04. Diatas kebohongan Aldi

Pict : Amanda Steele As Aika Rimandapita Sari.

🌸

I love you. But i don't know what to do

🌸

Dimas mengendarai motor ninjanya dengan kecepatan yang bisa dibilang ngebut. Dia tau, Pita sedang menunggunya.

Sahabatnya sejak kecil. Yang sangat tidak dimas inginkan kehilangannya.

Seperti dulu lagi.

Hingga seorang perempuan berambut Blonde tengah menyebrang jalan, Terhantam atau entah kenapa, Oleh motor yang dikendarai Dimas.

Yang jelas perempuan itu, terjatuh tertelungkup diaspal perumahan Permata indah.

Omong omong, Dimas memang sengaja memotong jalan. Oleh karenanya ia memilih untuk melewati perumahan ini.

"Aduh, Maaf ye! Abisan lo nyebrang kaga nengok nengok dulu si. Jadinya, Gue dah kena ampasnya" Dimas meminta maaf sambil turun dari motor ninjanya tanpa melepaskan helm yang menyangkut dikepalanya.

"EH ELO ITU YA! MINTA MAAP KAGA IKHLAS BANGET SI! GUE AMPE TENGKUREP DIASPAL, NYUSRUK! LO MALAHAN BILANG KALO LO KENA AMPASNYA. DASAR LO-"

"Iyeee iyee. Gue minta maap, Luna"

Luna mengerjap, Bagaimana orang yang menabraknya itu tau namanya. Hingga akhirnya Dimas melepaskan Helm nya.

"Dimaapin kaga guenya?" Ucap Dimas sambil nyengir nyengir cengengesan kearah Luna.

Membuat Luna berdecak kesal. Amarahnya memuncak saat mengetahui jika orang yang 'Tidak tau diri' itu ternyata Dimas.

"DASAR! LO LAGI! LO LAGI! GILA BOSEN PARAH GUE LIAT MUKA LO, BAE! DARI SEKIAN BANYAK ORANG DIDUNIA, DIPLANET BUMI INI! KENAPA CUMA LO YANG KETEMU GUE TERUS SIH!"

Luna merutuki dirinya, Sedang Dimas masih dengan cengiran kudanya. Seakan ia sama sekali tak berdosa.

Padahal sudah jelas jelas, Jika 'Dimas sudah menabrak Luna'

'M e n a b r a k'

Dan yang dilakukan dimas hanya nyengir kuda.

Kurang kampret apa coba?

"Tau ah! Bete gue!" Ujar Luna sambil mengumpulkan Mie instant dan belanjaan yang lainnya yang tergeletak di Aspal jalanan.

Omong omong, Jalanan di perumahan ini memang sepi.

"Lo mau kemana? Bukannya lo pengen ke Gramedia yak?" Tanya Dimas sambil cengengesan lagi.

Luna mengerjap lagi, Sikapnya langsung salah tingkah, Matanya membulat. Ini species manusia atau apa sih? Kenapa mahluk ini mirip seperti cenayang? Menyebalkan.

"Tau darimana lo?" Ketus Luna sambil mengusap usap kotor celanannya.

Padahal Lutut Luna sedikit berdarah. Tapi Dimas masih saja nyengir. Bukannya diobatin, Diapain kek. Memang mahluk aneh.

"Tadi gue 'kan baca tweet lo" Ujar Dimas sambil tersenyum jahil.

"OH JADI DIA YANG BALES TWEET GUE! YA AMPLOP!" Batin Luna berteriak.

Tadi luna memang bikin tweet, Tapi bukan untuk dimas. Itu kode untuk Aldi.

Tapi sayangnya, Dia gak peka. Tragic.

Kadang Luna berfikir;

Kenapa ini manusia tingkahnya langka banget sih? Mungkin Luna harus membawa Dimas ke publik dan bilang;

"Hello gue Luna. Dan gue nemuin species baru. Dan ini wajib dilestarikan. Karna dia species langka" Dan habis itu, Luna langsung mendapatkan banyak uang karna ia berhasil menemukan species paling aneh didunia.

Dimas.

Luna tidak habis fikir dengn Dimas.

"Lo suka cerita Teenfict atau GeneralFict atau mungkin lo suka cerita Fantasy or vampire? Kalo gue sukanya fantasy kalo lo?"

Sudah Luna bilang dari awal. Luna tidak mengenalnya. Dan dimas malah bertingkah seakan ia telah mengenalnya sejak Lama.

"Gue...guee.. Gue suka cerita Teenfict 'sih"

Kenapa lo jawab pertanyaan si kampreet, Luna!?

"Gue lebih fantasy, Entah kenapa ya? Ya tapi yang jelas gue lebih suka elo sih!" Luna mengerjap kaget. Menatap Dimas tidak percaya.

