kencan + spesial ultah banri

Hari ini ada hari yang indah sekali bagi TRIGGER.

Kenapa?

Karena hari ini adalah hari dimana Gaku akan kencan dengan Tsumugi. Tenn yang akan jalan-jalan dengan Riku.

Yap hari dimana mereka akan pergi. Sehingga Ryu tidak perlu mengurusi pertengkaran mereka berdua lagi.

Oh sungguh hari yang indah.

Namun bukan pagi yang indah.

"RYUU PINJAM PARFUMMU DONG!" Teriak Gaku.

"RYUU AKU COCOKNYA PAKAI BAJU YANG INI ATAU INI?" Tanya Tenn.

"EH RYUU MENURUTMU MENDING BUNGA MAWAR ATAU TULIP ATAU-"

"DIAM GAKU AKU LAGI CARI HADIAH SYAL BUAT RIKU!"

"PALING JUGA DIA PUNYA BANYAK SYAL DARI IZUMI-"

"DIAM KAU!"

Yap pagi mereka diawali dengan pertengkaran Tenn dan Gaku seperti biasa.

Sungguh ingin rasanya Ryuu pulang ke Okinawa.

Setelah membereskan masalah dua anak itu. Akhirnya Gaku dan Tenn pun pergi.

"Aahhh akhirnya mereka pergi juga," kata Ryu dengan lega.

Namun karena gk ada kegiatan Ryuu jadi gabut banget.

"Telponan sama bapak di kampung aja kali ya," batin Ryuu.

Tiba-tiba saja hp Ryuu bergetar.

Terpampang nama Sogo-kun di sana.

Ryuu pun mengangkat hpnya.

"Selamat pagi Tsunashi-san, maaf bila aku menganggumu."

"Tidak apa-apa Sogo-kun, kebetulan aku juga lagi gabut."

"Um jika Tsunashi-san gk ada kerjaan, apa kau bisa menemani ku belanja untuk pesta ulang tahun Banri-san?"

"Tentu saja, apa kau di dorm? Biar aku menjemputmu."

"Terima kasih Tsunashi-san, maaf bila merepotkanmu. Habis Tamaki-kun harus sekolah."

"Gpp santai saja."

Ryuu pun mematikan hpnya dan segera bersiap-siap.

(Waktunya POV masing2)









Gaku POV

Aku duduk di kursi taman menunggu kedatangan Tsumugi.

Kira-kira dia bakal pakai baju apa ya? Eh bajuku sudah bagus kan? Kalau saja bukan gara-gara harus pakai penyamaran.

Saat aku sedang pusing memikirkan penampilan ku, ada dua tangan yang menutupi kedua mataku.

"Tebak siapa?"

Aku memegang tangannya perlahan.

"Istri ku~" kata ku dengan nada jail.

"Ga-gaku-san."

Aku meletakan kedua tangannya di dada ku dan mendonggakan kepala ku.

Alhasil muka kami berdekatan. Lagsung aja kuambil kesempatan itu untuk meciumnya.

Sayang kita berdua pakai masker T~T.

Sepertinya dia kaget.

Manisnya.

"Pagi Tsumugi-chan."

Tsumugi tampak tersipu.

"Pa-pagi Gaku-san, um-"

Tsumugi tampak ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Kenapa apa kau gk suka panggilan -chan nya?" Tanya ku sambil berpindah tempat ke belakangnya dan meletakan kedua tanganku di senderan bangkunya. Sehingga Tsumugi terjebak diantara aku dan bangku.

"Bu-bukan begitu hanya rasanya agak aneh," jawab Tsumugi sambil memutarkan badannya menghadapi ku.

Pft wajahnya makin tersipu. Ingin ku rasanya halalin dia secepatnya.

"Itu soalnya wajahmu sangat manis waktu Tenn memanggilmu-."

Ku sengaja menghentikan kalimatku. Aku penasaran dia akan menjawab apa.

"I-itu soalnya dulu aku suka Tenn-kun."

Ugh entah kenapa rasanya sakit pas dia panggil Tenn Tenn-kun.

"Ah ya dulu kau suka Tenn ya," kata ku sambil berusaha menutupi rasa sakitnya.

"Iya aku suka Tenn-kun."

Argh rasanya makin sakit. Mana dia ngomongnya sambil kayak tersipu gitu. Syalan kau Tenn.

"Owh," jawabku sakit hati.

"Tapi."

Tsumugi melingkarkan tangannya ke leherku.

"Aku cinta Gaku," lanjutnya.

Hatiku rasanya langsung berdetak kencang. Untung pakai masker kalau gk dia bakal melihat wajahku yang sudah semerah tomat.

