Tips 1: Cosplay Jadi Petir
Nih, aku lanjutin ...
Mohon koreksi kalau ada typo.
______________________
Siapa sih yang nggak kenal sama BoBoiBoy Petir? Elemental yang 'cukup' kuat lagikan hebat dan jangan lupakan bahwa dia sangat dikagumi oleh orang banyak, yang membuat orang lain iri. Eits, ada tapinya, Petir itu takut sama cerita seram aka berhantu~
Dia bahkan mengakui bahwa seorang BoBoiBoy Angin LEBIH HEBAT dan BERANI daripada Petir! Nggak percaya? Simak dan baca kisah di bawah.
###
Mumpung lagi diberi cuti ke Bumi dari pihak TAPOPS tidak ada salahnya untuk berkumpul 'kan? Kesempatan 'tuk berlibur nantinya juga akan semakin berkurang. Nah! Oleh karena itu Tim Superhero Bumi ditambah dengan Tok Aba dan Ochobot akan nonton bareng di rumah Tok Aba. Menonton sebuah film berjudul 'Tangisan Hantu Pohon Stroberi',
Kamu merasa familier?
Iya, ini cerita favorit Probe yang akhirnya difilmkan. Kok tau? Ya, tau aja, sih.
Kesampingkan dulu masalah judul film, karena yang lebih penting itu gimana keseruan acara nonton film kali ini.
"Yakin nih kita nonton film ini? Aku rasa dari judulnya aja udah mencurigakan. Ganti yang lain lah," ujar Yaya seraya membolak-balikan kaset berupa film yang akan mereka tonton.
"Aku yakin ini film terseram dan paling menegangkan di tahun ini." Aku merebut kaset itu dari tangan Yaya. "Oh, apa kalian semua takut nonton film horor?" ledekku.
Cuma hantu bohongan kok pada takut, sih. Cih, cemen.
"Ganti aja filmnya. Lagian judulnya aja nggak jelas. Gimana kalau film action? Sama-sama menegangkan 'kan?" saran Petir. Dia menjitak kepalaku.
"Hish! Kalo takut bilang aja kali, nggak usah dijitak juga. Sakit tau!"
"Si-siapa juga yang takut?!"
Ngomongnya sih gitu, tapi itu mata kenapa gusar sana-sini? Secara bicaranya juga gugup gitu. "Heee, nggak takut ya~?" Aku menyeringai jahil. Awas aja kalau dia paling keras jeritannya.
Dan para makhluk yang di sini pasti tau aku merencanakan sesuatu.
Sehingga mereka sweatdrop bersamaan melihat kami-dua elemental-yang 'kadang' kurang akrab ini.
'Dah mula dah.'
Mungkin daripada melihat perdebatan tidak bermutu antara Petir dan diriku, akhirnya Ochobot berinisiatif untuk memutar film yang katanya horor itu. Semuanya pun bersiap di posisi masing-masing.
Cahaya dengan kacamata 3D-nya dan popcorn besar. Err ... oke, ini sedikit berlebihan. Tolong sadarkan Cahaya bahwa ini hanya sekadar acara menonton bersama yang bermodalkan TV dan bukanlah dalam bioskop.
Air yang setengah mengantuk menepuk-nepuk pipinya agar tetap sadar. Please lah kapan kamu enggak ngantuknya?
Tok Aba bersedia dengan Ochobot dalam pangkuannya.
Gopal dan camilannya. Sedangkan Api sudah menyelusupkan diri dalam selimut. Jadi nanti pas bagian detik-detik menegangkan bisa sembunyi dalam selimut. Oke, ide yang brilia, Bro.
Daun dengan tatapan penasaranya. Jangan lupakan ada Cattus di sampingnya. Ada yang menarik di sini, terlihat Petir sedikit meringsut di sudut sofa.
Sisanya; Tanah, Yaya, Fang, Ying, dan Angin- hanya bersikap biasa.
