Ryuu

"Yak Tsunashi-san tolong pasamg pose yang lebih panas lagi," kata sang fotografer.

"Ho oh baiklah," bales Ryu.

Tenn dan Gaku yang melihat sesi pemotretan Ryu menahan ketawa dibelakang.

"Pakai aksesoris kucing kucing begitu gimana bisa pose seksi coba," bisik Gaku ke Tenn.

"Pfft daripada pose seksi lebih cocok pose imut."

Sementara Gaku dan Tenn sibuk menahan tertawa, Ryu sedang berpikir mengenai posenya.

"Ah kita hanya perlu foto dengan telinga kucing ini kan?" Tanya Ryu ke fotografer.

"Ya bu direktur hanya menyuruh foto dengan berbagai macam bantal kucing dan semacamnya."

"Kalau begitu aku boleh lepas kancing baju ku kan?"

"Eh!" Semuanya terkejut mendengar perkataan Ryu.

"I-iya b-boleh aja sih," bales fotografer ke pertanyaan Ryu yang tiba tiba.

Ryu membuka kancingnya perlahan lahan dari atas menuju bawah. Dia kemudian membuat bajunya Sedikit berantakan. Para staff cewe yang ada disana menahan jeritan mereka.

Tenn yamg pertama kali membuka suara "anu Ryu apa yang kau lakukan?"

"Hm tadi katanya lebih panas kan," kata Ryu sambil menjatuhkan badannya di sekumpulan bantal kucing.

Para staff dan fotografer menyamperi Ryu dan melihat dirinya memasang sebuah pose yang cukup mengoda (silahkan bayangkan sendiri aku gk jago mendeskripsikan).

"Bagaimana dengan ini?" Tanya Ryu.

"Sempurna, cepat siapkan peralatannya!" Teriak fotografer kepada para staff.

Para staff segera belari kesana kemari, menyiapkan peralatan yang dibutuhkan. Gaku dan Tenn memanfaatkan kesempatan itu untuk mendekati Ryu.

"Ryu kau belajar ginian darimana?" Tanya Gaku.

"Hm."

"Maksud Gaku gimana kau bisa berpose dengan dekorasi imut imut begini," kata Tenn sambil memasang wajah tidak percaya.

"Hm aku sang ero ero beast kan," tutur Ryu sambil mengedipkan sebelah matanya.

Click.

Terdengar bunyi kamera dari atas.

"Tsunashi-san liat kesini kita akan mengambil beberapa gambar, Yaotome-san dan Kujo-san tolong menyingkir dari sana."

"Ah iya maaf," kata Tenn dan Gaku barengan.

Sambil Ryu melanjutkan sesi pemotretannya, Gaku dan Tenn saling menanyakan satu sama lain.

"Gaku ada apa dengan Ryu?"

"Entahlah Tenn, apa menurutmu kepalanya terbentur sesuatu?"

"Ya... itu kemungkinan terbesar, paling habis ini dia kembali seperti Ryu yang biasanya."

"Ya pasti begitu."

Sesi pemotretan TRIGGER pun selesai. Mereka bertiga segera bergegas menuju lokasi pekerjaan berikutnya.

"Oh Ryuu."

Tiba tiba terdengar suara yang tidak asing di telinga mereka. TRIGGER secara bersamaan menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Oh Haruka," sapa Ryu.

"Itu... maaf karena membohongi mu," kata Haruka sambil membungkukan badannya.

"Hm kau minta maaf karena apa? Emang kau ada salah sama Ryu?" Tanya Gaku.

"Iya soalnya kita bohongin Ryu tenrang kalian, jadi Ryu tolong datang ke dorm Re:vale Izumi Mitsuki memasak makanan sebagai tanda minta maaf."

"Oh soal itu toh gk usah dipikirkan, tapi maaf ya malam ini aku dah ada janji."

Sehabis mengatakan hal itu Ryu berjalan menjauhi mereka. Gaku dan Tenn sangat shock dengan sifat Ryu.

"Ryu kemarin kau tidak apa apakan Ryu kan?!" Tanya Tenn dengan panik.

"Ugh jangan dekat dekat, kemarin hanya hal biasa tak ada yang spesial," jawab Haruka.

"Tenn aku yakin kepalanya terbentur."

"Terus kita harus apa Gaku?"

"Biasanya di film film kepalany harus terbentur lagi biar ingatannya balik."

