Tricky - 2 (BARU)

Ini part baru jadi gak ada sebelumnya di versi lama ^^

Satu tempat terbaik yang tidak akan pernah mengecewakan Madu adalah griya tawang sang mantan. Satu-satunya hubungan serius yang Madu anggap sebagai cinta adalah hubungannya dengan mantan terakhir ini. Sayangnya, hubungan itu kandas di tengah jalan. Tidak direstui menjadi salah satu alasan utama. Meskipun sebenarnya Madu tidak butuh restu orang tua, tapi sang mantan masih memegang teguh soal restu orang tua.

Madu memiliki kunci yang diberikan mantannya untuk bisa masuk ke griya tawang secara bebas. Meskipun ini baru kali pertama main ke tempat ini, setidaknya Madu tahu rumah terbaiknya hanyalah di sini. Dia selalu punya banyak cara untuk menemui mantannya.

Sesaat setelah Madu membuka pintu, dia melihat sosok berwajah rupawan dengan garis-garis halus pada bagian kening tengah meniup terompet. Seperti tahun baru. Bedanya ada balon-balon yang disusun rapi hingga bertuliskan: Welcome Home, Madu.

Sebuah penyambutan terbaik dan terhangat yang Madu dapatkan hari ini. Tanpa ragu Madu masuk ke dalam griya tawang dan berlari hingga berhasil melompat sekaligus memeluk laki-laki itu.

Demikian Turosono. Nama laki-laki yang selalu dicintai Madu bahkan sampai sekarang. Bukan cuma dicintai olehnya, seluruh warga negara ini juga mencintai mantannya yang notabene mantan wakil presiden terdahulu sebelum ibunya menjabat.

"I miss you, Mas Kian," bisik Madu.

"I miss you more. Welcome home, Madu," balas Kian.

Pelukan mereka berakhir, lalu digantikan dengan ciuman penuh rindu. Kian terus menggendong Madu sampai didudukkan di pinggir meja makan. Sementara Madu masih terus mengalungkan tangan di leher sang mantan. Ciuman mereka berlangsung lebih lama dari yang mereka duga.

Sebelum ciuman mereka berubah menjadi nafsu yang terselubung, mereka menyudahinya. Kian mengusap kepala Madu.

"Aku udah buatin apple pie kesukaan kamu. Mau coba?" tawar Kian.

Madu mengangguk. "Mas masak itu aja? Nggak ada hidangan utama?"

"Ada, dong. Aku buatin salmon. Your favorite again."

"Thank you." Madu mendaratkan kecupan pada pipi Kian sebelum akhirnya laki-laki itu menjauh untuk mengambil makanan yang sudah disediakan.

Madu turun dari meja, lalu menarik kursi sambil menunggu Kian. Apa yang dia suka dari laki-laki yang hampir seumuran dengan orang tuanya? Banyak. Bukankah laki-laki lebih tua jauh lebih menggoda? Namun, Madu bukan tergoda dengan Kian hanya karena parasnya. Tentu saja ada hal lain selain paras dan tubuh berototnya.

"Mas, aku mau dijodohin," aku Madu.

"Oh, ya? Dijodohin sama siapa?"

"Mas kenal Royal Adipranas? Sekjen parpol Demosi?"

"Oh, yang ganteng itu?"

"Seganteng apa sampai Mas bilang gitu?"

Kian tertawa kecil seraya berbalik badan menghampiri Madu dengan menenteng nampan berisi makanan yang telah dia buat. Dia menyajikan di atas meja dan menata piring dengan indahnya.

"Untuk ukuran laki-laki tiga puluhan lebih, dia ganteng. Wajahnya blasteran. Kalau nggak salah ibunya asli orang bule," ucap Kian.

"Selain itu, ada yang Mas ketahui tentang dia?"

"Well, bokapnya kaya raya. Punya usaha tambang batu bara, dan macam-macam. Dari turun-temurun keluarga ayahnya udah kaya raya. Keluarga Adipranas punya jet pribadi, lho." Kian memberi tahu. Selagi Kian berbicara, dia menuangkan jus jeruk untuk Madu.

"Oh, ternyata ini alasan Mama mau jodohin aku sama dia. Kaya raya. Bisa mengeruk uang dari keluarganya." Madu mengambil gelas yang telah diisi dan meneguk jus jeruknya sampai tersisa setengah gelas.

Kian mengacak rambut Madu. "Nggak bisa dijadikan patokan. Bisa aja karena dia baik. Aku dengar dia baik dan selalu hormat sama orang tua."

Madu memutar bola matanya. "Mas juga sama, ya. Tapi mereka selalu masalah sama umur kita. Heran. Kenapa nggak sekalian sama Mas aja yang punya jenjang karier oke? Takut bisa dilengserin secepat kilat?"

Kian tertawa pelan. "Haha ... nggak gitu konsepnya, Madu. Mereka pengin yang terbaik. Mungkin bagi mereka, aku nggak terbaik untuk kamu. Udah, jangan nyalahin mereka terus. Kamu harus nurut sama mereka terlebih mama kamu."

Madu hendak protes, tapi Kian sudah tahu dari raut wajah mantannya dan menghentikan niat Madu sebelum dilakukan. Kian mencium bibir Madu sekilas untuk menghentikan sisi bete Madu setiap kali membahas hubungan mereka.

Alih-alih hanya sebatas menenangkan, Madu membalas ciuman dengan lebih lama. Alhasil, mereka berciuman lagi. Lebih intens dan lebih bergelora dari sebelumnya. Makanan yang telah siap mendadak diabaikan. Mereka lebih memilih melepas rindu dengan menyentuh diri masing-masing.

