Tenn and Mitsuki

"Kembali lagi di kimi to ai na night."

Terdengerlah tepuk tangan dqri penonton di studio.

Tenn duduk di sofa ruang tamu. Memperhatikan acara adik tersayangnya berlangsung.

"Oy Tenn lagi nonton acara adik kesayanganmu ya."

"Bukannya kau bisa liat sendiri dan juga aku penasaran dengan cara host Izumi Mitsuki."

"Jadi bukan karena Riku nih."

"Gaku sejak kapan kau panggil Riku dengan nama depannya."

Gaku seketika sweet drop. Tenn menatap Gaku dengan tajam seolah olah dia menatap mangsanya.

"Gaku Tenn aku mau beli bahan makan dulu ada yang mau ikut?"

"Aku ikut Ryu."

Gaku segera lari menghamperi Ryu. Meninggalkan Tenn yang sudah sibuk kembali menonton acara grup idol milik adiknya.

Tiba tiba hp Tenn bergetar.

"Halo?"

"Tenn diluar hujan deras kau coba cari lilin takut mati lampu nanti."

"Lah emang kau dan Ryu dimana bukannya kalian baru keluar tadi?"

"Kau keasikkan nonton ya, sudah lima belas menit sejak aku dan Ryu meninggalkan dorm."

"Yaudah lilinnya ada dimana?"

"Tumben nurut."

"Kututup nih."

"Lilinnya mungkin di dapur kali?"

"Mending kau beri hpnya ke Ryu."

Seketika ruangan menjadi gelap.

"Lupakan lah dah mati lampu cepat pulang sini."

"Maaf Tenn mungkin akan agak lama Tsumugi-chan meminta ku untuk menjemput IDOLISH7 di studio gk papa kan."

Sejak kapan Ryu dekat dengan Tsumugi. Terdengar suara Gaku disebelah berbisik ke Ryu.

"Emangnya Tsumugi-chan kenapa?"

Sayangnya kedengaran Tenn kalau mereka sedang speaker.

"Bisa tidak kau gak memanggil Tsumugi Tsumugi-chan."

"Bukannya wajar kalau aku memanggilnya begitu toh kami seumur pak tua."

Tenn segera mematikan ponselnya. Lupa kalau sedang mati lampu dia segera menyalakannya lagi dan menelpon sembarangan.

"Halo?"

"Ini siapa ya?"

"Bukannya kau yang menelponku seharusnya aku yang bertanya begitu."

"Maaf disini mati lampu kurang keliatan."

"Ok aku paham, jadi sekarang kau sedang duduk dimana?"

"Ruang tamu."

"Jika ada suara ketukan pintu atau jendela gk usah dibuka."

Tenn hanya diam.

"Aku akan menemanimu berbicara jadi kau tidak perlu takut.

"Apa kau sekarang lagi berdiri atau duduk."

"Duduk."

"Ada semacam bantal gk?"

"Ada.... sekarang lagi ku peluk."

"Coba bayangkan bantal itu seseorang yang kau sayangi."

Seketika satu nama terlintas di pikiran Tenn.

"Peluklah dia dengan erat dengan begitu kau akan merasa lebih aman.... mungkin."

(A/N : tanda '.....' kemudian kalimat di belakangnya maksudnya dia mengatakannya sambil berbisik)

Tenn segera memeluk bantal tersebut. Dia merasa jauh lebih tenang. Untunglah dia tidak mendengar bisikan orang tersebut.

"Gimana apa kau sudah lebih tenang?"

"Iya terima kasih."

Seketika lampu kembali menyala.

"Sepertinya listriknya sudah hidup kembali."

"Kalau begitu aku pergi dulu ya."

"Bye bye."

Panggilan pun berakhir. Tenn kembali tersadar. Dia baru saja bersikap berbeda dengan imagenya selama ini. Lalu nuncullah sebuah kalimat di pikiran Tenn.

Kujo Tenn center dari TRIGGER ternyata takut gelap.

Jangan sampai ada berita kayak begitu. Bukannya Tenn takut gelap tapi itu gara gara ada banyak kejadian aneh di dorm akhir akhir ini. Tenn segera melihat riwayat menelponnya. Seketika raut khawatir ada di wajahnya. Ternyata orang yang dia telpon tadi adalah Mitsuki.

"Gimana kalau tadi dia bilang ke Riku."

"Gimana kalau dia cerita ke yang lain."

Hp Tenn kembali bergetar.

Izumi Mitsuki.

Tenn segera mengangkat telponnya. Sambil mencoba menenangkan diri.

"Aku hanya mau bilang aku tidak akan mengatakan hal ini kepada siapa pun jadi kau tidak perlu khawatir."

Hening.

Tenn tidak tau harus merespon dengan apa.

Mereka berdua diam selama semenit.