"Kau kebanyakan ngehayal Gaku kembali lah ke realita, film itu tidak nyata begitu juga kesempatanmu bersama Tsumugi-chan."

"Et bocah saat saat begini masih aja sempet cari ribut."

"Hm kau saja yang terlalu sensitif, lagipula emang betul kan."

Gaku mengepalkan tangannya mencoba menahan amarahnya. Tenn mengulurkan lidahnya dan berjalan pergi. Sedangkan Haruka hanya bengong melihat mereka berdua yang sedang kejar kejaran.

"Pft hahahahaha bodoh sekali mereka," kata Haruka sambil memegang perutnya.









































Kembali lagi dengan TRIGGER

"TRIGGER selamat datang."

"Terima kasih sudah menyambut kami."

"Tenn-chan gk usah pasang topeng malaikatmu itu gk ada kamera disini."

"Kalo begitu cepat katakan apa mau mu Nya-san."

"Ok Tenn tapi sebelum itu Ryu mana?"

"Eh loh."

Tenn dan Gaku melihat sekitar mereka. Namun mereka tidak dapat menemukan sosok Ryu di ruangan tersebut. Gaku pun memutuskan untuk keluar mencarinya sementara Tenn mencoba menghubungi Ryu.

"Oh Ry-," Gaku menhentikan langkahnya begitu melihat pemandangan di depan.

"Tsu-Tsunashi-san!?"

"Tak apa panggil aku Ryu Tsumugi-chan," kata Ryu sambil perlahan mendekati wajah Tsumugi.

"Ditikung sahabat sendiri, gk kusangka Ryu."

"Oh Gaku, kita lanjutkan lagi nanti malam ya Tsumugi-chan."

Begitu Ryu melepaskan gengamannya dari tangan Tsumugi, Tsumugi langsung lari dengan wajah semerah tomat.

"Tega sekali kau Ryu gebetan sobat sendiri di tikung."

"Yah dia emang imutkan, lagipula dibandong dirimu kesempatanku jauh lebih besar."

"Oy jaga bicaramu!"

"Kenapa emang benar kan, kalian tidak mungkin bersama."

Seketika seluruh tubuh Gaku membeku. Dia tidak sangka sahabatnya yang selalu mendukungnya akan berkata seperti itu.

"Mending kau nyerah saja, lagipula aku hanay ingin bermain dengannya sebentar."

"DIA BUKAN MAINAN! kau harus lebih menghargai seorang wanita."

"Hm bukannya para wanita sama saja, begitu kau sudah bosan dengan mereka buang saja."

"Kau wanita itu bukan barang yang bisa kau sakiti dan buang seenaknya, kau harus memperlakukan mereka dengan baik dan halus, wanita itu hatinya rapuh cinta mereka bukan untuk main main, lagipula bukannya ibumu juga seorang wanita apa kau juga memperlakukannya seperti itu?"

"Tapi dia memperlakukan kami seperti itu, setelah ayahku berhutang dia seenaknya menikahi pria yang lebih kaya, wanita hanya mengincar harta kita."

"JANGAN RENDAHKAN WANITA SEPERTI ITU! tidak semua wanita itu sama, jaga bicaramu!"

"Terserahlah ayo kita segera ke studio sebelum Tenn marah, sangat merepotkan menghadapi Tenn yang seperti itu."

Ryu mengabaikan teriakan Gaku dan terus berjalan menuju studio. Gaku menyerah dan mengikutinya di belakang sambil menyumpahi Ryu di dalam hatinya.

"Ryu kau darimana saja? Kami khawatir tau," kata Tenn.

"Hanya bermain sebentar kok, ayo kita cepat laksanakan iklannya."

Saat Ryu mendekati Nya untuk meminta penjelasan mengenai iklannya Tenn mendekat kearah Gaku.

"Hey Gaku apa terjadi sesuatu?"

"Dengar ya-"

Gaku menjelaskan kejadian tadi ke Tenn. Tenn memasang wajah terkejut dan tidak percaya akan perkataan Gaku.

"Walaupun emang benar kau tidak punya kesempatan, namun mana mungkin Ryu melakukan hal itu," kata Tenn dengan nada mengejek campur tidak percaya.

"Makanya kan, dan juga harus babget kau nistakan aku setiap hari."

"Hah sebaiknya kita membawa Ryu ke rumah sakit."

"O-oy jangan mengabaikanku! Dasar brocon tsundere."

