[15]

Jeongin duduk manis disebuah caffe, matanya daritadi menatap ke arah pintu caffe. Dia sedang menunggu seseorang.
Hingga seseorang yang ditunggunya datang, ia langsung tersenyum lebar.

"Hai kak! Apa kabar?" Sapa Jeongin sambil berdiri dan mempersilahkan orang itu duduk didepannya.

"Hei seperti yang lo lihat. Lo sendiri gimana? Tiba-tiba telefon, nggak ada masalah kan?" Tanya lelaki yang selisih 4 tahun dengan Jeongin.

Jeongin berfikir keras, ia bingung mau bercerita darimana. Tidak mungkin dia langsung to the point bilang kalau dia sedang menyurigai temannya.

"Kenapa lo jadi bingung sendiri?" Jeongin kaget, bagaimana orang yang dikenalnya itu tahu?

Ah Jeongin hampir saja melupakan kalau Kim Woojin kenalannya itu mengambil jurusan Psikologi dalam kuliahnya.

"Gue mau minta bantuan, berhubung kak Woojin ambil jurusan Psikologi, lo pasti tahu tanda-tanda orang bohong." Jeongin menjeda perkataannya agar Woojin bisa mencerna penjelasannya. "Besok gue bakal bawa temen gue kesini, tolong lihat dia lagi bohong atau nggak."

Woojin manggut-manggut mengerti, beruntung dia cukup mahir dalam hal psikis manusia. "Emang temen lo itu berbuat apa sampai bikin lo curiga?"

"Kak Woojin belum tahu berita ada 2 orang dibunuh kejam di gudang? Salah satunya kena luka tembak." Woojin menggeleng, Jeongin menghela nafas panjang hingga mengungkap alibinya.

"Gue curiga sama dia, karena gue lihat dia bertingkah aneh kemarin dan di tas nya ada pistol kak."








•|T R I C K Y|•

Berita kematian Renjun dan Jisung akhirnya sampai juga ke telinga Minho, bukan hanya dia tapi juga seluruh temannya.

Terutama Han dan Felix yang melihat jasadnya terlebih dahulu kemarin saat di introgasi polisi, mereka terkejut luar biasa.

Setelah pemakaman usai, semua memutuskan untuk berkumpul di ruang rawat Serim. Ada yang memilih diluar kamar dan ada yang memilih untuk melihat wajah tenang Serim yang belum kunjung sadar, seperti yang Minho lakukan.

Ia sekarang sedang berdiri menatap wajah tenang Serim yang semakin hari semakin banyak alat-alat medis yang terpakai di tubuhnya. Senyum sendu terpasang diwajah Minho. Hyunjin yang berdiri di belakangnya pun bisa paham apa yang Minho rasakan. Ia dengan perlahan menepuk bahunya berusaha untuk menguatkan Minho.

"Kak Serim kapan sadar? Kalau dia tahu soal Jisung bakal gimana ya?" Ujar Seungmin mengawali pembicaraan dengan suara paraunya khas orang habis menangis.

Yang lain hanya diam, mereka sudah tahu jawaban dari pertanyaan Seungmin tadi.

"Berapa kali gue harus kehilangan temen lagi?!" Jeno sedikit berteriak sambil menunduk. Han mendekatinya berupaya untuk menenangkan Jeno, sungguh pemuda itu sudah putus asa.

"Jeno, jangan gini. Lo harus kuat! Kita akan sama-sama nangkap pembunuhnya." Han meremas pundak Jeno berniat memberi kekuatan agar tak menyerah.

"Jangan nyerah gitu Jen, Jaemin butuh lo. Dan lo masih punya kita." Tambah Seungmin ikut menyakinkan Jeno. Mendengar kata Jaemin, air matanya lolos begitu saja. Ia tentu harus kuat demi temannya.

"Loh yang lain kemana?" Minho baru saja keluar dari kamar rawat Serim dan bingung ketika melihat hanya 3 orang diluar.