Pada awal film memang biasa saja, malah justru (entah kenapa) berjurus ke genre komedi. Dan itu berhasil menciptakan riuh tawa menggelar seisi rumah.
Sampai pada bagian klimaksnya, atmosfer terasa lebih tegang. Diceritakan bahwa si tokoh utama; sebut saja Kamboja, sedang berkunjung ke kebun stroberi di malam hari. Kebun yang selalu ramai di siang hari justru jadi lebih menyeramkan di malam hari. Sampai suara cacing yang mengap-mengap di tanah terdengar karena saking sepinya. Namun, saat Kamboja ingin memetik stroberi tiba-tiba terdengar suara aneh.
"Jangan pernah kau ambil stroberi di kebun ini! Karena ... karena ... hiks ... itu adalah ... hiks ... buah kesukaanku~"
Mendadak mereka jadi auto fokus ke TV menantikan apa yang terjadi seterusnya.
Kembali ke film, Kamboja tengok kanan-kiri tapi tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya. Suara gaduh di sekitar semak pinggir pohon stroberi menarik perhatiannya. Lalu tiba-tiba sesuatu menerjang Kamboja, daaann ...
"ASDGHJKL!!"
"OPOCOT!!"
"OCHOBOT!!"
"MIAAAWW!!"
"KLONTANG!!"
Sesosok anak kecil cebol dengan wajah yang benar-benar putih dengan alis super hitam dan bibirnya begitu merah muncul tiba-tiba. Sontak mereka menjerit keras.
"Pokoknya jangan pernah lihat film horor lagi ...," ujar Petir lesu. Ia benar-benar meringkuk di pokok sofa dengan dua tangan yang menutupi telinga seraya matanya dipejamkan kuat.
"HAHAHAHA!! ITU LUCU TAU!" gelakku keras.
Tolong kasih tepuk tangan untukku, genre horor ditambah sedang bagian jump scare, malah ketawa. Tapi yang lain melihatku dengan pandangan was-was. Hei, kalian kenapa?
Film pun berlanjut sampai akhir dan semuanya langsung bubar dari ruang TV, menyisakan Petir yang ketakutan.
Aku yang lihatnya jadi iba. Seharusnya tadi kuturuti saja permintaan Petir buat ganti filmnya. Kalau tau bakalan kayak gini aku nggak mungkin maksa buat nonton. Aku menyesal.
"Petir, maaf, ya? Tadi aku ngeyel banget. Aku nggak tau kalo kamu beneran gak kuat nonton film horor," sesalku seraya mendekati Petir.
"Gapapa. A-aku hanya terkejut." Ia menghela napas pelan menetralkan detak jantungnya. "Bukan sepertimu yang ketawa nggak jelas."
Aku tertawa canggung. "Y-ya itu kan emang lucu. Di akhir film tadi juga dibeberkan kalo si bocil (baca: bocah cilik) ternyata lagi iseng pakai make up emaknya. Dan rumor di kebun stroberi itu bohong,"
"Iya deh, dasar pemberani tingkat akut," cibir Petir seraya tersenyum tipis.
Wow, harusnya tadi aku siapkan kamera. Jarang banget Petir senyum.
🌪️🌪️🌪️
Dan sampai sini kalian sadar tidak sih, kalau dari tadi belum ke topik utama; usaha biar jadi populer?
Ya, tadi itu cuma kilas balik, sih.
Kembali lagi ke masa sekarang. Aku masih merenung di dalam kamar, masih mikirin tentang tips populer dari Cahaya barusan. Tips pertama yaitu tirukan gaya dari seseorang yang populer dan saran yang diberikan elemental terpopuler itu supaya mengikuti gaya Petir. Setidaknya gayakan arah topi Petir-arah menghadap ke depan. Katanya sih, karena itu cukup mudah. Lagian Petir juga termasuk populer, kok.
"Ini mah sih gampang! Tapi aneh nggak ya nanti penampilanku? Kebiasaan pakai topinya miring." Aku mendengkus geli, "Tapi muka kita bertujuh itu sama, nggak akan ngaruh bagaimana pun arah topi kami. Toh tetap sama."
