19. Pengkhianatan

🌸

“It's Hard to forget someone who gave you so much things to remember”

🌸

Pita tenang saat menemukan Dimas disana. Dimas dengan kesendiriannya di rooftop SMA Nusa bangsa. Dengan semangat. Pita menghampiri lelaki itu.

“Dimas. Pita kangen. Jangan tinggalin Pita, Dim, Nanti Pita main kerumah Aldi ya. Itung itung silaturahmi juga sama Aldi ama keluarganya” pinta Pita dalam satu tarikan nafas. Seakan Dimas akan pergi dalam sesaat, Hingga Pita harus membuat moment terindah dalam hidup Dimas.

Tapi dengan sialannya Dimas malah menjawab "lo ngapa sih, Pit" Membuat Pita geram ingin melindasnya dengan tronton.

"Dim! Gue sayang elo, Dim!!" Yang Pita bayangkan mungkin Dimas akan tertegun dengan ucapannya barusan. Namun yang terjadi Dimas hanya tertawa kecil.

"Iya gue dah tau kali" Lelaki ini memang sangat sulit untuk ditebak "Sayang sebagai sahabat. Gue juga sayang" Timpal Dimas.

Pita segera duduk mendekat kearah Dimas, "Gue sayang. Bukan sahabat. Tapi gue cinta sama lo, Dim. Apa lo gak sadar!?" Tandas Pita langsung. Pita masuh berharap jika lelaki itu akan mengatakan 'ya'

Tapi lagi lagi yang terjadi adalah "Itu hak elo, Pit. Seandainya lo suka sama gue, Tapi guenya suka sama Luna gimana?" Dengan itu Pita yang tertegun akan Dimas. Pita sudah berani menyatakan hal yang tak mungkin dinyatakan oleh perempuan lain.

Namun Dimas? Oh ya. Mungkin dari awal harusnya Pita sadar, Kalau Dimas hanya menyayangi Luna.

"Pita. Gue bilangin sini. Jangan terlalu mendambkan gue. Tapi coba buka mata lo. Liat, Banyak yang perduli sama lo" Tukas Dimas. Pita terdiam. Maksudnya?

Mengerti Dimas langsung menyahut lagi, "Tolong kasih kesempatan ini ke orang lain. Gue gak seharusnya sama lo. Gue gak baik. Tapi coba peka dikit. Arga, Arga sayang sama lo"

Pita masih termanggu. Arga? Menyukainya? Bahkan Pita baru mengenal lelaki itu baru baru ini.

"Cerita lo sama kaya Luna. Pasti gak nyangka 'kan? Tapi satu yang harus lo tau, Cinta gak bisa ditebak. Cinta juga gak butuh waktu"

Pita masih terdiam. Hingga ponsel Pita bergetar menandakan notif masuk.

LINE

ArgaPrakoso : pulang sekolah jalan yuk? ;)

"Dari siapa?" tanya Dimas lugu.

"Arga ... " Jawab Pita ragu. Sedangkan Dimas langsung tertawa. "Terima aja, Pit" Pita tidak menjawab. Pita hanya mengulas senyum.

Dimas bahagia saat melihatnya dengan Arga? Jika itu membuatnya lebih baik. Maka Pita akan melakukannya.

Seorang Rimandapita. Perempuan cantik yang selalu mengorbankan perasaannya untuk Dimas.

Hanya Dimas.

🌸

Hujan. Luna tidak bisa membenci hujan karna hujan adalah anugrah dari Tuhan, Tapi disisi lain, Luna merutuki hujan karna sudah lebih dari setengah jam ia terjebak disekolah.

Luna tidak bawa payung. Dan Luna tidak punya uang. Lantas Luna harus apa? Ya menunggu keajaiban. Apalagi?

Seandainya ada Dira, Mungkin Luna akan menggunakan mobil online sepertinya. Tapi Dira sudah pulang duluan. Katanya, dia ada hal penting. Sore ini ia harus menemui ayah dan ibunya dijakarta. Dan Luna? Ya apa boleh buat.

"Kalo hujan hujanan pasti asik. Ya gak?" Tiba tiba suara itu menginterupsi Luna dari lamunannya.

Sudah Luna duga, Lelaki itu. Dimas Adrian.

"Gak. Nanti basah, Nanti sakit" Jawab Luna acuh. Masih saja Luna acuh pada Dimas. Ya walau sesekali Luna sopan pada lelaki itu dalam kategori "kakak kelas" Tapi tetap saja.

Diacuhkan oleh orang yang kita suka itu menyakitkan, Bung!

"Tapi lo gak akan sakit kalau pake jaket ini" Jawab Dimas sambil memberikan jaket Abu abu pada Luna.

Sontak Luna mengingat satu hal. Jaket Dimas juga ada padanya. Tapi ada dimana ya? Luna suka memakainya dengan alasan ada aroma khas yang membuatnya tenang.

Jaket yang saat itu Luna gunakan untuk 'kabur' ke gramedia bersama Dimas.

"Jaket lo juga masih ada di gue. Jaketnya ada di Tas. Mau gue ambilin?" Tanya Luna. Sedang Dimas hanya manggut manggut.

Dengan itu Luna berjalan menuju koridor kelas yang tak jauh dari tempat ia berdiri tadi.

Aku juga sayang banget sama kamu”

“Jangan tinggalin aku, Di. Aku juga sayang sama kamu. Lebih dari apapun. I love you to the moon and back!”

