[05]

Seungmin lagi jalan santai sambil dengerin musik lewat headsetnya di koridor lantai dua tiba-tiba ditabrak kasar oleh Changbin dan disusul Chan dibelakangnya. Belum sempat mengaduh sakit, ia mendapat lirikan sinis dari Minho yang membuatnya heran.

Dengan cepat ia pun menahan Han baru saja ingin menaiki tangga menyusul mereka.

"Ini ada apa? Kok mereka kelihatan marah gitu?" Tanya Seungmin.

"Lo kemana aja sih anjirr?! Haechan jatoh dari rooftop dan kita mau nyamperin Hyunjin yang sekarang ada di rooftop." Seungmin menegang, ia kaget bahkan sangat.

"APA?? T-terus Haechan?" Han menghela napas panjang.

"Kita berdoa aja semoga dia bisa diselamatkan." Ucap Han, Seungmin menampakkan wajah khawatir nya. "Gue mau ke atas, takutnya mereka bakal ribut besar."

Sepeninggal Han, Seungmin langsung berlari untuk melihat keadaan dibawah.

BRUKKK

Changbin mendorong Hyunjin dengan kasar. Pemuda itu tersulut emosi membuat Chan dan yang lain kewalahan.

"Lo yang dorong Haechan?!" Bentak Changbin.

"Ehh woy woy kak Changbin!!" Teriak Han yang baru datang.

Hyunjin bangkit dan merapikan seragamnya. Atensinya beralih ke belakang melihat pintu rooftop yang terbuka lebar.

Changbin tambah emosi melihat sikap Hyunjin yang tak kunjung menjawab pertanyaannya seketika langsung menarik kerah seragam Hyunjin.

"Bin tahan bin! Jangan emosi dulu!!" Chan dibelakangnya berusaha menenangkan Changbin.

Minho diam saja sejak tadi mengamati pemuda Hwang yang berwajah datar itu.

"Jawab gue Hyunjin..!!" Hyunjin ganti menatap Changbin tajam.

"Bukan gue."

"Yang ada disini lo doang Jin?! Lo apain Haechan hah? Gak mungkin dia bunuh diri?"

"Lo ada bukti apa kak sampai bisa nuduh gue kayak gitu?" Changbin terdiam.

"Gak ada kan?" Tambah Hyunjin lagi.

"Hyunjin bener Bin, kita dengerin dulu penjelasan dia. Jangan gegabah. Bisa jadi dia datang kesini mau nyelamatin Haechan tapi... Keburu jatuh." Minho kini bersuara.

"Lo jangan belain dia Ho!"

"Gue gak bela Hyunjin, gue cuma berpendapat."

Chan pusing sama Changbin, dimana mana dia selalu saja emosi duluan.

"Minho bener, udah lo jangan emosi dulu. Biarin Hyunjin jelasin apa yang dia lihat tadi." Pelan-pelan Changbin melepaskan genggaman pada kerah seragam Hyunjin.

"Semua udah jelas." Kata Hyunjin datar dan pergi meninggalkan keempat pemuda disana dengan perasaan bingung bercampur marah.

"Anjir si Hyunjin. Ini gara-gara lo sih kak! Emosi mulu yang di duluin. Kan kita gak dapat jawaban apa-apa." Han sedikit kesal.

"Gak mungkin Hyunjin yang nglakuin itu."

"Yakin banget lo."

"Gue tahu sifatnya Hyunjin gimana, jadi gak mungkin dia yang dorong Haechan."

"Tadi jelas-jelas dia disini sendiri Ho." Changbin menyela perkataan Minho.

"Tapi mungkin bisa jadi orang lain kayak yang diomongi kak Minho. Hyunjin dateng buat nyelamatin Haechan." Jelas Han.

"Lo gak bisa semudah itu percaya sama orang Ho entah itu temen lo atau bahkan tetangga lo sendiri." Kata Chan penuh penekan di akhir kata. "Udah-udah ayo kita nyamperin yang lain. Jangan ribut disini."

"Tapi gue tetep percaya Hyunjin." Batin Minho.


•|T R I C K Y|•

Lagi-lagi sekolah dipulangkan awal gara-gara kasus yang sama, yaitu kematian salah satu murid SMA Jiwaipi.

Kabar duka pun sampai ke orang tua murid. Tentu saja mereka khawatir, tapi sebagian ada yang biasa saja.

"Gimana ceritanya sih ini dua orang meninggal dijarak pendek kayak gini?! Sekolah kita dikutuk atau gimana sih?" Cerocos Han berisik yang buat Changbin yang duduk didepannya marah.

"Bisa diem gak? Kita lagi di rumah duka." Tegur Chan datar.

