29. Akhir cerita
Recomended songs : -Amnesia - 5SOS & Long live - Taylor swift.
🌸
“You haven't live today until you have done something for someone who can never repay you” —John. B
🌸
Perempuan dengan gaun floral biru langit cerah selutut itu berjongkok di atas gumpalan gumpalan tanah yang membuat gaun yang ia pilih semalaman agar terlihat indah itu kotor.
Gadis yang bernama Aluna sheira lestari itu meletakan sebuket bunga mawar merah. Serta kado ulang tahun yang harus ia berikan kemarin pada sesorang yang sudah berisitirahat tenang di alam lain.
Luna sudah berjanji jika pagi ini ia akan bertemu Dimas. Membawakan kue ulang tahun, Memakai gaun yang paling indah, Serta memberikan kado ulang tahun untuk Dimas.
Bahkan Luna akan berkata 'iya' nanti, Jika Dimas menyatakan perasaannya lagi, Meminta Luna untuk menjadi kekasihnya.
Dan itu akan menjadi hari paling bahagia untuk Dimas maupun Luna.
Tapi Tuhan telah menggariskan takdir lain untuk Luna. Tuhan tak akan memberikan kesempatan itu pada Luna.
Orang bilang rencana Tuhan itu indah. Lalu apanya yang indah dari sebuah kepergian?
Tak mampu berkata kata, Luna hanya menangis sambil menyeka air matanya berkali kali. Mengapa ia begitu bodoh? Disaat terakhir yang sudah terlambat, Ia baru menyadari akan tulusnya seorang Dimas.
Ia baru menyadari, Jika memang dulu ia harus bersama Dimas.
Membuat Luna merasa menjadi orang paling bodoh yang ada di muka bumi ini.
"Dimas ... Kenapa harus pergi secepat ini, Dim? Kenapa harus di saat gue lagi cinta sama lo? Bahkan kita belum sempet buat saling milikkin, Dim!! Lo lihat gue 'kan? Gue nangis, Dim. Kalo lo gak ada, Siapa yang bakal ngusap pipi gue? Menghibur gue? Kasih nasihat sama gue? Bikin gue kesel setengah mati? Dimas ... DIMAS! BANGUN, DIMASS!" Luna sesenggukan di tempat sambil memeluk nisan yang bernamakan nama orang yang ia sayang.
Namun terlambat.
"Dimas!! Gue sa-- sayang lo, Dim ..." Luna kembali menangis, Tak perduli jika saat ini ia berada di titik yang paling lemah.
Lantas, Untuk apa semua moment itu terjadi jika untuk pergi.
Orang bilang kenangan itu sangat indah dikenang. Namun mengapa rasanya begitu menyakitkan untuk Luna kenang?
Beberapa orang yang sudah melayat, kembali pulang. Meninggalkan beberapa orang saja di pemakaman tersebut.
"Lun ... Ayo pulang" ujar Aldi sambil menepuk pundak Luna lembut. Namun tak Luna gubris. Ia hanya mendengus kesal atas Aldi.
"Gak, Kak! Aku masih mau disini!" Ucap Luna sambil menangis dengan raut wajah yang menyedihkan.
"Tapi ini udah siang. Kamu harus pulang!" Jawab Aldi mencoba menenagkan.
"Ayo, Lun. Lo harus kuat. Lo gak bisa ngelawan takdir kaya gini" Ujar Pita sambil ikut berjongkok. Namun ia masih menggelengkan kepalanya.
"Gue bodoh, Pit! Gue bodoh! Harusnya dari dulu gue sama Dimas!" Jawab Kuna frustasi, namun Pita tetap kekeuh untuk mengajak Luna pulang.
"Dulu Dimas suka bilang ke gue, Kalo seandainya cinta bisa milih pasti kalian bisa bareng, Inget kata kata itu 'kan, Lun?" Tanya Pita sambil membantu mengusap pipi Luna.
Luna hanya mengangguk.
Memorian tentang dimana Dimas mengajaknya pergi ke toko buku, lalu tiduran di atas rerumputan kota Bandung, Membuatnya kesal setengah mati dan yang lainnya.
Luna mengangkat wajahnya ke atas langit.
Seandainya cinta bisa memilih, Pasti dari dulu kita udah bareng. Dan sayangnya nggak. Tapi percaya, Tuhan punya rencana, Tuhan mempunyai cara tersendiri, buat mempertemukan kamu dengan insan yang terbaik, yang nggak akan bisa kamu duga, siapa.