"Yah intinya kau tidak perlu khawatir muncul berita uang tidak tidak terus tadi aku sedang sendirian karena mobilnya tidak muat untuk sembilan orang jadi aku ditinggal dulu."

"Kenapa kau yang ditinggal."

"Aku tidak mungkin membiarkan orang yang lebih muda dariku sendirian."

"Nikaido-"

"Orang tua itu punya pekerjaan penting besok pagi jadi kusuruh dia duluan."

"Ah aku sudah dijemput sampai ketemu besok."

Panggilan pun berakhir. Tenn segera berdiri menuju kamarnya hendak tidur kalau bukan gara gara panggilan dari Gaku. Tenn segera mengangkatnya, mendengarkannya sebentar lalu menjauhinya darinya. Merasa sudah cukup lama Tenn kembali mengambil ponselnya.

"Oy Tenn kau denger gk?"

"Kau dimana sekarang?"

"Baru jalan dari dorm adikmu sebentar lagi kami sampai."

"Ryu mengebut."

"Yasudah bye bye."

Tenn mematikan ponselnya lalu segera menuju alam mimpi.


























Keesokan harinya

"Pagi Tenn kau mau kemana?"

"Pagi Ryu aku mau jalan jalan dulu sebelum jadwal kita nanti siang."

"Owh ok hati hati dijalan."

Tenn berjalan tanpa tunjuan. Saat dia sampai didepan sebuah gedung dia segera memuter balik badannya dan menabrak orang di belakangnya.

"Ah maaf."

"Gk papa."

Mata mereka membesar melihat sosok didepannya.

"Izumi Mitsuki boleh kita berbicara?"

"Ada sebuah taman dekat sini mari bicara disana."

Tenn dan Mitsuki berjalan berdampingan ke sebuah taman. Untunglah tamannya sepi. Mereka segera duduk di sebuah bangku taman.

"Jadi kau ingin membicarakan apa?"

"Soal lemarin."

"Jangan khawatir tidak ada untungnya bagiku bercerita ke orang orang."

"Bukan itu maksudku."

"Lalu?"

"Makasih sudah menemaniku."

Tenn menolehkan kepalanya sehingga Mitsuki tidak bisa melihag wajahnya saat ini.

"Bukan masalah toh aku tidak pernah begitu dengan Iori."

Tenn kembali menoleh kearah Mitsuki yang sedang menunduk.

"Dari kecil Iori begitu sempurna dia belum pernah melakukan kesalahan apapun waktu kejadian music festa adalah yang pertama kalinya baginya."

Tenn bingung harus berkata apa. Dia membiarkan Mitsuki melanjutkan kalimatnya.

"Iori selalu membantuku kadang aku merasa kenapa aku yang harus menjadi kakak daripada ku dia jauh lebih cocok."

"Maksudku dia sangat bisa diandalkan tidak sepertiku."

Tenn hanya terdiam. Dia terus melihat kearah Mitsuki.

"Karena itu aku cukup senang saat bersama dengan Nagi karena aku benar benar merasa sebagai sesosok kakak saat itu."

"Menurutku kau kakak yang hebat."

Tenn akhirnya bersuara. Mitsuki menoleh kearahnya.

"Aku yakin Izumi Iori juga berpikir seperti itu."

"Apa kau kangen dengan Riku?"

"Sebagai sesama seorang kakak menurutmu bagaimana."

"Yah aku yakin kau punya alasan tersendiri atas sikapmu kepadanya."

Mitsuki segera berdiri dan menghadap ke Tenn.' Dia kemudian mengelus rambut Tenn perlahan.

"Kau masih muda tidak perlu bersikap dewasa di depanku jika ada masalah minta bantuanku kapan saja."

Mitsuki kemudian berjalan meninggalkan Tenn. Di kejauhan dia kemudian berteriak.

"Bye bye."

Tenn terdiam menatap punggung Mitsuki. Dia kemudian mulai menyetuh rambutnya tempat Mitsuki mengelusnya tadi.

"Daripada ku kau jauh lebih cocok dipanggil kakak."

Tenn kemudian berjalan pergi meninggalkan taman. Dia menelpon Ryu untuk menjemputnya segera.

Begitu Ryu sampai Tenn segera naik dan mereka pun berangkat menuju studio.

"Ryu kau punya tiga adik kan."

"Iya emang ada apa?"

"Apa kau tidak kangen atau khawatir akan mereka?"

"Sudah pasti aku kangen mereka namun sebagai anak tertua aku harus bekerja agar mereka bisa hidup dengan nyaman."

"Oh ya ayahmu punya utang ya."

"Iya dan kalau khawatir sudah pasti bagaimana pun sebagau seorang kakak kita pasti selalu khawatir akan adik kita kan."

"Itu mungkin benar."

Ryu menoleh kearah Tenn. Dia tersenyum begitu melihat wajah Tenn.

Kau sudah jauh lebih terbuka ya Tenn.






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top