[28]
"Kak Changbin?"
Changbin berhenti berjalan ketika mendapati seseorang memanggilnya dari belakang.
Ia berbalik dan terkejut.
Kim Seungmin, pemuda yang baru saja memanggilnya memasang wajah polosnya dan kemudian berubah histeris.
"Kak Changbin masih hidup? Ini kak Changbin kan?"
Changbin menepis kasar tangan Seungmin yang berada dibahunya.
"Gausah pura-pura bangsat!"
Wow, bukannya marah, Seungmin justru tertawa remeh dihadapannya.
Changbin masih memendam emosinya dan hendak pergi untuk menyusul Minho. Namun, manusia keji itu menahannya.
"Gue gak ada waktu buat pembunuh kayak lo!" Teriak Changbin emosi.
Disini yang notabenya tahu Seungmin merupakan seorang pembunuh ya Changbin dan para korban Bangchan-Seungmin.
Yang lain masih belum tahu alias ragu-ragu.
"Kita baru aja ketemu lo kak."
Cih, dasar iblis!
Changbin melayangkan pukulan ke rahang Seungmin hingga buat pemuda itu tersungkur dihadapannya.
Normalnya, orang akan mengaduh kesakitan. Seungmin malah semakin tertawa bahagia entah apa penyebabnya.
"Dasar gila." Changbin berbalik dan berniat pergi meninggalkan Seungmin.
Lagi-lagi pemuda itu menahan Changbin dan berbisik dari belakang sambil menyeringai.
"Orang yang punya senjata itu lebih kuat, kak."
•|T R I C K Y|•
Malam ini merupakan malam yang paling buruk. Jeongin pasrah, entah hidup atau mati pun ia akan terima.
Tapi Jeongin tidak menyerah sampai sini, ia tengah berlari kencang mencari pertolongan.
Namun, keberuntungan tidak berpihak padanya sekarang. Tidak ada seorang pun manusia di jalan setapak yang dilalui Jeongin. Ia berteriak minta tolong sampai suaranya serak karena kurang cairan. Setelah Jeongin diculik, ia baru makan dan minum sangat sedikit itu menyebabkan tenaga nya yang sekarang terkuras. Juga luka goresan maupun lebam ditubuhnya makin membuatnya frustasi.
"Ya Tuhan, tolong mereka yang disana."
Jeongin berdoa dalam hati, semoga teman-temannya selamat.
"Sakit anjim!"
Berkali-kali dirinya mengumpat karena rasa nyeri yang ia tahan semakin terasa ketika berlari.
Raut wajah Jeongin berubah berbinar, sepertinya ada seseorang di seberang jalan sana. Ia semakin mempercepat larinya disaat ia mengenali orang itu.
"Seungmin! Woy Seungmin!!"
Ah tidak, Jeongin bertemu orang yang salah.
"Seungminhh to-tolongin gue." Jeongin terengah-engah mengatur napasnya guna untuk bercerita pada Seungmin.
"Jeongin?! Lo kemana aja? Lo kenapa luka-luka gini?" Tanya Seungmin dengan raut gelisah. Tentunya pura-pura.
"Anu-"
"Kenapa? Bilang ke gue!" Jeongin menarik napasnya lama dan menghembuskannya perlahan.
"Kak Chan itu pelakunya Min! sekarang kak Minho, Jeno sama Felix disekolah buat nangkap kak Chan. Tapi, keadaan nya kacau. Please ayo tolong mereka, cepet!" Jeongin menarik lengan Seungmin.
"Apa lo bilang?" Jeongin menghelas napas dan berbalik.
"Gue tau lo masih gak percaya, tapi yang gue omongin itu kenyataan. Sekarang yang lebih penting ayo kita bantu mereka!"
Seungmin diam ditempat ketika Jeongin menarik lengan nya, tentu Jeongin berhenti menariknya dan memasang wajah penuh tanya.
Ada apa dengan pemuda dihadapannya ini, kenapa Seungmin santai sekali?
"Heh! Ayo! Waktu kita gak banyak tau."
Seungmin masih diam dan sekarang giliran ia bertanya.
"Gue percaya sama lo, tapi kalau gue bilang kak Changbin masih hidup lo percaya gak sama gue?"
"Hah? M-Maksud lo apa Min? Lo mimpi apa gimana?" Giliran Jeongin semakin terkejut dengan ucapan barusan.
Pasalnya ia sedang buru-buru, Seungmin malah berbicara soal Changbin. Ada apa dengan pemuda ini?
Jeongin semakin bingung lagi disaat Seungmin tersenyum sinis.
"Awalnya sih kak Changbin masih hidup, tapi sekarang udah mati."