"Cu-curang."

"Hehe balasan buat yang tadi," ucap Tsumugi dengan manisnya.

Aku melepaskan gengamanku dari bangku. Kemudian aku menatap Tsumugi.

"Ke-kenapa Gaku-san?"

Aku meletakan kedua tanganku di pipinya. Langsung saja aku menciumnya.

"Ga-ga-gaku-san!?"

"Hehe maaf abis kau manis banget, ingin ku halalin."

"Ugh Gaku-san mainnya nyosor."

"Kan pakai masker gini," ucapku sambil nyengir lebar.

"Tau ah kita pergi makan saja," kata Tsumugi sambil menolehkan kepalanya.

Padahal pakai masker tapi rasanya aku bisa liat bagaimana ekspresinya.

"Baiklah kalau begitu mari pergi," kataku sambil mengulurkan tangan ku ke arah Tsumugi.

"Gk boleh pengangan tangan kan corona," ucap Tsumugi sambil berlari pergi.

"Yah tapi jangan lari juga dong, kalo jatuh gimana," kataku sambil menyusulnya.

"Makanya Gaku-san kejar dong jangan biarkan aku pergi."

"Gadis bodoh," kataku saat berhasil menangkapnya.

"Mana mungkin aku melepaskanmu," lanjutku.

Aku mengengam tangannya.

"Ku pastikan kau tidak bisa lari dariku."

"Hahaha kalo gitu kupastikan Gaku-san hanya akan mengejarku."

"Itu sih sudah pasti."

"Kalo gitu sudah siap ketemu ayahku?"

"Haha... mungkin lain kali."

"Katanya mau halalin."

"Ya tapi kau kan masih 18thn, nanti saat kau 20thn aku akan menemui ayahmu."

"Janji ya."

"Aku gk akan janji, namun aku akan membuktikannya."

"Tapi kan aku butuh kepastian."

"Percayalah padaku, kau satu-satunya yang kucintai."

Sesudah itu kami pun berbincang santai dan berjalan menuju restoran sambil berpegangan tangan.













Tenn POV

Akhirnya hari ini aku bisa jalan-jalan dengan Riku tanpa penganggu.

"Tenn-nii."

Aku melirik ke sampingku dan melihat Riku yang berlari ke arahku.

"Riku jangan lari dong kalau jatuh gimana?"

"Kan ada Tenn-nii yang siap menangkapku."

"Duh kau ini, lalu kenapa kau pakai baju tipis begini kalau masuk angin gimana."

Riku mengembungkan sebelah pipinya.

"Moe Tenn-nii gk peka."

Eh aku melakukan kesalahan kah?

Coba ku pikirkan baik-baik. Biasanya di film-film saat cewe kedinginan cowonya memberikan jaketnya.

Oh berarti Riku mau jaketku ya.

Ku lepaskan jaketku dan menaruhnya di kedua pundak Riku.

"Pakai ini nanti kau kedinginan, lalu ini aku merajut syal untukmu."

Loh kok ekspresi Riku makin cemberut.

"Moe kan aku maunya Tenn-nii memelukku."

Ah ternyata begitu toh.

"Yasudah sini ku peluk, lain kali bilang dong kalau mau di peluk."

"Kan aku maunya Tenn-nii duluan yang peluk, habis setiap kali kita berpelukan aku mulu yang duluan."

Ku menghela nafas pasrah melihat imutnya wajah Riku.

Aku pun memeluknya dengan erat.

"Iya deh hari ini biarkan aku memanjakan Riku sepuasnya."

"Aku bukan anak kecil," kata Riku dengan nada kesel.

"Tapi kau adik kecilku," kataku agak jail.

Ugh sudahlah kita ke restoran aja secepatnya, malu di liatin orang."

"Gk mau aku masih mau peluk Riku~"

"Tenn-nii mah, yaudah aku jalan sendiri."

"Eh jangan dong, iya deh ayo kita jalan."

Aku pun mengengam tangan Riku.

Riku melihat kearahku. Aku hanya tersenyum mengisyaratkan tidak apa-apa.

"Ne Tenn-nii."

"Hm kenapa Riku?"

"Apa Tenn-nii sayang Riku?"

"Kalo Riku sendiri gimana, sayang aku enggak?"

"Kan aku duluan yang nanya."

"Yaa kalo gk sayang aku gk bakal meluk Riku."

"Heeh kenapa?"

"Masa aku meluk orang yang gk kusayang."

"Emang ada orang yang Tenn-nii benci?"

"Gaku."

"Heh bukanya Tenn-nii sayang sana Yaotome-san."

