Tips 3: Belajar Hal yang Membuat Seseorang Bisa Populer

Apa kabar penggemar Angin / Taufan? Atau mungkin lagi nge-simp Beliung?

Apakah masih ada yang nungguin ff ini? //plak

Sepi sekali lapak yang ini //cih.g

.

.

.

Hahh … Capek juga kejar-kejaran sama Fang. Daripada Fang nanti tambah ngambek jadi kukembalikan lagi kacamatanya. Padahal masih pengin pakai.

Hari makin siang. Perut juga udah minta diisi. Pulang aja, deh. Mudah-mudahan di rumah udah ada masakan.

Eh, bentar, bentar, deh aku kayak kelupaan sesuatuuu gitu. Tapi apa, ya?

“Di situ kau rupanya, Angin! Aku cari dari tadi juga.”

Macam kenal suaranya. OMG, Yaya! Kenapa bisa lupa, sih?! Benar, seharusnya 'kan aku sembunyi aja daritadi.

“Kamu 'kan dah janji bantuin aku bikin biskuit,” cetus Yaya dengan wajah merengut di hadapanku.

Mau kabur pun percuma. Masa tadi habis kejar-kejaran sekarang harus ngelakuin itu lagi. Capek aku.

Coba aku mengelak dulu, deh.

“Masa, sih? Aku enggak ingat tuh. Mungkin kamu salah kali, Yaya.”

Please, semoga Yaya gak jadi ngajak aku. Aku masih agak trauma dimintai tolong sama dia. Dulu kan pas musim 1 aku jadi gila karena gegara makan biskuit Yaya.

“Bohong, Yaya. Angin sendiri yang nawarin bantuin kemarin,” tukas Ying, muncul tiba-tiba di samping Yaya.

Aku menatap Ying dengan tidak percaya. Kenapa sih kau tidak memihak padaku, Ying? Aku masih ingin selamat.

“Yaudah, kita langsung ke rumahku. Bahan-bahannya juga sudah tersedia semua.”

Ku ikuti Yaya serta Ying dari belakang dengan langkah gontai. Tok Aba, doakan cucumu masih bisa hidup setelah ini.

***

Kami bertiga sudah siap untuk membuat adonan biskuit. Karena apronnya hanya dua, jadi yang memasak hanya aku dengan Yaya. Sedangkan Ying menonton kami saja.

Kupandangi bahan-bahan di atas meja. Masih normal-normal saja kurasa.

“Sekarang aku harus apa?”

Yaya memeriksa kembali bahan-bahan yang tersedia. Dia menjetikan jari saat tahu ternyata masih ada yang kurang untuk acara memasak mereka.

“Ying, tolong belikan cumi kering sama tahu bakar, ya. Ini uangnya,” ucap Yaya seraya menyodorkan beberapa lembar uang pada sahabatnya.

“Oh, oke!”

Ying langsung melesat untuk membeli apa yang Yaya suruh. Lalu lima detik kemudian dia sudah kembali dengan dua kantong belanjaan. Cepatnya!

“Cumi kering sama tahu bakarnya buat apa, Yaya?” tanya Ying.

“Ya buat apa lagi, mestilah untuk tambahan adonanlah,” jawab Yaya. Tersenyum begitu lebar.

Kupikir saat Yaya menyuruh Ying untuk beli barang-barang seperti cumi kering dan tahu bakar, aku kira buat camilan saat membuat biskuit. Tapi Yaya dengan percaya diri memasukkan semuanya sekaligus ke dalam adonan kue kami!

What the--?! Kaget, woy! Itu rasanya bakalan kayak gimana?

“Kamu yakin Yaya mau masukin semua itu ke dalam adonan? Mendingan jangan, deh,” cegahku dengan cepat. Aku masih sayang nyawa.

Lagi-lagi Yaya mengangguk mantap seolah memang menambahkan cumi dengan tahu sebagai penambah rasa memang ide yang cemerlang.

Ying juga hanya menatap dengan pandangan sweatdrop. Kayaknya dia udah pasrah dari tadi.

Aku hanya mengaduk semua bahan seperti yang Yaya katakan. Sementara dia terus menceritakan tentang bagaimana orang-orang pasti akan menyukai biskuitnya kali ini. Aku mendengarnya hanya tersenyum canggung, tidak tahu harus merespons seperti apa.

Ternyata, biskuit Yaya itu... "unik".  Makan biskuit Yaya sama bahayanya dengan digigit ular! Tapi .. Mungkin sebab itu biskuitnya terkenal? Jawabannya, bisa jadi.

Aku skip untuk tips yang ini. Populer karena ada suatu hal yang terkenal dari diri kita. Yahh soalnya agak gimana gitu kalau terkenal gara-gara ditakuti. 'Kan gak keren.

Btw, biskuitnya udah jadi. Rasanya pahit. Biskuit berbisa, aku tadi makan dikit, bertahanlah perut anak muda.

To be continued—

.

.

A/N: Mari doakan keselamatan Angin setelah makan biskuit Yaya.

__________________
07 Februari 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top