“Aku sayang kamu, Dira”

Setelah mendengar cukup lama dengan samar. Luna mencoba mengabaikannya, Luna memasuki kelasnya dan menebak kalau ada sejoli yang sedang pacaran. Mungkin itu anak dari kelas lain. Siapa tau adik kelas atau kakak kel--

Itu adik kelas dengan kakak kelas.

Dan itu Dira dengan Aldi.

Aldira. Bahkan nama itu langsung tertera dalam otak Luna.

"Oh eh, Em. Maaf ganggu kalian yang lagi pacaran ya? Tenang. Em gue gak.. Gue gakan ganggu kok. Gue cuma mau ambil tas gue. Em, Dah guys" Ujar Luna sendiri seraya mengambil tas dan berlari secepat dan sejauh mungkin.

Sesak terasa begitu menyakitkan dalam dadanya. Bukankah Dira sudah tau kalau Luna menyukai Aldi? Bukankah Dira tau? Lantas mengapa ia malah mengkhinati ucapannya?

Selama ini Dira mensupport Luna dengan Aldi. Untuk apa?

Dira selalu memeluknya, Mengkhawatirkannya, Memberikan senyuman hangat bak seorang ibu. Dira ada untuknya.

Tapi kenapa? Kenapa Dira mengkhianatinya? Ucapannya selama ini? Apa Dira tak pernah mendengarkan  ucapan Luna?

"Tunggu Lun!" Panggil Dira sambil mensejajarkan langkahnya dengan Luna. Luna diam. Luna hanya menyimpan amarahnya dalam senyum.

"Selamat! Gue seneng Kalo lo jadian sama --" belom sempat Luna menyelesaikan kalimatnya yang setengah menangis itu, Dira langsung memotongnya.

"Gausah sok baik baik aja. Gue tau lo nyesek lun. But lo tau, Gue suka Aldi" Jawab Dira lirih juga. Sedangkan Luna, Luna ingin meledak saja rasanya.

"Berhenti buat bikin drama, Nadira cantika! Lo tau gue nyesek saat lo jadian sama Aldi. Tapi lo lakuin hal itu. Gue fikir, Lo adalah sahabat terbaik. Kita tau rahasia masing masing. Lo meluk gue erat. Lo cemas saat gue gamasuk. Terus itu apa!!? Gue fikir cuma kak Viona yang pengen ngacurin kehidupan gue yang udah ancur ini. Tapi nyatanya, Elo yan orang terdekat gue juga pengen kalo gue hancur. Acting lo keren parah, Dir. Seharusnya gue minta papa buat bikinin lo film!!

Gue tau, Terkadang teman memeluk lebih erat temannya, Untuk menancapkan pisaunya lebih tajam lagi. Dan. Selamat Dir! Lo berhasil lakuin itu. Jangan pernah nampakin muka lo depan gue lagi. Gue benci! Gue muak! Pengkhianat! Gue benci sama lo!" Luna mengeluarkan apa pun yang ia bisa.

Luna menangis disana, Berharap Dira memeluknya seperti biasa yang Dira lakukan padanya, dan mengatakan jika ini hanyalah pura pura. Namun nyatanya Luna salah.

Saat Luna menangis sekalipun, Dira malah memulai untuk maju satu langkah pada Luna. Dira menatap tajam manik mata Luna, seraya berucap satu kalimat. Namun membuat Luna mati rasa.

"Bodoamat, Lun. Yang penting gue udah bisa dapetin Aldi!" Dengan itu Luna terdiam. Dira tersenyum kemenangan dan beralih menjauh dari pandangan Luna.

Itu kah sahabat?

🌸

Author's Note


Gue mau curhat dan ini cukup panjang... Gue abis dapet kritikan yang cukup pedes lewat adadeh ya pokoknya. Bilang kalo cerita gue ini banyak banget tokohnya. Tapi maksud gue, Cerita ini emang banyak tokohnya. Tapi semua tokoh pendukung sekalipun punya cerita masing masing. Punya kaitan sama pemeran utama kaya, Dimas, Luna sama Aldi.

Dan sekarang, Semua tokohnya udah keliatan kan? Pita sekarang jadi kaya gak seneng sama Luna, Arga suka sama Pita, Dira pacaran sama Aldi dan jadi pengkhianat, Viona putus dan ternyata dia *Oke gamau spoiler* Terus Tari (ibu Luna) Punya alesan kenapa dia benci sama Luna sampe akhirnya bunuh diri soalnya dia udah *Gak spoiler lagi*. Intinya semua punya karakter masing masing.

Dan seolah semuanya cuma pengen bikin Luna jadi tokoh utama yang menyedihkan. Dan emang itu tujuan gue. Bikin hidup Luna menderita tapi dia bisa tetep tegar. Kritikan nya emang nyadarin gue sih, Kalo gue rasanya kapok buat bikin cerita yang konfliknya banyak, Sama banyaknya kaya tokohnya.

Oke ini Author's note terpanjang yg pernah gue bikin. Tinggal tunggu cerita ini tamat karna skrg kita lagi ada di puncak masalah. Hehe.

Oke sekian dari gue dan Thanks udah mau baca cerita gue! Maafkan gue, Cerita gue emang flop. Gue tau. Jangan ragu buat komen perbaikan :v

K.bye. regards. TiaraYulita!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top