"Ka-kata siapa?"

"Aku."

Ku cubit pipi Riku perlahan.

"Riku dah jago bercanda ya."

"Ih kan kenyataan."

"Gk aku gk sayang Gaku."

"Terus sayang siapa?"

"Riku."

"Bohong."

"Ih aku benaran sayang Riku."

"Buktikan."

Rasanya gemes liatnya. Kerjain ah.

Aku melihat sebuah bangku taman yang kosong. Aku pun menyamperinya dan menaikinya.

"AKU SAYANG RIKU!" Teriakku.

Seketika orang-orang pada melirik ke arahku.

Kalau di pikir-pikir malu juga.

"Aaaahhh Tenn-nii maluin ah," ucap Riku sambil berlari pergi.

Riku please jangan bikin aku tambah menyesel.

Ugh akting aja deh. Biar gk malu banget.

"Kan kata Riku buktiin," ucapku sambil mengejarnya.

Setidaknya ada alasan.

"Tapi gk gini juga kali."

Iya maaf Riku. Kakakmu lagi ketularan sifat barbar Gaku.






Ryu POV

"Tsunashi-san terima kasih lagi sudah membantu menyiapkan pesta kejutan untuk Banri-san saat dia pulang nanti."

"Sama-sama Sogo-kun, namun dia kemana ya bukannya kalian libur?"

"Yuki-san dan Momo-san mengajaknya jalan-jalan."

"Owh gitu ya, kalo gitu Sogo-kun mau mengunjungi suatu tempat gk?"

"E-eh?"

"Habis rasanya bosen juga kalo langsung pulang, ah tapi gpp kok kalau kau gk mau."

"G-gk aku mau kok jalan sama Tsunashi-san."

"Asik, apa kau lapar? Ku dengar ada restoran bagus sekitar sini."

"Boleh, kebetulan juga aku memang agak lapar."

"Haha sambil jalan kesana gimana kalau kau menceritakan mengenai dirimu?"

"E-eh?!"

"Aku mau tau lebih banyak soal Sogo-kun."

"Hidupku gk semenarik itu sih."

"Jadi bertemu denganku gk menarik?"

"Bu-bukan begitu, itu sangat menarik!"

"Hahaha aku hanya bercanda, namun menurutku kau lebih menarik dari yang kau kira Sogo."

"So-sogo!?"

"Eh aneh kah, aku mencoba untuk menjadi sedikit kayak Gaku."

Sogo tidak merespon perkataanku. Aku melirik ke arahnya. Wajahnya tampak memerah.

"Anu Sogo-kun kau baik-baik saja?"

"Ah hah i-iya gpp kok."

"Kau yakin wajahmu memerah?"

Ku tepikan mobilku sebentar.

Lalu aku menempelkan dahiku dengan dahi Sogo-kun.

"Tsu-Tsunashi-san."

"Hm sepertinya kau gk demam, tapi kenapa wajahmu semakin merah ya?"

Ku lihat Sogo-kun menjadi agak terbata-bata.

Mungkin dia gk nyaman dengan posisinya.

Lebih baik aku kembali ke posisi semula.

"Maaf Sogo-kun kau baik-baik saja."

Dia tidak merespon.

"Sogo?"

Dia pingsan!

"Wah gimana ini, Sogo-kun sadarlah. Duh apa sebaiknya ku telpon Yamato-kun."

Saat sedang bingung mengenai situasi Sogo-kun. Tiba-tiba saja terdebgar suara ketukan.

Aku menoleh ke arah jendelaku dan membukanya.

"Ryuu kau tidak apa-apa?"

"Loh Gaku kau sedang apa kau disini?"

"Tsumugi dan aku baru saja pulang dari restoran, hm itu Osaka kan dia kenapa?" Tanya Gaku.

"Loh Sogo-san disini?" Tanya Tsumugi-chan.

"Maaf Tsumugi-chan jika aku menganggu kencanmu namun sepertinya Sogo-kun pingsan."

"Eh kenapa bisa pingsan apa penyakit lambungnya kambuh lagi?"

"Sedang apa kalian di tengah jalan?"

Terdengar suara Tenn.

Aku pun keluar dari mobil.

"Tenn Sogo-kun pingsan, apa kau tau cara menyadarkannya kembali?"

"Oh aku tau," sahut Riku-kun.

Dia pun masuk ke dalam mobil dan sepertinya membisikan sesuatu ke telinganya Sogo-kun.

Seketika saja Sogo-kun langsung bangun.

"Hebat kau bilang apa padanya Nanase?" Tanya Gaku.

"Hehe."

"Riku gitu loh pintar."

