enam; rasa

Beberapa hari menjelang tanggal 14 Februari, toko bunga akan lebih ramai karena hari kasih sayang yang bisa dan selalu dirayakan bersama pasangan, teman atau keluarga. Mereka memilih barang yang terkesan manis dan romantis seperti bunga. Sepulang sekolah, Aiza langsung mengganti baju dan membantu ibunya di toko bunga milik keluarga Takahara. Ia sudah biasa membantu ibunya, maka dari itu melakukan pekerjaan seperti melayani pelanggan atau menjaga kasir adalah hal yang mudah.

Aiza dengan cekatan melayani pelanggan lalu kembali ke kasir. Di sela-sela dirinya menjadi kasir, tak sengaja netra hijau mint miliknya menangkap figur seorang lelaki tengah berdiri di luar toko. Ia hafal betul dengan lelaki tersebut, tetapi tidak ingin memastikan terlebih dulu karena pelanggan terus-terusan masuk tanpa henti.

"Ibu, apa itu Koutarou?" tanyanya ketika sang ibu melintas di hadapannya. Wanita yang merupakan nyonya Takahara itu pun melihat ke luar jendela dan mengangguk.

"Iya, dia mau bantu menjual bunga mawar."

Benar dugaannya, ia pun menganggu. Dari tempatnya berdiri, Aiza dapat melihat Bokuto berdiri dengan kemeja dan celana seragam lalu menyodorkan bunga pada orang-orang yang lewat. Terulas senyuman tipis di wajah Aiza, menyadari bahwa sang lelaki repot-repot membantu tokonya. Mengingat keluarganya memang sudah begitu kenal dengan Bokuto, jadi mereka menerima sang lelaki dengan tangan terbuka.

Ketika toko mulai sepi dengan satu persatu pelanggan pergi membawa bunga yang mereka beli, Aiza memutuskan untuk keluar toko dan menghampiri Bokuto. Sang gadis melangkah pelan, takut mengagetkan lelaki tersebut.

"Oh, Aiza. Gimana di dalam?"

Hanya saja Bokuto memiliki refleks yang cepat. Ia langsung menyadari bahwa Aiza menghampirinya. Gadis itu menyelipkan mahkotanya di belakang telinga dan tersenyum.

"Baik-baik saja, kok," jawabnya. "Sudah berapa bunga yang Koutarou jual?"

"Sudah banyak, nih!" Bokuto menyodorkan beberapa lembar uang pada Aiza. "Aku kasi' ke Aiza dulu takutnya aku lupa."

"A-Ah, terima kasih," Aiza menerima uang tersebut lalu memasukkannya ke saku celemek yang ia kenakan. "Kalau Koutarou capek, istirahat di dalam saja ya."

"Energiku sangat penuh sekali, Aiza. Tidak mungkin aku kecapekan hanya karena menjual bunga saja 'kan, haha!" Seperti biasa, aura enerjik yang terpancar dari sang lelaki tetap sama dan Aiza tak pernah bosan karenanya.

"Semangat ya, Kou."

Aiza berucap seraya mengulas senyuman tipis. Hal tersebut membuat Bokuto salah tingkah, entah kenapa. Ia mengangguk pelan lalu melihat sang gadis pamit padanya untuk masuk kembali ke dalam toko bunga. Gawat, kenapa jantungnya jadi berdegup kencang begini?

Ia akui, selama bersama dengan Aiza, rasa nyaman selalu menyelimuti. Kalau bisa, Bokuto ingin mengorupsi dua puluh empat jam di hari-harinya bersama Aiza saja.