"Apa kau bilang?" Kata Tenn dengan nada mengancam.

"Aku bilang brocon tsundere apa telingamu budek?" Bales Gaku dengan nada kesal.

"Aku gk mau dengar itu dari orang yang di tolak dua kali dalam lima menit."

"Dan aku gk mau dengar itu dari bocah yang meninggalkan adiknya sendirian dan bersikap seolah olah itu hal biasa."

"Huh kalian bertengkar lagi merepotkan," kata Ryu memotong pembicaraan mereka.

"R-ryu," kata mereka dengan kompak.

"Oy Gaku Tenn kalo mau bertengkar lakukan habis shooting, aku punya janji kencan yang harus kuhadiri."

"Gaku tadi Ryu bilang janji kencan!?"

"Ryu yang belum pernah mengemgang tangan cewe, tidak mungkin."

"Kalian itu berisik sekali ya, cepat lakukan saja pekerjaan kalian biar kita bisa pisah," kata Ryu sambil melipat kedua tangannya.

Tenn dan Gaku sangat shock mendengar kalimat Ryu. Tenn mulai meneteskan air matanya.

"Hah kau nangis cengeng sekali sih," kata Ryu yang berhasil menusuk Tenn.

"R-ryu kau tidak apa apa?" Tanya Gaku sambil memeluk Tenn.

"Hm aku hanya bersikap seperti biasanya kan," kata Ryu sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Huhu Gaku huhu Ryu berubah hiks," kata Tenn sambil menangis.

"Jangan ngomong sambil menangis dong gk jelas tau."

"RYU CUKUP ITU SUDAH KETERLALUAN!"

Ryu, Gaku, dan Tenn seketika melihat ke arah Nya.

"Cut," kata Nya sambil menghampiri mereka bertiga.

"Bukankah sudah cukup aktingnya Ryu."

"Haha Nya-san emang hebat ya."

"Eh," Gaku dan Tenn kebingungan.

"Maaf ya Tenn Gaku sudah mengerjai kalian," kata Ryu dengan nada lembut yang bisa membuat hatimu meleleh.

"Ja-jadi-"

"Ini semua-"

"CUMAN PRANK," teriak Gaku dan Tenn bersamaan.

"Maaf maaf gk kusangka Tenn sampai nangis begitu."

Tenn dan Gaku menatap Ryu dengan kesal. Tak disangka mereka di prank.

"Hahaha kalian emang bodoh ya," kata sebuah suara di belakang mereka.

"ZOOL!" teriak Tenn terkejut.

"Gimana prankmya bagus kan, ini ide ku loh," kata Haruka.

"Tapi yang nyusun rencananya gw dan Torao," kata Toma.

"Maaf ya Kujo-san Yaotome-san kami hanya ingin mengerjai kalian sedikit," kata Minami sambil menahan ketawa.

"Te-tega kalian," kata Gaku dan Tenn berbarengan.

"Tapi lumayan kan kalian jadi lebih kompak," ledek Nya.

"Kau juga tau mengenai ini?!" Teriak Tenn terkejut.

"Tidak aku baru tau pas liat akting Ryu, bukankah sudah jelas ya Ryu mana mungkin jadi bersikap kayak gitu."

"Terus itu Tsumugi-"

"Itu Minami-kun yang sednag menyamar, dia hebat sekali kan aktingnya," jelas Ryu ke Gaku.

"Haha walaupun agak sulit sih karena aku harus keliatan pendek."

Gaku dan Tenn menyembunyikan wajah mereka yang malu. Anghota ZOOL dan Nya tertawa melihat kelakuan mereka. Semntara Ryu hanya khawatir mengenai nasibnya di dorm nanti.

"Kalau begitu ayo ke dorm Re:vale, IDOLISH7 sudah ada disana Nya juga boleh ikut mumpung moodku lagi baik," kata Haruka menghentikan tertawanya.

"Asiik kalau begitu mari kita menonton adengan Gaku dan Tenn yang ku dapat dari kamera kamera di gedung ini."

"O-oy."

Mereka semua makan makan di dorn Re:vale. Hasil dari kurban kemarin, sambil menonton beberapa adengan yang terekam oleh Nya. Untungnya ada Toma dan Iori yang menutupi mata dan telinga Riku. Mereka semua pun menikmati masakan Mitsuki sambil saling melempar ejekan satu sama lain.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top