"Jadi maksudmu aku gk pintar gitu Tenn."

"Kau bilang sendiri loh orang tua."

"Hah ngajak gelut kau bocil."

"Maa maa sudahlah kalian kan sedang kencan," kataku mencoba menenangkan mereka.

Keduanya pun berjalan mundur ke belakang teman kencan mereka.

Oh.

Sepertinya ada yang menarik baju ku.

Aku membalikan badanku perlahan.

"Mohon maafkan aku sudah membuatmu khawatir Tsunashi-san," kata Sogo-kun.

"Tidak apa-apa Sogo-kun yang terpenting kau baik-baik saja."

Aku menatap Sogo-kun yang merasa bersalah.

"Bagaimana kalau kau mentraktirku makanan?"

"Boleh kau mau makan apa?"

Aku menoleh ke arah Gaku dan Tenn.

"Restoran sana enak," ucap Gaku.

"Apa boleh buat ikut aku dan Riku aja, kebetulan kita juga mau makan," kata Tenn.

"Wah boleh tuh makin rame makin asik, dan Riku juga bisa numoang ac-an."

Aku tersenyum mendengar perkataan mereka.

"Yaudah Sogo-kun mari kita pergi bersama Tenn dan Riku-kun."

"Tentu."

"Kalau begitu Riku masuk ya."

Riku-kun dan Tenn pun masuk ke dalam mobil.

"Kalau begitu kami duluan ya, jangan lupa tar malam ke Takanashi Pro," kata Gaku.

"Hati-hati di jalan," ucap Tsumugi-chan.

Mereka berdua pun pergi melanjutkan kencan mereka.

Aku pun masuk ke mobil dan melaju ke arah restoran.











~ skip time

Author POV

Malam itu IDOLISH7, TRIGGER, dan Tsumugi beserta bapaknya berkumpul di Takanashi Production.

Tentu saja ada author juga. Cuman lagi bersembunyi.

Pintu pun terbuka.

Langsung aja author keluar dari temoat persembunyiannya.

"BANG!"

"WAA!"

"Loh kok Momorin, padahal aku mau kagetin Bunny," kata Nya.

"Nyan mah Ban-san jangan di kasih panggilan kayak gitu dong, harus lebih keren," ucap Momo.

"Ih kan lucu, lagipula kan ada tuh ship BanrixKinako," ucap Nya.

"Ngomong-ngomong Kinako mana ya?" Tanya Nya.

Pintu kembali di buka.

Tiba-tiba saja ada bayangan yang kayak melintas.

"Waah Kinako kau bikin kaget saja," ucap Banri.

Nya langsung aja narik Momo ke dekat yang lain.

Nya kemudian melirik sekitar.

"Yuki mana sih Yuki."

Yang dipanggil jalan aja gitu. Santai banget pula berasa di slow motion kayak film-film india.

"Yukirin buruan dong kesini!" Perintah Nya.

"Iya-iya."

Akhirnya mereka pun terkumpul dalam satu baris.

"Ok se~no."

"SELAMAT ULANG TAHUN BANRI."

"Terima kasih banyak," kata Banri sambil tersenyum.

Aahh senyummu ganteng banget sih.

"Oh ya źooļ bilang selamat ulang tahun juga namun mereka gk bisa datang karena urusan pekerjaan," ucap Nya.

"Gpp, tapi makasih banyak loh sudah mau rayain ultahku yang chara figuran ini."

"Iya dong kan kau husbu ku juga," kata Nya dengan bangga.

"Hahaha mari kita potong kuenya saja," nyahut Otoharu.

Saat yang lain sibuk sama kue.

Gaku menyamperi Papa Takanashi.

"Takanashi-san."

"Hm."

"Aku akan melamar putrimu saat dia sudah berumur 20thn."

"Haha... bercandaan yang lucu."

"Aku gk bercanda aku ingin serius dengan putrimu. Aku pastikan dia bahagia."

"Ya datanglah 2thn lagi kita akan lihat hasilnya nanti."

"Terima kasih banyak Takanashi-san."

"Mungkin kau bisa dengan memulai meyakinkan ayahmu."

"Ah ya..."

"Ayah Gaku-san sedang apa kalian? Tidak mau ambil kue?" Tanya Tsumugi.

"Kami hanya berbicara sebentar," jawab Otoharu lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

Sebelumnya dia sudah mengancam Gaku untuk tidak mematahkan hatinya.

"Emang kalian bicarain apa Gaku-san?"

"Bukti ku kepadamu."

"Huh?"

Gaku mengusap rambut Tsumugi perlahan.

"Mari ke yang lain."

"Baik."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top