan meninggalkan Hiro.


Hiro yang menatap Natsumi kali ini tak ada niatan sedikit pun untuk menghalangi. Ia biarkan punggung itu berjalan menjauh. Hari ini sudah cukup berat bagi Hiro dan Natsumi, memberi jeda pilihan satu-satunya bagi mereka berdua.


..................

Pagi semuanya, eh sudah siang yah, bagaimana hari ini?

Masih sehat-sehat semua kan? Mudah-mudahan hari-harinya tida seberat Natsumi dan Hiro yah.

Yuk terus support perjalanan mereka berdua. Sampai jumpa minggu depan.

#BWC_2020

#Self_Love

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top