Merasa salah ngomong, Eh Dimas malah menabok bahu Luna. -Dan hampir saja Luna jatuh karena Dimas menabok bahunya keras-

"HAHA GUE BERCANDA YA. JANGAN SERIUS, SOALNYA GUE MAUNYA GUE YANG NYERIUSIN ELO!" Dimas nyengir. Kali ini Luna malah menganga.

Tambah gak percaya.

Oke Dimas salting. Ampe dia kebanyakan salah ngomong.

Merasa canggung, Dimas melanjutkan obrolannya tadi.

"eh tadi lo bilang lo suka Teenfict ya? Wah kalo gitu, Lo suka berimajinasi tentang masa Sma lo gitu dong? Yaamplop. Sayangnya cerita nyata lo gak kaya cerita diteenfict pasaran. Dimana ujungnya Happy ending."

Ucapan itu seakan menohok Luna. Tapi bagaimana cara Luna menanggapi ucapan itu.

Ucapan Dimas itu Fakta.

Nyatanya dia dan Aldi bukan seperti cerita Teenfict. Seperti Nerd girl dengan Bad boy.

Semuanya beda. Ini hanya tentang kerapuhan dirinya.

Dimas menatap langit. Mendung. Entahlah, Mungkin hujan akan segera turun.

"Lo jadi ke gramedia?" Tanya Dimas sambil duduk diatas jok motornya.

Tahan Luna. Jangan ampe lo jalan ama dia, Lun. Lo tau kan kalau dia species paling An-

"Pengen ih" Celetuk Luna.

YAAMPUN LUNA, LO KENAWHY SIH!

"Tapi gajadi deh, Baju gue ga enak banget buat jalan jalan" Luna langsung berjalan meninggalkan Dimas kikuk.

Luna merem merem tanpa noleh ke dimas "Kok gue salting 'Sih, ya? Duh gue goblukes banget!" Gerutu Luna dalam Hati.

Hingga jaket hangat beraroma lembut menyeruak dipenciuman Luna. Ada jaket yang bertengger pada punggung nya.

Buset. Ini klise parah! Batin Dimas saat ia menenggerkan jaketnya.

"Gak ngapa ngapa kali, Ye. Sesekali gue romantis ama cewek. Akowkwok!"

"DASAR LO! SO KLISE BANGET. LO KATA INI FTV! BUKA MATA LO, COY! IN REALITANYA BUKAN PILM SINETRON!" Desis Luna sambil tertawa lepas pada malam itu.

Setidaknya, Ia merasa membaik. Beban nya seras Luruh seketika.

"Jadi gak nih beli novel. Mumpung belom ujan. Pake aja dah tuh jaket gue. Ini malem dingin parah, Gils!" Luna hanya menatap bingung kearah Dimas.

Kalo dingin kenapa jaketnya dikasih ke Luna.

Luna jadi takut, Jangan jangan Dimas nggak waras lagi?

"Ya kalo pake jaket 'kan mending. Kaga buluk buluk amat. Ya walaupun emang dari lahirnya elo emang ditakdirkan buat bulukan sih!" Celetuk Dimas membuat Luna menggaplok bahunya,

"SEMBARANGAN MULU SIH LO KALO NGOMONG, DUH YA ALLAH!"

"Gue bener lah. Lo ditakdirkan buat bulukan. Sama kaya chat lo ke Aldi. Cuma ke kirim ga dibaca ampe bulukan. Jaaa!!!" Dimas tertawa melihat penderitaan Luna.

Tapi lagi lagi Dimas benar. Faktanya memang itu. Berbicara dengan dimas membuat Hati Luna tertohok tohok karna ucapannya sesuai fakta Luna.

"Ngapain diem? Ayo naek! Mao gue tinggalin?" Tanya Dimas sambil nyengir. Luna mengerucutkan bibirnya.

"Iye, Dasar bawel lo, Kupret" Ujar Luna.

Setelah itu mereka berdua menembus, Membelah dinginnya malam kota bandung.

🌸

Jam tangan dimas menunjukan pukul 22.00 malam, Tepat. Setelah seru seruan digramedia akhirnya Luna dan Dimas pulang ke alamnya masing masing.

Eh...

Rumahnya masing masing maksudnya. Baru setengah perjalanan, Dimas malah memberhentikan Motor ninjanya.

"Woy ngapain berhenti disini 'sih!" Gerutu Luna saat Dimas malah berhenti dipinggir jalan.

"Jangan jangan bensin lo abis ya, Dim? Yaelah gue gak maoo kalo nanti suruh dorong dorong nih motor!" Protes Luna sambil tertawa lepas, Tawa dimas juga berderai pada malam itu.

Luna merasa seakan Dimas telah mengubah pribadinya yang introvert menjadi ekstrovert padanya.

Pada dimas.

Luna jadi suka bercanda sambil menyeletuk Lucu.

Persis kaya Dimas.