"M-Mati?" Jeongin tergagap sebab terkejut.
"Ya, gue yang bunuh dia."
Sial!
Seungmin mengeluarkan pisau dari balik jaketnya. Pisau dengan noda darah yang masih basah dapat Jeongin lihat jelas disana.
Keadaan Jeongin sekarang terlalu shock hingga membuatnya lemas tak bertenaga.
Kak Changbin dibunuh oleh Seungmin?
Kalimat itu berputar diotak Jeongin.
Ketika Seungmin berjalan mendekatinya saja, Jeongin hanya bisa berjalan mundur perlahan. Tidak ada perlawanan seperti Changbin, Jeongin justru nampak pasrah.
Sekarang ia benar-benar tersudutkan. Ia terus saja berjalan mundur sampai ketengah jalan begitu juga Seungmin yang masih menakutinya.
"Seungmin, l-lo ngapain?"
Seungmin menyeringai dan berhenti sesaat, ia berniat menerjang Jeongin dengan pisaunya. Lantas Jeongin berlari menjauh hingga suara keras membuatnya kaget dan terjatuh.
Dihadapannya, Seungmin tergeletak penuh darah. Suara decitan mobil membuatnya otaknya berpikir cepat dan menyimpulkan.
Seungmin telah ditabrak dan tubuhnya terpental jauh hingga buat ia tak sadar.
"Yunseong lo gila!"
Seorang gadis turun dari bangku penumpang dan langsung memeriksa keadaan Seungmin.
"Dia masih hidup, lo bakal kena hukuman sialan, ngotak dikit bodoh!"
Yunseong, pelaku yang menabrak Seungmin tadi memilih menghubungi polisi berniat memberitahu untuk menahan Seungmin yang tak sadar diri.
"Yang penting korbannya gak nambah." Ucapnya santai dan menghampiri Jeongin yang tampak menyedihkan dipinggir jalan.
"Lo gak papa? Untung gue langsung belok kesini." Jeongin mengangguk dan menatap pemuda berwajah lempeng dengan raut muka bingung.
"Gausah takut, gue saudara Hyunjin. Dia Yeji, kembarannya." Yunseong menunjuk gadis yang tengah menyeret Seungmin untuk kepinggir jalan. Soal Yeji, Jeongin mengenalinya. Kalau Yunseong ini tidak.
"Soal Seungmin pelakunya, itu bener. Gue udah tahu dari Hyunjin. Dan juga gue punya bukti waktu dia bunuh kak Changbin."
Sebelumnya, Yunseong gelisah karena Changbin mendadak pergi dari rumah Minho. Jadi ia memutuskan untuk mencarinya bersama Yeji, namun takdir pun berkata lain hingga mereka bertemu Changbin dengan keadaan tak bernyawa ditengah jalan. Kehabisan darah dengan banyak luka tusuk di dada dan punggung. Sungguh sial nasibnya, waktu pun udah larut begini, mana ada orang yang lewat.
Sejenak Jeongin merasa kalut, tapi instingnya percaya bahwa yang dikatakan Yunseong itu benar. Yunseong yang paham langsung mengajaknya untuk kembali ke mobil dan melajukan kendaraan itu ke sekolah.
Dijalan, ia menelpon kantor polisi terdekat untuk mengirim bantuan.
Sedangkan Yeji, gadis itu tengah mendengar cerita Jeongin tentang keadaan disekolah sebelum ia kabur dari sana. Jangan lupakan umpatan Yeji yang ditujukan ke Yunseong, karena panik bagaimana nanti saudaranya itu berakhir dipenjara karena sudah menabrak Seungmin?
Sampai disekolah pun, mereka bertiga bergegas menuju aula.
Sampai disana, tidak ada siapapun.
Hanya menemukan Jeno yang terbujur kaku, tak sadarkan diri.
"Yeji, lo cek keadaan Jeno. Biar gue yang cari kak Minho." Yeji mengangguk dan Yunseong keluar aula diikuti Jeongin.
"Ya Tuhan mereka dimana ya?"
"Anjirlah sampai ada korban lagi, gue bakal injak kepala kak Chan." Yunseong kesal.
Pupil mata Jeongin bergerak kesana kemari menyapu keadaan sekitar.
Hingga ia menemukan siluet tak asing dipandangannya.
"Yunse, itu kak Minho bukan?" Yunseong menoleh mengikuti arah pandang Jeongin.
Di pinggir rooftop, mereka berdua menangkap sosok yang mereka kenal sedang berdiri. Cahaya bulan membantu mereka mengenali sosok itu.
"Kak Minho!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top