Luna tersenyum menatap langit cerah.
Aku janji, Dimas. Aku gak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku janji.
Terimakasih sudah memberikanku banyak pelajaran. Bagaimana caranya menghargai orang lain.
Terimakasih sudah membuatku belajar.
Terimakasih atas semua waktu yang kamu berikan denganku.
Terimakasih atas semua kenangan, Dan maafkan aku. Saat aku tak bisa melihat luka dalam senyumu.
Melihat luka dibalik cerianya hari.
🌸
Aldi mengendarai mobilnya dengan cepat. Sejenak ia berhenti di suatu tempat yang cukup sepi.
Hanya terdiam.
"Dimaaasss!!!" Tanpa terduga air mata langsung terjatuh dan membasahi seluruh pipinya,
Sambil menatap kosong ke arah pohin yang ada di hadapannya, Aldi masih menangis.
Dimas, Kenapa lo pergi secepat ini?
Kenapa harus orang baik kaya lo yang harus pergi secepat ini?
Kalo lo pergi ... Siapa yang bakal ngingetin gue sholat? Siapa yang bakal tidur di samping gue saat malem nanti? Siapa yang bakal ngelempar pop corn ke gue saat gue mulai narsis?
Siapa, dim? Siapa!
Siapa yang akan selalu ada buat gue, Nuntun gue ke jalan yang bener. Siapa yang bakal nemenin gue nonton film horor? Siapa yang bakal bikin gue kesel selain elo, Dim?
Sejenak Aldi menghela nafasnya, Menyeka air matanya yang tak henti turun. Lalu kembali menatap kosong pemandangan yang ada di balik kaca mobilnya.
Saat Aldi baru saja menjalankan mobil, Geraknnya terhenti saat ia mendapati secarik kertas yang tersimpan rapi di dekat tempat duduknya.
Namun hal tersebut tak Aldi gubris. Ia hanya kembali berjalan, Berharap ia bangun dan mendapatkan Dimas di samping tempat tidurnya.
🌸
Pita hanya bisa menangis saat ia sudah bersiap di tempat kerjanya. Masih ingat? Pita masih dikontrak untuk pemotretan model majalah remaja.
Modelnya juga masih Arga.
Tidak ada yang berubah.
Setelah selesai dari kerjaannya, Pita hanya mampir ke Cafe Aladin untuk menenangkan diri. Kenapa harus Dimas yang pergi lebih dulu dari dirinya? Mengapa bukan ia saja?
Sejenak saat ia terduduk, Pita menangis.
Jangan nangis, Pita. Lo jelek kalo nangis.
Saat itu Pita tersenyum.
Kecut.
Ingin ia berteriak, Namun ia tak memerlukan hal itu. Maka ia akan menahannya, Dimas akan bahagia jika Pita ikhlas.
Maka Pita akan mengikhlaskan Dimas saat ini juga.
🌸
"Ayah!! Kenapa harus Dimas yang pergi secepat ini, Yah!!? Kenapa harus orang baik seperti Dimas yang harus pergi, yah!!?" Luna menanyakan hal itu dengan frustasi pada Dani.
Sedangkan Dani hanya mencoba memenangkan Luna yang sudah seperti orang stress.
"Luna!!" Dengan sentakan itu Luna terdiam, Matanya berair, Merah, sembap, Dan menyedihkan, Raut wajahnya menggambarkan jika Luna merasa begitu kehilangan.
"Kamu tau, Lun? Kenapa yang special itu harus cepat pergi?" Luna hanya mengangguk kecil sambil menatap dalam manik mata ayahnya.
"Itu karena Tuhan sangat menyayangi Dimas. Tuhan mau cepat cepat ketemu Dimas. Karena Dimas itu special, Luna ... Tapi ini bukan berarti akhir dari cerita hidup kamu. Karena setiap akhir cerita adalah sebuah awal yang baru" Tukas Dani.
Dengan itu Luna hanya menyeka air matanya seraya memeluk Dani. Luna janji, ia takan mengulang kesalahan yang sama.
🌸
Author's Note
Tinggal menunggu epilog. Dadah Dimas, Rest in peace:(
Maaf karena cerita ini tuh emang sad ending, Walau gue gak ngerasa sad banget di chapter ini. Rasanya gak ada feelnya gitu):
But, Yg penting gue udah usaha semaksimal mungkin💞 hope you like it :)
Thanks, Yang udah baca sampai sini!:3 Regards, TiaraYulita!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top