Episode 14 Arus yang Menyesatkan

Arka bahkan sudah gatal ingin membatalkan keinginannya yang sesat setelah gadis berambut gulali itu berubah pikiran saat mereka sampai di Karang Bayan. Tujuan utamanya yang ingin berkuda dan menikmati wahana yang biasa saja berganti menjadi rafting. Sesuatu yang belum pernah lelaki itu coba sebelumnya.

"Nggak."

"Kenapa sih? Kan seru!" Mesa tampak sumringah, bahkan melompat-lompat kecil saat menghampiri tempat di mana wahana rafting disediakan. "Aku nggak sabar main arus sungai."

"Ya udah kamu aja. Aku tunggu di sini." Arka bersedekap, matanya dengan gelisah melihat bagaimana derasnya arus sungai yang berada di depannya. "Atau aku tungguin di tempat makan. Aku pesenin lunch dulu."

Tangan Mesa mencekal lengan Arka, mencegah lelaki itu memutar tumit memunggunginya. "Nggak bisa. Mas Arka udah janji lho."

Lelaki itu menelan ludah, ekspresi cemasnya bahkan tampak terangan-terangan, tak tersembunyi dari wajahnya. "Kali ini, aku beneran bisa nolak aja nggak sih?"

"Alasannya? Mas Arka nggak bisa berenang?"

"Emang kamu bisa?" Arka balik bertanya.

"Kan ada pemandunya sih. Mereka udah jago ngatasin permasalahan air ginian, berpengalaman. Udah, yuk!"

Gumaman lirih terus terucap dari bibir Arka sepanjang mereka diarahkan untuk mengenakan pelampung dan diberikan instruksi selama arung jeram itu berlangsung. Mereka tidak sendiri, ada beberapa pengunjung yang juga ingin merasakan serunya bertualang di air. Namun, Arka hanya menggerakkan jemarinya gelisah, berusaha mengingat apa saja yang harus dilakukan. Perutnya bahkan terasa mulas, bulir-bulir keringat menghiasi kening dan muka, padahal jaraknya dengan sungai masih puluhan meter jauhnya.

Jantung lelaki itu berdegup kencang, saat ia, Mesa dan dua pengunjung lainnya mengantri untuk naik perahu karet yang akan membawa mereka menyusuri sungai. Di belakangnya ada dua pemandu yang menggoda para pengunjung, sekadar untuk mencairkan suasana.

"Kita masih bisa naik kuda aja lho, Mes," bisik Arka sembari memegang erat dayungnya. Semakin dekat dengan sungai, semakin eratlah genggamannya.

"Ya abis ini deh. Ini kan udah mau rafting."

Benak Arka kembali mengingat instruksi yang diberikan oleh para pemandu, memastikan agar ia bisa melakukannya jika tidak keburu gugup duluan. Namun saat pantatnya menyentuh perahu karet, hilanglah sudah semua yang bisa ia ingat. Perahu mulai bergerak, para pemandu yang duduk di belakang memberikan aba-aba dengan bersemangat. Arka hanya mengikuti apa yang diperintahkan, berusaha untuk tidak membayangkan kalau jatuh di air.

Mesa berseru penuh semangat, saat perahu mulai beberapa kali melewati air terjun kecil, arusnya yang kencang seakan menambah adrenalinnya. Perlahan-lahan, Arka lupa mengapa ia harus ketakutan. Darahnya terpompa lebih kencang, hingga ia tak lagi memikirkan apa-apa. Ia bersenang-senang, itu saja.

Sepuluh menit, petualangan mereka di air terasa menyenangkan, walau Arka sempat terpeleset dan jatuh ke sungai. Sigap, salah seorang pemandu menarik tubuh lelaki itu melalui rompi yang dikenakan Arka, lalu membantunya naik ke perahu. Setelah itu, mereka berenam kembali menyusuri sungai, satu peserta mulai ada yang terjatuh ke sungai hingga seluruh penumpang basah kuyup kecuali Mesa.

"Masih ada satu orang belum basah!" seru salah seorang pemandu dengan jahil. "Mari kita buat basah semuanya ya, Gaes!" Tangan pemandu itu menarik rompi Mesa dan menariknya keluar dari perahu.

"Eh, jangan, Kak, saya nggak bisa renang!" Mesa sempat berteriak tetapi terlambat. Dengan segera, tubuhnya ditangkap oleh air yang menggulungnya dengan sangat cepat. Permukaan air yang tadinya membuncah mulai perlahan tenang, membuat lima pasang mata yang tertuju ke sana membelalak.

"Kakak, pacar Kakak benar-benar tak bisa renangkah?" tanya salah seorang pemandu itu lirih.

Arka mendesis ke arah pemuda itu kemudian nekat melompat ke sungai. Untungnya mereka berada di tempat di mana tak ada arus yang mengalir deras, bahkan perahu karet yang menumpangi Arka dan Mesa pun tengah berhenti. Arka lupa melepas kacamatanya, hingga benda itu terlepas dan hanyut begitu saja, membuat pemandangan di hadapannya mulai buram. Namun, lelaki itu tidak peduli. Ia mulai meneriakkan nama gadis berambut gulali yang tak jua muncul ke permukaan sungai.

