[24]

"Kebiasaan lo pulangnya malam-malam." Tegur Changbin ke Minho yang masuk ke rumahnya dengan wajah kusut seperti pakaian yang tidak disetrika.

"Gue habis jenguk Serim."

"Kok gak ajak gue?"

"Males." Changbin sabar.

"Makan dulu sana! tadi si muka lempeng nganterin pizza ke sini."

Minho yang awalnya malas langsung berbinar dan lari ke meja makan menyambar sepotong pizza.

"Ck ck rakus lo." Minho menghiraukan Changbin dan asik makan pizzanya sampai habis.

"Muka lempeng siapa anjir?"

"Tetangga sebelah noh!"

"Namanya Yunseong goblok!"

"Lupa. Lagian tu bocah muka gak ada ekspresi nya sama sekali."

"Masih mending si Yunseong daripada lo, tampang luar mirip preman daleman hello kitty."

"Bosen hidup ya lo Ho! Sini lo!"

Rumah Minho pun ramai dengan teriakan Changbin.

Sekali lagi, Minho melupakan pertanyaan penting mengenai pelaku karena pikirannya yang sedang kacau hari ini.








•|T R I C K Y|•

Keesokan harinya, Felix mulai masuk sekolah. Ekspetasinya hancur setelah masuk sekolah.
Ia bingung dengan perilaku teman-temannya yang berubah. Mereka sama sekali tak peduli dengannya. Padahal dia baru saja pulang Australia loh.

Biasanya Jeongin, Seungmin, ataupun yang lainnya langsung semangat minta oleh-oleh. Sekarang berubah menjadi cuek padanya dan memilih untuk menyibukkan diri.

Felix kecewa, ia perlu penjelasan sekarang.

"Salah gue apasih?" Racaunya kesal.

"Mereka jadi berubah kayak gini."

"Apa yang gue lewatin.."

Ia frustasi dan meluapkan emosinya dengan main basket. Berkali-kali ia mencoba memasukkan ke dalan ring, tapi gagal karena Felix terbakar api emosi.

"Arrghhh!!" Teriaknya kencang sambil melempar bola basketnya asal.

Ia merebahkan badannya di lapangan tak peduli akan panas matahari. Untung saja suasana lapangan lagi sepi, jadi dia bebas mau ngapain.

"Han udah gak ada disini, gue juga gak lihat Hyunjin tadi. Mereka kemana ya?"

Air matanya jatuh, ia capek. Rasa kecewanya kepada teman-temannya begitu besar. Ia hanya ingin minta penjelasan. Se susah ini ya.

"Lo ternyata cengeng banget." Celetuk seseorang yang tiba-tiba muncul disamping Felix.

Ia segera mengelap air matanya.

"Ck mata gue kemasukan debu." Elak Felix. "Lagian gue baru pulang, mereka gak nyambut gue. Malah ngejauh dari gue, mereka kenapasih?!" Felix sedikit berteriak.

"Lo juga! Gue cariin, eh tiba-tiba nongol disini kayak hantu." Seseorang disamping Felix tertawa. "Gak lucu babi!"

"Mereka udah gak percaya satu sama lain setelah kejadian akhir-akhir ini. Em ya emang semua gak bisa dipercaya sih." Felix bingung.

"Maksud lo apa Jin? Kejadian apa?"

"Lo masih gak percaya kalau Han udah meninggal?"

Felix kembali menunduk, tak sanggup membenarkan perkataan dari orang itu.

"Itu kenyataannya, sekarang mereka takut kalau mereka bakal bernasib sama kayak Han atau yang lain termasuk gue." Jelas orang itu dan memelankan perkataannya diakhir kalimat.

"Sebelumnya gue ragu, karena mereka gak bicara apa-apa ke gue. Tapi dengar dari lo gue jadi yakin." Felix sedih tahu tentang kebenaran dari Han, padahal baru beberapa hari saja ia meniggalkanya.

"Udah gue bilang jangan percaya sama mereka!"