"Jaemin ada di kamar rawatnya, kalau Jeongin tadi ngajak Felix gatau kemana. Dan kak Chan, gue gatau."

"Kak Chan pamit pergi buat nganter kerabatnya ke bandara." Seungmin mengangkat handphone nya dan menunjukkan room chatnya dengan Bangchan.

"Ohh yaudah, kalian pulang aja. Gue udah nitip Serim ke suster, jadi tenang aja." Han dan Seungmin mengangguk, lain dengan Jeno karena dia masih menemani Jaemin di rumah sakit.

"Gue bakal sesekali nengok kak Serim, kakak tenang aja." Minho tersenyum lega.

"Makasih Jeno." Dia pergi dengan disusul Hyunjin dibelakangnya.








•|T R I C K Y|•

"Tumben lo ajak gue ke caffe."

Jeongin meletakkan jus pesanan Felix di meja, bukan satu melainkan 2 jus.

"Anjay habis ngemis darimana lo?" Jeongin dengan cepat menyentil dahi Felix.

"Gue bakal kenalin seseorang sama lo. Dia bentar lagi kesini, dan jus ini punya dia jangan lo serobot anjing." Jeongin ikutan ngegas.

Mata Felix berbinar sempurna, ia sungguh menampakkan wajah sumringah senang. "Kenapa lo gak bilang dulu sama gue Jeong? Kan gue bisa mandi dulu sebelum ketemu cewe cantik bangke ah lo!"

Jeongin hanya memasang wajah jijiknya terhadap Felix. Dan semakin parah disaat Felix menanyakan, "Cewenya sexy gak? Lebih cantik dari Kim Chaewon kampung sebelah gak?"

Capek sudah dengan kebodohannya.

"Noh udah dateng, SINI KAK!" Panggil Jeongin, dan Felix segera menoleh ke belakang.

"KOK BANCI?!"

Woojin segera menoyor dahi mulus Felix, baru datang dikatain banci, tentu dia tak terima.

"Salah gue apa astaga?" Felix mengusap dahinya sedangkan Jeongin memutar bola matanya malas. "Gue kira lo bakal ngenalin gue sama cewe bohay."

"Ngada-ngada lo! Gak akan ada yang mau sama jurig." Felix melotot marah ke Jeongin.

"Mau sampai kapan bacotnya? Buru! Gue gapunya waktu." Woojin berujar dingin, Felix dan Jeongin sampai kicep dibuatnya.

"Ada apa dengan kak Woojin?" Batin Jeongin.

"Em anu Felix kenalin ini kak Woojin, ngambil kuliah jurusan Psikologi. Kak kenalin, ini Felix anjing gue." Felix melotot lagi ke Jeongin, seram juga kalau mata sipitnya berubah lebar kayak gitu.

"Iya, salam kenal." Jeongin dan Felix mendadak tertawa. "Kenapa?"

"Kayak bocah polos aja lo kak salam kenal segala." Tegur Jeongin.

"Suka-suka gue."

"Ehm jadi gue mau nanya serius sama lo Felix." Felix yang merasa tersebut namanya hanya menaikkan sebelah alisnya heran.

"Kenapa lo kemarin bawa pistol?"

Felix kaget, tapi ia berusaha menyembunyikan wajah kaget nya dengan menampakkan perilaku yang dingin.

"Jawab gue Lee Felix, gue gak sengaja lihat isi tas lo kemarin dan lo bohong kan soal pergi ke tempat les?" Tanya Jeongin gak kalah dinginnya.

"Buat apa gue bohong? Soal isi tas, gue gak sengaja bawa tas milik papa yang isinya sendiri gue gatau. Lo lihat pistol? Itu pasti milik papa gue." Jawab Felix tenang tanpa rasa gugup untuk menjawab seakan-akan ia benar serius.

Jeongin melirik Woojin seolah menyuruhnya untuk mengamati Felix. Woojin yang daritadi mengamati Felix pun mengangguk.

"Dia...












....jujur."









Kim Woojin





Miss u Woojin ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top