"Bukan Lun, Mending kita kesana dah!" Ujar Dimas sambil menunjuk rerumputan hijau yang terkena sinar bulan. Tadi, Mereka fikir Hujan akan datang.

Tapi tidak.

Seolah suasana sangat mendukung mereka untuk berdua.

Seakan dunia memperbolehkan Dimas untuk menerobos dinding yang Luna buat untuk menghalangi mereka.

Seakan kesempatan memihak pada Dimas

"Lun tiduran dah sini! Samping gue!" Pinta Dimas sambil menepuk rumput hijau disebelahnya.

"JANJI AMA GUE, LO GAAKAN NGAPA NGAPAIN GUE!" Seketika saja mata Dimas terbelalak. Hampir saja Dimas tersedak Liurnya sendiri saat Luna berteriak seperti itu.

Ini Dimas. Bukan Aldi.

Namun sayang, Luna tidak tau itu.

"Cepetan napa dah!" ulang dimas lagi sambil memandang sinar bulan yang bersinar terang.

"Udah. Terus ngapain?" Tanya Luna sambil tiduran dirumput disebelah Dimas -Dengan jaga jarak tentunya.

"suasana kaya gini, Sunyi, Adem, Mayem. Kadang bikin kita tenang" Tukas Dimas.

Luna menoleh kearah Dimas. "Gue jadi kangen emak bapak gue, Dim" Celetuk Luna tiba tiba.

"Emak bapak lo kemana? Keluar negeri? Belom pada mati 'kan?" Tandas Dimas dengan blak blakannya.

Sedang Luna mencabik perut Dimas "Enak aja lo kalo ngomong!!"

"Lah, Terus kenapa lagi?" tanya dimas, Masih sambil menatap langit malam.

"Ya maksud gue, Emak bapak gue yang dulu gitu. Yang sekarang itu... Kayanya gue prustasi ama mereka. Gue kangen sama perhatian mereka. Mau gue jungkir balik atau kabur sekalipun, Kayanya nyokap ama bokap gue gaakan noleh ke gue sama sekali" Jelas Luna.

Luna ikut melihat terangnya bulan. Rambutnya terlihat sangat indah saat terkena sinarnya.

Dimas terdiam. Luna mengerti, Mungkin dia terlarut dalam cerita Luna.

"Gue hobi banget Motret. Gue punya kamera DSLR. Tapi kameranya rusak. Dan lo tau kenapa?" Luna memberi jeda. "Itu karna Nyokap ngebanting kamera gue" Luna tersenyum getir mengingat saat itu.

"Mereka sama sekali gak dukung gue. Padahal gue pengeeennn banget jadi Fotografer. Kaya Almarhum Nyokap gue dulu" Luna menitikan air mata. Entah sampai mana ujung ceritanya.

"Iya, Jadi yang sekarang itu gue hidup sama nyokap baru. Nyokap tiri, Nyokap yang cuma meres harta bokap gue. Gue benci ama dua duanya."

Luna menghela nafasnya Lega. Seakan semua bebannya benar benar luruh saat ia menceritakan semuanya pada Dimas.

Padahal, Sebelumnya ia tak pernah seterbuka ini.

"Dimas" Panggil Luna.

Luna Menguap. Ia melirik jam tangan birunya. Jam 23.00!

Yaampun, udah jam setengah dua belas!

"Dim pulang, Kuy. Sekarang udah Jam -"

Perkataan Luna terpotong saat Luna mendapati Dimas sedang tertidur. Bahkan ia mengorok.

"Berati... Dari tadi gue ceritaa... Gue ngomong sendiri gitu?"

"WOY KAMPRET BANGUN LO! SIALAN BENER GUE CERITA PANJANG LEBAR LO MALAH TIDUR. DUH MASHA ALLAH!!" Teriak Luna.

Namun Dimas masih ditempat, Tertidur dengan posisi terbaring. Ia juga mengigau "Aldi, Beliin gue Ayam bakar, Ye"

Oke, Luna udah gak tahan.

Hingga hujan tiba tiba saja mengguyur kota bandung, Seketika Dimas langsung terbangun sambil mengelap lap wajahnya yang kaget terkena rintikan hujan.

"WOY LUNA. HUJAN BUKANNYA BANGUNIN GUE MALAH DIEM AJA. KAMPRET BENER SIH ELO YE!" gerutu Dimas.

DIMAS SIALAN!

Tapi setidaknya, Malam ini Luna bahagia, Meski berjalan dengan dimas atas kebohongan Aldi.

Luna tidak mengerti. Luna bukan prioritas Aldi. Aldi Tidak mengerti Luna memprioritaskan dirinya. Dan Luna Tidak mengerti. Dimas memprioritaskan dirinya.

Terus seperti itu, Dalam segitiga yang membawa mereka pada ujung penyesalan melalui perantara takdir.

🌸

a.n

Ya amplop. Dimas doang emang ea :v
Duh Dimas Luna. Kusuka mereka😍

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top