Felix tak menyangka takdirnya se menyedihkan ini.
Perasaannya kalut dan kacau.

Melihat Minho lewat tak jauh dari lapangan, Felix berusaha memanggilnya.

"Kak!!"

"Kak Minho!"

Minho menoleh dan mendapati Felix yang lari ke arahnya.

"Eh Felix lo udah balik? Wah welkam bek brou!" Felix cengengesan.

"Kak, gue bisa percaya sama lo kan?" Minho mengerti apa yang Felix bicarakan.

"Lo sendiri bisa dipercaya apa gak?" Minho berbalik tanya padahal dalam hantinya ia tidak ingin bicara seperti ini ke Felix. Ini semua demi mengungkap pelaku.

Minho pergi meninggalkan kecewa pada hati Felix, lagi. Sebenarnya ia sengaja bersikap seperti ini, karena Minho pun gak bisa percaya sembarang orang kecuali Changbin dan Hyunjin.

"Lo lihat sendiri kan! Mer-eh?" Felix kaget mendapati orang yang tadi bicara dengannya menghilang.

"Hyunjin!!" Ia mondar mandir dilapangan mencari Hyunjin, orang yang tadi menemaninya berbincang.

"Lo dimana anjir? Ngajak main petak umpet? Kuy lah!"

Felix tidak tahu saja, kalau tadi adalah arwah Hyunjin.

"Jeen! Woy Hyunjeennnn!! Gue nyerah nih, keluar lo!" Felix masih teriak.

"Lo nyari siapa?"

"Eh kaget!"

Yeji tadinya tidak peduli dengan Felix yang berteriak seperti orang gila dilapangan, tapi saat Felix menyebutkan nama kembarannya ia langsung menghampirinya.

"Maaf ngagetin, lo nyari siapa tadi?"

"Temen gue, namanya Hyunjin." Yeji melotot, "Lo lihat gak? Em dia laki, tinggi, dan wajahnya agak mirip sama lo."

Yeji tersenyum. "Dia udah pergi pulang, nanti pulang sekolah gue temenin ke tempat Hyunjin."

"Sialan tu anak! Oke! Eh tapi lo siapa?"

"Panggil aja Yeji, nanti gue tunggu di gerbang." Jawab Yeji langsung meninggalkan Felix yang kegirangan.

Ia bersyukur banget bisa kenal sama anak baru.

Sepulang sekolah seperti yang dijanjikan, Felix pergi bersama Yeji naik bus.

"Lo kelas berapa?"

"Gue seangkatan sama lo." Felix ber oh ria.

Ia heran kenapa bisnya berhenti didepan pemakaman umum, Felix hendak bertanya tapi tak enak hati.
Ketika masuk ke pemakaman, ia memberanikan diri untuk bertanya.

"Lo kenapa ajak gue kesini?"

"Katanya mau ketemu Hyunjin."

"Eh iyasih, kok dipemakaman? Masa Si Hyunjin ganti profesi jadi penjaga makam?"

Yeji ingin tertawa mendengarnya.

Mereka sampai ke makam seseorang, baunya masih baru.

"Hyunjin gue dateng bawa temen lo."

Yeji menaruh sebuket bunga diatas batu nisan makam itu.

Atensi Felix beralih ke tulisan batu nisan, ia sungguh tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Gue mimpi ya? Mimpi gue buruk bener sih anjir, akibat gak baca doa nih."

"Lo gak mimpi, dan yang lo lihat sekarang nyata." Yeji tersenyum sendu.

Air mata Felix kembali turun, suara beratnya menjadi parau. Ia meracau tak jelas didepan makam Hyunjin, hati Yeji tersayat mendengar racauan sedih dari Felix.

"Hyunjin hiks maaf gue gak tahu kalau lo udah meninggal."

"Hiks Hyunjin.."

Cukup sedih ketika ingat Felix yang baru saja pulang dari Australia dan disuguhi oleh kabar kematian temannya yang tak terduga.

"Jadi orang yang gue ajak bicara tadi arwahnya Hyunjin ya.." batin Felix.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top