Ya mau gimana lagi pasalnya Han bicara kenceng banget sampai orang-orang pun memperhatikan mereka saat ini.
Sehabis pulang sekolah, mereka kini berkumpul dirumah duka, rumah temannya yang baru saja meninggal tadi pagi.

Rumah Haechan.

Dapat dilihat sekarang ibunya masih menangis tersedu-sedu.

Suasana hening, hanya ada isakan kecil Jisung yang terdengar. Semua orang larut dalam pikiran masing-masing.

Hingga suara Minho memecah keheningan ini.

"Min, lo kemarin bener-bener pergi ke uks?"

"Hah? Gue ke uks? Kapan?" Jaemin bingung dengan suara paraunya.

"Bukan lo, tapi Seungmin." Tunjuk Minho pada Seungmin.

"Ohh yang jelas dong." Minho nyengir.

"Iya kak, cuma bentar doang." Kata Seungmin.

"Oh ya? Tapi Jungmo yang waktu itu lagi jaga bilang kalau lo gak dateng ke uks." Tegas Minho dengan wajah curiganya ke Seungmin.

"Jungmo? Waktu gue masuk, gue malah gak lihat Jungmo sama sekali ada di uks kak." Jawab Seungmin.

"Sapa tuh Jungmo?" Tanya Han.

"Yaelahh lo tinggal di goa apa gimana sih? Pemilik PT mogu-mogu itu loh alias anak direktur sekolah kita." Han ngangguk setelah dijelasin Jeongin.

"Back to the topik, lo gak bohong kan Kim Seungmin?" Minho berujar datar, Seungmin makin bingung sama Minho. Pasalnya pemuda itu memanggilnya dengan nama marga juga, jadi bisa dipastikan kalau ia sedang serius.

"Nggak mungkin gue bohong kak."

"Mungkin aja Jungmo lagi keluar uks kali waktu si Seungmin masuk." Ucap Bangchan menyakinkan Minho.

"Ahh iya juga ya." Minho manggut-manggut paham.

"Hyunjin masih belum ngaku ya?" Semua perhatian mereka beralih ke Changbin.

"Maksud lo apa kak Bin?" Tanya Renjun yang masih ngusap punggung Jisung untuk menenangkannya.

"Udah Bin, kan Hyunjin udah bilang kalau bukan dia yang dorong Haechan."

"Terus siapa Chan?"

"Gamungkin kalau Haechan bunuh diri, dia anak baik-baik." Ujar Jeno menyetujui.

"Mungkin ada orang lain di rooftop, selain Hyunjin."

Tanpa mereka sadari pun, sejak tadi ada yang menatap salah satu dari mereka dengan penuh kebencian, bahkan sangat. Hingga hawa disekitarnya pun terkesan merinding.

"Lo masih disini? Lee Donghyuck?"

Badannya seketika menegang, ada orang yang memanggil namanya dengan nama asli. Sontak ia langsung menoleh ke pojok ruangan, menatap orang yang baru saja memanggil nya.

"H-hyunjin, l-lo bisa lihat gue?" Haechan kaget, ah tepatnya arwah Haechan.

"Oh jadi lo gak percaya rumor sekolah?" Haechan menggeleng.

"Dih harusnya lo lihat ibu lo yang sekarang lagi nangis, bukan malah bikin hawa merinding disini."

Tenang saja, mereka berada ditempat sepi, jadi Hyunjin bisa leluasa mengobrol dengan Haechan.

"Tapi gue masih gak terima." Kilatan marah terlihat di mata Haechan dimana pemuda itu kembali mengingat peristiwa ketika dirinya didorong dari rooftop.

"Lo seneng dong bisa ketemu Chenle, sahabat lo."

"Ih tapi ya gak gini juga Jin..." Ucap Haechan manyunin bibirnya, Hyunjin dibikin gemas dengan arwah didepannya. Gila.

"Hahaha, udah gue bilang jangan percaya sama dia, tapi gue terlambat ngasih tau ini ke lo. Sorry."

"Gapapa udah, ini udah takdir gue. Gue gak bisa nyalahin takdir gue sendiri. Tapi sebelum gue pergi beneran, gue mau lihat dia beneran dapat balasan yang setimpal." Hyunjin senyum tipis dengar itu dari Haechan.

"Eh bentar-bentar, jadi lo tau dong. Pembunuh gue sama Chenle?" Hyunjin mengangguk. "Kenapa lo gak bongkar hah! Laporin dia!"

"Gue harus ada bukti kuat Chan, dan ada satu hal yang mau gue omongin."

"Apa?"

"Renjun dorong lo karena disuruh seseorang."















Lee Donghyuck (Haechan)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top