[19]

"Gue dapat ide yang bagus untuk musnahin si anak indigo."

"Lo tinggal ikutin arahan gue!"

"Nanti gue kabarin lagi."

"Oke."

Sambungan telepon diputus sepihak, pemuda itu dengan riang memasuki lingkungan sekolah sambil memasang earphonenya.

Tubuh kecilnya tak sengaja bertabrakan dengan Hyunjin di pintu kelas, tak berniat minta maaf ia malah tersenyum manis ke arah Hyunjin yang menatapnya tajam.

Hyunjin langsung melenggang pergi meninggalkan nya.

"Rencana lo buat nangkap gue gak bakal kecapai Hwang Hyunjin.." Batinnya geli.





"Hahh gak ada Serim gak ada yang gue jahilin." Monolog Minho sambil meletakkan tasnya di bangku Serim, sudah beberapa hari ini Minho duduk sendiri.

"Kalau gue jahilin Allen, yang ada gue malah ditendang balik sama dia."

Sesekali dia mengirim pesan ke Jaemin yang dalam masa pemulihan di rumah sakit, tentunya untuk menanyakan kabar Serim yang masih koma.
Ia cukup lega, karena tidak ada masalah disana.

Minho memutuskan untuk tidur sebelum pelajaran dimulai.

Disisi lain, Hyunjin pusing memikirkan siapa yang bakal menjadi target selanjutnya. Meskipun Hyunjin serba tahu, dia bukanlah cenayang.
Dia bisa tahu, karena kelebihan dari penglihatannya.

Masih ingat waktu dia pergi kesekolah malam-malam, berdebat dengan penjaga sekolah? Dia ingin menggali informasi dari hantu sekolah mengenai siapa yang berkeliaran malam-malam di sekolah dan membunuh teman-temannya. Namun kepergok Changbin dan Seungmin malam itu.

Terbuktikan? Hyunjin bukanlah pelakunya.

"Gue bolos aja."

Pelajaran belum dimulai, Hyunjin malah keluar dari area sekolah.

Ia memutuskan untuk jalan-jalan di kedai jajanan pinggir jalan, matanya menangkap objek yang sangat dikenalinya tak jauh dari tempatnya berdiri.

Hyunjin berlari dan menghampiri orang itu yang tampak sedang makan jajanan di kedai.

"Eh Hyunjin? Lo kok disini?" Tanyanya sambil mengginggit kue ikan.

"Justru gue yang seharusnya nanya ke lo kak! Kenapa lo keluar rumah?" Hyunjin marah karena takut.

"Gue laper, dirumah lo gak ada makanan apa-apa. Kulkas lo isinya air semua, gue butuh makan juga aelah." Jawaban darinya buat Hyunjin tersentak ingin minta maaf, Hyunjin lupa untuk belanja bulanan karena kejadian menyusahkan akhir-akhir ini.

"Yaudah deh, ayo gue traktir. Tutupin wajah lo!" Hyunjin menarik orang itu pergi setelah membayar makanannya.

Mereka tiba di restoran kecil yang sepi pengunjung.
Dihadapan mereka ada dua porsi makanan siap santap.

"Lo bolos ya?" Hyunjin mengangguk sebagai respon. "Tolol!"

Hyunjin di getok pakai sendok, sakit juga.
"Gue bosen, gue juga butuh ketenangan."

"Masalah pelaku ya?" Hyunjin berhenti makan dan mendesah kecewa.

"Mereka lebih pintar dari dugaan gue, dan gue sendiri belum cukup bukti kak. Mustahil kalau gue aduin ke polisi tanpa bukti." Benar juga ucapan Hyunjin, pemuda yang dipanggil 'kak' oleh Hyunjin pun juga ikut berfikir.

"Firasat gue, yang bakal jadi target selanjutnya adalah gue sendiri."

"Jangan negative thingking kek gitu dong, lo gak bakal kenapa-kenapa!" Pekik orang yang lebih tua itu ke Hyunjin, ia sendiri merasakan bahwa pelakunya berbahaya, dia orang yang tidak terduga.

Hyunjin tersenyum, "Kalau ada sesuatu yang terjadi ke gue, tolong jagain kak Minho buat gue ya..