Aku bangkit dari acara berbaring lantas duduk di tepi ranjang. Perasaaan ada foto Petir, tapi di mana ya?
Langsung saja kucari di setiap sudut kamar, dari lemari -sampai ke kolongnya, di bawah bantal, bawah kasur -sampai bawah ranjang sekali pun. Tapi masih belum juga ketemu. Tunggu, sepertinya ada yang terlewat. Oh iya, belum periksa meja belajar.
⚡⚡⚡
Suara ribut dari lantai atas yang diduga datangnya dari kamar sampai terdengar ke bawah.
"Itu suara apa sih? Apa mungkin keributan yang dibuat Cattus lagi?" tanya Petir. Ia cukup geram karenanya Petir tidak bisa berkonsentrasi pada buku bacaannya.
Daun menyela, "Itu nggak mungkin. Cattus kan ada di si- eh mana Cattus? Bukannya tadi ada dekat aku ya?" Daun celingukan mencari kucing gurun itu.
"Kalian berdua cek saja dulu. Nanti aku menyusul," ujar Tanah kemudian.
"Oke! / Baiklah."
🌪️🌪️🌪️
"Ah, ketemu! Mari kita coba. Misi menjadi bocah listrik. Hahaha!!" Aku dengan antusias. memposisikan foto Petir di depan wajah dan begitu juga dengan sebuah cermin. Aku sampai tidak sadar ada dua makhluk yang asyik mengintip.
Rupanya itu adalah makhluk kuning dan hijau; Petir dan Daun.
Daun speechless, Petir sweatdrop. Mereka melihat Angin yang bergaya menirukan Petir dari mulai topinya sampai ke mimik muka yang biasa Petir gunakan sehari-hari.
'Ini gak bisa dibiarin. Nanti yang ada aku kelihatan OOC kalo diimitasi sama dia,' batin Petir tak terima.
"Hoi, apa yang kau lakukan pada fotoku Angin?!" tanya Petir sembari mendekat dan Daun yang mengekor di belakangnya.
Aku tersentak kaget, "Ya apalagi. Niruin kamu lah biar bisa jadi populer." Aku menjawab dengan cepat. "Kata Cahaya sih gitu ...," lanjutku dengan pelan.
Dari arah pintu datanglah Tanah lalu lalu ikut gabung. "Hm, cukup mirip sih, menurutku."
"Nggak, Angin nggak akan cocok dengan gaya seperti itu. Nggak ada kesan cool-nya. Cepat ganti arah topinya!" titah Petir.
"Nggak mau," kekehku. "Kebetulan kamu di sini. Aku pinjam topi hitam 'halilintar' kamu ya?!"
Daun memilih pergi. Enggak tahu kenapa, sih.
"Kau mau aku diomeli Ochobot?! Sudahlah terserahmu saja. Aku mau ke bawah saja." Saat Petir beberapa lagi keluar tiba-tiba ada yang menahan kakinya.
Tidak terima atas tolakan Petir, Aku beringsut mencekal kaki Petir. "AKU MOHOOON!!" teriaknya.
(Ilustrasi oleh Ariieya)
"Benar kata Petir, Angin. Kuasa dia belum stabil, jadi belum bisa ke tahap Halilintar dulu," ujar Tanah bijak.
"Hm ... oke." Akhirnya aku milih ngalah saja daripada yang ada nanti ribut terus.
Lalu kami bertiga turun bersama untuk membantu Tok Aba di kedai.
Eits, tapi tidak sampai situ saja perjuanganku.
Bersiap sedialah untuk tips yang kedua, Angin. Hahaha ...!1!1!
To be continued--
A/N:
Setiap chapter yang udah mencapai 100 views aku usahain buat update. Tapi nggak bisa janji :3
Vote and Comment, please o(〃^▽^〃)o
_________________
13 Januari 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top