Tangannya memegang setangkai bunga mawar merah yang telah dibungkus plastik lalu menoleh pada toko. Dari balik kaca, ia dapat melihat Aiza sedang melayani pelanggan. Manik keemasannya pun kembali beralih pada bunga di tangan. Sebentar lagi hari Valentine, Bokuto ingin memberi sesuatu untuk Aiza sebagai bentuk rasa sayangnya pada sang gadis.

~~~

Aiza jarang merayakan hari Valentine. Ia hanya membuat cokelat kecil untuk teman dekatnya saja mengingat kesibukannya di klub, apalagi dirinya menjaga toko bunga juga toko roti yang dikelola oleh orangtuanya ketika mendekati tanggal 14 Februari. Setelah memberikan semua cokelat pada teman-temannya, ia pun bergegas untuk kembali ke toko bunga dan membantu ibunya bekerja. Siapa sangka di hari Valentine pun toko bunga masih ramai, bahkan lebih ramai daripada ketika menjelang hari kasih sayang tersebut.

"Uwah, Aiza, hati-hati!"

Terlalu buru-buru membuat dirinya tak memerhatikan langkah. Jika saja tak ada figur yang memegang tangannya, mungkin Aiza telah tersungkur di lantai.

"Eh, Koutarou?"

"Kaget ya? Hihi," Ia terkekeh, membantu Aiza untuk berdiri kembali dan menunjuk dirinya guna ibu jari. "Tenang saja, kali ini Bokuto Koutarou akan membantu Takahara Aiza seharian penuh!"

"Tapi kita 'kan mulai kerjanya dari sore ...."

"Oh, iya." Bokuto berucap seraya mengerjap. "Tapi tak apa, sampai toko bunga tutup aku akan membantumu!"

"Makasih, Koutarou."

"Santai~" ujarnya lalu berkacak pinggang, melihat ke seisi toko yang telah dipenuhi pelanggan. "Aku juga tidak menyangka toko milik bibi akan seramai ini."

"Karena sekarang hari Valentine bukan?"

"Hm, hm, benar."

"Kalau begitu, ayo kembali bekerja." Aiza mengajak sang lelaki, membuat Bokuto mengangguk cepat.

"Siap!" jawabnya sembari memberi gestur hormat. "Ngomong-ngomong, cokelat buatanmu enak loh, Aiza. Aku boleh minta lagi gak?"

"Euhm, ya ... tentu."

Keduanya kembali ke tempat masing-masing. Bokuto melayani pelanggan, sementara Aiza berada di meja kasir. Beruntung, ada beberapa temannya yang tidak sempat ditemui. Maka dari itu ia masih memiliki stok cokelat buatannya.

Tanpa terasa waktu malam pun tiba. Aiza mulai berkemas bersama Bokuto, sementara sang ibu berada di meja kasir dan menghitung uang. Di sela-sela mereka berkemas, Aiza masuk ke dapur guna mengambil beberapa bungkus cokelat yang akan diberikan pada Bokuto. Ketika dirinya keluar dari dapur, langkahnya terhenti karena sang lelaki telah menunggunya.

"Aiza, ibu tunggu di belakang ya."

"Iya, bu," jawab Aiza. Ia memberi jalan untuk sang ibu masuk ke dapur lalu menatap lawan bicaranya dengan tatapan bingung. "Ada apa, Koutarou?"

Bokuto mengusap tengkuk belakangnya. Jujur saja, ia merasa malu ketika berhadapan dengan Aiza. Entah perasaan apa yang membuatnya selalu merasa gugup bahkan jantungnya berdegup kencang setiap kali berada di sisi sang gadis. Dipikir, ia hanya memandang Aiza sebagai seorang teman. Namun, Aiza tak kalah beda dengan rekan-rekan di klubnya yang juga temannya. Apa sekarang Takahara Aiza telah menjadi orang spesial di hatinya?

"Euhm, anu ...." Bokuto menyodorkan mawar merah yang berbungkus plastik pada Aiza, membuat gadis itu tersentak. "Ini ... untukmu."

Semburat merah pun muncul di wajah Aiza. Tangannya menerima bunga yang diberikan oleh Bokuto lalu keduanya saling mengalihkan pandangan, enggan menatap lawan bicara.

"M-Makasih ya, Koutarou," ucap Aiza, tapi ia tak menatap lelaki di hadapan. Bokuto hanya merespon dengan gumam, sama dengan Aiza yang memilih untuk tidak menoleh pada lawan bicaranya. "Anu, ini cokelatnya." Sang gadis berucap dengan kedua tangan memberikan satu kotak merah berukuran kecil berisi cokelat di dalamnya.

"A-Ah, kenapa dibungkus dengan kotak seperti ini?"

"Bukankah hari ini hari Valentine?" Aiza bertanya. Keduanya saling beradu pandang, membuat sang gadis salah tingkah. "Y-Ya, biar romantis."

Bokuto menerima kotak tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata, menyiptakan kesunyian di antara mereka. Mereka saling bertatapan dengan jantung yang berdegup kencang juga perasaan aneh yang menjalar di benak. Sampai satu kekehan tercipta oleh Bokuto, diikuti Aiza yang tertawa pelan membuyarkan sepi di keduanya.

"Selamat hari Valentine, Kou."

"Selamat hari Valentine juga, Aiza." Sang lelaki mengusap pipi Aiza dengan ibu jarinya. "Aku sayang padamu."

Hari Keenam - Flower Shop
BokuAiWeek2020 (c) mbakaiza

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top