.. kak Changbin."















•|T R I C K Y|•


Hari begitu cepat berlalu, sepulang sekolah Minho pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Serim.
Sampai disana, ia malah disambut oleh raut wajah Jaemin yang khawatir dan tertatih-tatih berjalan dengan bantuan tongkat ke arahnya.

"Kak!"

Minho dengan cepat menghampiri nya, ia hendak bertanya namun Jaemin mendahuluinya.

"Daritadi gue hubungi gak diangkat-angkat! Kak Serim shock lagi, sekarang dia di ruang icu ditangani dokter." Kata Jaemin dengan ekspresi yang sama.

Minho kaget dan berubah cemas, ia merogoh sakunya. "Loh?" Ia melepaskan tas dan mengacak-acak isi tasnya.

"Handphone gue hilang, Min."

"Ceroboh banget sih lo kak, mungkin ketinggalan di kelas." Tegur Jaemin.

"Itu nanti aja!"

Minho mengambil keputusan untuk menemani Serim daripada mencari handphone nya yang hilang.

Disisi lain, dirumah Hyunjin. Ia tengah disibukkan dengan banyak kamera kecil atau bisa disebut kamera pengintai.

"Lo bolosnya berfaedah banget ya, beda sama gue yang suka nongkrong di kantin." Hyunjin terkekeh meremehkan.

"Karena gue gak se bego lo kak." Changbin melotot, sebenarnya ia sudah lama menahan diri untuk tidak memukulnya, yah tahu sendiri kan komentar Hyunjin seperti apa.

Changbin teringat ia sedang menumpang, setiap hari di kasih makan, kasur gratis. Makanya ia menahan diri.

Changbin masih hidup.

Bagaimana bisa?

Sebenarnya, waktu itu hanya bagian rencana Hyunjin. Changbin hanya berakting keracunan di depan teman-temannya.

Haechan lah yang memberitahu Hyunjin kalau seseorang sengaja menukar minuman Changbin yang dibawa Jeongin waktu itu.
Sebelum Changbin meminumnya, Hyunjin memberi kode untuknya lewat pesan yang ia kirim ke Changbin. Disitulah Changbin meminumnya dan kembali menyemburkannya berpura-pura keracunan.

Makanya waktu itu, Hyunjin pura-pura menuduh Jeongin agar tidak ada yang curiga, bukan itu saja. Hyunjin tidak memperbolehkan seseorang ikut naik ambulance yang membawa Changbin waktu itu.

Sampai sekarang pun tidak ada orang yang mengetahui kalau Changbin masih hidup, kecuali Hyunjin sendiri.

Rencananya kalau hari sudah tepat, ia akan menggunakan Changbin untuk menakut-nakuti pelaku. Bukan menakuti seperti hantu, namun muncul sebagai manusia.

Pikirnya, pelaku akan kebingungan dan bertindak gegabah sampai lupa dengan rencana awal setelah melihat targetnya masih hidup.

Semoga saja rencananya berjalan lancar.

Ting!

Kak Minho
| Tolong
| Tolongin gue
| Pembunuhnya
ngincar gue

Lo dimana? |
Kak!! |
Lo gapapa? |
Lo dimana kak?? |
Kak Minho!! |

Read


Oh astaga apalagi ini.

Tuttt tutt tuttt

"Aisssh.."

Hyunjin takut, cemas, dan khawatir setelah mendapat pesan itu.
Apalagi semua panggilan dari Hyunjin tidak satupun diangkat, semakin membuatnya cemas.

"Hyunjin ada apa?"

"Kak Minho dalam bahaya! Lo tunggu dirumah gue dan jangan keluar!"

Hyunjin buru-buru memakai jaketnya dan bergegas keluar, Changbin ikutan cemas.

"Jin! Hyunjin!!" Teriakan Changbin pun gak ada gunanya.

"Hati-hati Hwang Hyunjin.." Batin Changbin khawatir.

Hyunjin begitu ceroboh, ia lupa untuk membawa perlengkapan yang sudah ia siapkan untuk menangkap si pelaku.
Tindakannya begitu gegabah.





















Siapa yang ngira Hyunjin pembunuhnya hng?

Changbin masih hidup ayee...!!

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top