💕💕💕

Madu berdiri di depan kaca jendela kamar. Sebenarnya Madu punya apartemen hasil dari membeli sendiri. Ada pula apartemen dari ayahnya, tapi dia tidak pernah datangi. Madu terlalu malas pulang dan memilih menetap di tempat Kian untuk beberapa hari ke depan. Selain apartemen, Madu punya tabungan cukup banyak hasil diberikan oleh Kian. Hanya satu orang yang tahu dari mana sumber uang tabungan Madu. Iya, informan terbaiknya tahu akan tabungan gelap Madu.

Langit masih gelap. Subuh belum menyapa. Matahari masih bersembunyi entah di mana. Madu bersedekap di dada memperhatikan lampu jalan yang memancarkan cahayanya.

"Kamu nggak tidur, hm?" Pertanyaan itu mendengung di telinga Madu seiring pelukan erat dari belakang.

Madu menoleh, menarik senyumnya dan mengusap punggung tangan Kian dengan lembut. "Tidur, kok. Tapi tiba-tiba kebangun."

"Mikirin apa? Perjodohan kamu?"

"Banyak hal."

"Then, tell me."

Madu menurunkan tangan Kian, berbalik badan dan bergantian memeluk pinggang laki-laki itu. Dia menatap Kian dengan perasaan bercampur aduk. Sosok yang selalu ada untuknya tidak pernah gagal membuatnya bahagia.

"Mas Kian," Madu mengusap dada laki-laki itu sambil tersenyum. "Apa menurut Mas Kian rencanaku untuk menjatuhkan Mama akan berhasil? Jangan ceramah dulu bagaimana aku harus berbaikan sama Mama. Aku pengin tahu jawaban Mas soal pertanyaan awalku."

"Well, Madu ... you know the answer, right?" Kian balas memeluk pinggang Madu. Sambil menatap hangat, dia menambahkan, "Nggak gampang untuk memakzulkan presiden. Kamu sendiri tau prosesnya panjang. Harus ada pengajuan laporan dari DPR yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Pihak MK perlu memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa presiden terbukti melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Itu pun paling lama sembilan puluh hari. Kalau memang terbukti, baru dari MK lapor ke MPR. Karena nanti yang memberhentikan presiden adalah MPR."

"I know that."

"Terus kamu tahu maksud melanggar hukum yang dilakukan presiden?"

"Tahu, Mas." Madu mencubit pipi Kian. "Pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela."

"Apa ibu kamu punya pelanggaran di antara salah satunya?"

"Itu rahasia. Nanti Mas malah lapor sama Mama."

"Buat apa aku lapor, hm?"

Madu mengalungkan tangannya di leher Kian, manjawab dengan senyum meledek. "Siapa tahu mau gagalin rencana aku setelah dijodohkan."

Kian tertawa geli. "Aku bukan anak belasan tahun lagi, Madu. Kalau kita nggak berjodoh, siapa tahu di kehidupan lain berjodoh. Iya, kan? Dan..." Kata-katanya tertahan sesaat menggendong tubuh Madu semudah mengangkat beras sepuluh kilo. "Aku lagi belajar merelakan kamu. Ini kebersamaan terakhir sebelum kamu menikah. Jadi setelah ini, aku akan membiarkan kamu bahagia dengan suami kamu."

Madu mengusap wajah Kian dengan lembut, memberikan kecupan berulang kali sampai bunyi muah mengudara dengan jelas. Setelahnya, dia kembali melingkarkan tangan di leher sang mantan. "Berarti kalau nanti terbukti ada hal-hal tercela yang dilakukan Mama, dia bisa dilengserkan."

"Iya, tapi ingat satu hal." Kian mengecup lebih dahulu pipi kanan Madu, membalas kecupan beruntun yang diberikan perempuan itu. "Saat mereka sidang paripurna bahas hal tercela yang dilakukan presiden, paling nggak kamu harus bisa meyakinkan dua pertiga dari anggota DPR yang datang ke sidang paripurna, yang diikuti sekurang-kurangnya dua pertiga anggota DPR. Kurang dari itu, laporannya nggak akan diterima."

"Dua pertiga? Nggak masalah. I can do it."

"Madu, kesombongan berlebih hanya akan menjatuhkan kamu. Boleh sombong, tapi tetap pakai siasat."

"Ah, sial. Calon suamiku bukan anggota DPR."

Kian membawa Madu ke sofa, mendudukkan perempuan itu di sana. Dia pun duduk bersampingan dengan Madu. "Aku dengar Royal nggak berminat gabung parlemen. Setmono udah bujuk beberapa kali, tapi calon suami kamu nolak. Sepertinya dia nggak tertarik sejauh itu masuk dunia politik kecuali ekorin partainya."

Madu berdecak. "Mama pasti tahu dia nggak mau gabung parlemen. Nyebelin!"

"Kamu bisa bujuk dia. Yakinkan dia untuk gabung parlemen. Dari sana, kamu bisa mulai rencana yang kamu inginkan. Atau kalau kamu punya cara lain, kamu bisa gunakan cara itu. Aku tahu kamu punya banyak siasat. Aku nggak akan kasih saran. Takutnya cemburu." Kian berpura-pura cemberut dan buang muka.

Madu terkekeh. Dia merangkak naik ke atas pangkuan Kian, lantas menangkup wajah laki-laki itu. "Don't be jealous, Mas Kian."

Kata-kata yang diucapkan Madu menjadi yang terakhir. Hal selanjutnya yang terjadi, Madu membungkam bibir Kian dengan bibirnya. Mereka berciuman dengan mesra, menikmati hari terakhir untuk bersama-sama sebelum nanti berinteraksi seperti orang asing.

💕

Jangan lupa vote dan komen kalian❤🤗

Follow IG: anothermissjo

Salam dari Bu Presiden '-')b

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top