"Mesa! Oi! Mesa! Jawab, Mes!"

Keterampilan berenang Arka memang tak selihai atlet, tetapi untuk sekedar menyelam dan melawan arus, ia sudah terlatih. Karena itu ia segera masuk ke dalam air, mencari-cari bayangan yang sekiranya mirip dengan Mesa. Tekanan air serta buramnya penglihatan, tak membuat Arka kehilangan nyali.

"Mesa!"

"Yeah!" pekik gadis berambut gulali itu kegirangan, saat kepalanya menyembul ke permukaan sungai. "Lima menit! Rekor baru!"

Arka yang mendengar suara gadis itu lagi, menghentikan pencariannya dan terkejut saat mendapati Mesa yang tampak cengar-cengir di hadapannya. "Kamu!" hardik lelaki itu dengan mata berkilat-kilat.

"Mas Arka lagi renang juga?" tanya Mesa dengan mimik santai.

"Kamu tuh beneran bikin aku gila tahu nggak!" seru Arka, kini wajahnya sudah sepenuhnya merah. Bayangan Mesa tampak kabur di matanya, tetapi ia tahu gadis itu sehat wal afiat, tidak seperti yang tadi ia pikirkan. Jantung Arka mencelus, hingga ia tanpa sadar meraih gadis itu lalu membawanya ke dalam pelukan. 

Cengiran di wajah Mesa segera senyap. Gadis itu merasakan nadinya berdenyut semakin cepat, aliran darahnya lancar mengalir ke pipinya yang kini merona. "Mas ... Arka?"

"Aku kira kamu tadi tenggelam. Aku takut kamu ngilang, Mesa."

Bukan, bukan nama gadis lain yang disebut oleh Arka. Mesa sampai harus benar-benar terdiam untuk memastikan bahwa lelaki itu tidak menyebut nama mantan kekasih yang pernah ia teriakkan saat di pantai.

"Tolong jangan becanda kayak gitu lagi, Mes. Rasanya nyesek."

Air sungai itu dingin, tetapi pelukan Arka membawakan kehangatan. Bahkan mereka berdua seolah tuli dari kata-kata yang dilontarkan oleh kedua orang pemandu yang menggoda mereka. Mesa membenamkan kepala ke bahu lelaki berkaca mata itu, sembari berbisik, "Iya, maaf. Aku nggak akan bikin Mas Arka khawatir lagi."

Sementara itu, di sebuah loker yang gelap dan tertutup, gawai milik Arka berdering terus menerus. Lelaki itu sempat menitipkan tas dan barang-barang pentingnya ke penitipan sebelum menjajal arus sungai, begitupun dengan Mesa. Setelah beberapa saat, gawai itu kembali tenang, menampilkan pemberitahuan yang muncul di layar.

10 Panggilan Tak Terjawab
Luna

Ratusan kilometer jauhnya, seorang perempuan berambut panjang memandang papan pengumuman boarding dengan cemas. Di tangannya tergenggam selembar tiket, sementara tangan satunya masih memegangi ponsel yang menempel di telinga. Mata perempuan itu merah dan sembab, sementara bibirnya berkomat-kamit seolah menyuruh siapapun yang sedang ia telepon untuk segera mengangkat panggilannya. Tidak terjawab.

Perempuan itu menghela napas, kemudian setelah beberapa kali mengembuskan napas, kakinya segera melangkah menuju gate yang menjadi tujuannya. Gawai di tangannya bergetar, membuat hati perempuan itu berbunga, mengharap bahwa penelepon adalah orang yang ia inginkan. Namun, nama yang tertera di sana adalah Leonard, bukan seseorang yang diharapkannya untuk menghentikan langkahnya saat ini. Seorang lelaki berkaca mata yang kini sedang tertawa di sebuah saung bersama seorang perempuan berambut gulali. Arka.

*episode14*

Maaf, Keliners. Setelah sekian hari baru bisa update lagi. Alhamdulillah, aku disibukkan dengan kegiatan mencari cuan di dunia nyata, jadi tak sempat menengok laptop. Padahal nulis draftnya ini udah dari awal Juni. Udah semangat mau kutamatin, tapi rencana tingal rencana.

Oh ya, per hari ini, judulnya kuganti ya. Karena Loveship kayak nggak pas aja sama ceritanya, karena setting kapalnya juga cuma sekilas aja. Jadilah kuganti Daylight. Gimana menurut pendapat kalian? Pas nggak? Kasih pendapat kalian di komen ya. Dan siapa tuh cewek yang dari tadi nelponin Arka? Apakah dia adalah ... jeng jeng jeng! Tunggu part berikutnya :P

Aku update lagi kalau ada mood ya. Sambil nunggu, kalian bisa baca cerita-cerita lamaku yang kurepost macam Catching Cinderella, atau cerita baruku Nyonya Durjana. Jangan lupa ramaikan juga lapaknya ya.

Oke, sekian dulu curcolku kali ini.

See ya next episode,

DhiAZ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top