Traum 9 - Pengakuan Sooji
Myungsoo tersenyum menatap keindahan duniawi yang duduk di depannya, malam ini dia telah mencanangkan sebuah makan malam romantis di salah satu restoran terbaik kota ini. La Belle Epoque adalah pilihannya, restoran yang terlihat klasik dan membuatmu merasa seperti berada di abad pertengahan 19 membuat suasana romantisnya semakin kental.
Anggur yang disajikan juga benar-benar lezat, sehingga Myungsoo bisa menyaksikan dengan puas bagaimana gadis di depannya ini mengerang nikmat setelah mencicipi minumannya.
Oh tunggu sampai kamu mengerang nikmat di bawahku sayang.
Myungsoo tersenyum semakin lebar, hanya tuhan yang tau bagaimana dia bisa sehebat ini dalam mengendalikan diri, padahal wanita yang sejak bertahun-tahun dicarinya telah ada di depan mata, dan dia bukanlah ciri pria yang mendahulukan kepentingan teman kencannya. Jika dia ingin melakukannya sekarang maka itulah yang akan dia lakukan.
Jadi tunggu apa lagi?
Tapi tidak, untuk yang satu ini adalah sebuah pengecualian. Tidak perlu otak cemerlang untuk tau seberapa istimewanya gadis itu, karena Myungsoo yang merasa otaknya lumpuh setiap berhadapan dengan sang pujaan hatipun tau, bahwa Sooji berbeda dari teman kencannya yang lain. Maka dariitu dia akan memperlakukannya dengan beda, penuh perhatian, dan mungkin sedikit membubuhkan cinta.
Ya, tidak ada satupun orang yang menyangkal jika Kim Myungsoo adalah seorang pecinta wanita, dan memberikan cinta pada gadis impiannya merupakan perkara gampang.
"Ini sangat enak, terima kasih sudah mengajakku ke sini." Suara merdu itu melepaskan Myungsoo dari segala lamunan setengah kotornya tentang gadis itu, dia memandang wajah berseri Sooji dan mau tak mau tersenyum puas.
"Puji tuhan, pilihanku tepat," ujarnya dengan kerlingan menggoda. Sepanjang malam ini, bukan hanya sekali dua kali Myungsoo mengirimkan sinyal godaan pada Sooji, malah hampir di setiap kesempatan ketika gadis itu menatapnya, dia akan berusaha karas untuk melakukan rayuan tak langsung.
Tapi memang lawannya sangat sulit, gadis sepolos Sooji tentu tidak akan bisa mengerti atau bahkan menangkap sinyal darinya, padahal jika itu wanita lain, sekali berkedip saja dia sudah ditarik masuk ke dalam kamar. Jadi, Myungsoo hanya bisa menelan nestapa yang tak kasat mata setelah menyadari sekali lagi gadis itu mengabaikan godaannya.
"Darimana anda memiliki ide membawaku ke restoran ini? Aku sama sekali tidak pernah ke sini."
"Aku hanya ingat kamu menyukai wine, jadi kupikir ini adalah tempat yang tepat."
Sooji menganga di tempatnya mendengar pengakuan tersebut, "anda mengingatnya?"
"Apa ada alasan untukku bisa melupakannya?" Myungsoo balik bertanya heran.
"Tidak, hanya saja kupikir and tidak terlalu memperhatikan," Sooji mengerjapkan mata lalu menggeleng, "biasanya laki-laki seperti itu..."
"Dan mulailah membiasakan diri bahwa aku bukan laki-laki biasa seperti yang kamu sebutkan itu."
Sooji tersenyum mendengarnya, pernahkah dia mengatakan Myungsoo adalah perayu ulung? Nah, dia akan mengatakannya lagi karena saat ini dia sangat merasa tersanjung dengan semua rayuan pria itu.
Dasar perayu ulung.
"Jadi setelah ini kita akan ke mana?" Sejujurnya tidak ada maksud terselubung dalam pertanyaan itu, tapi melihat bagaimana reaksi Myungsoo atas pertanyaannya membuat wajahnya tiba-tiba memerah, "eh, tidak..maksudku, ngg itu..aku..."
"Apakah ada saran?" Myungsoo menyela merasa iba pada kegugupan luar biasa yang dirasakan gadisnya, dia tersenyum menenangkan menghilangkan pandangan penuh minatnya seperti seorang predator yang ingin menyerang mangsanya, "apa kamu ingin ke suatu tempat?"
Sooji terdiam, benarkah Myungsoo menanyakan pendapatnya?
Bukankah seharusnya pria itu langsung membawanya ke hotel?
Tapi....
"Sooji?"
"Eh ya?"
"Wajahmu sangat merah, apa kamu mabuk?" Myungsoo bertanya cemas, bukan sekali dua kali dia melihat rona di wajah gadis itu. Tapi kali ini seluruh wajahnya merah hingga leher jenjangnya, jadi mau tak mau membuatnya sedikit khawatir.
"Apa karena wine?"
Sooji mengerjapkan mata, menatap gelas yang berisi cairan berwarna merah burgundy lalu menggelengkan kepalanya, "tidak, aku tidak mabuk," gumamnya sambil menangkup wajahnya yang panas.
"Benarkah?"
"Yap, aku hanya...hanya sedikit panas." Sooji mencicit di akhir kalimatnya membuat Myungsoo menatapnya nyalang.
"Panas?"
"Eumm ya..."
"Sooji?"
"Ya?"
Sooji mengangkat pandangannya menatap wajah Myungsoo yang sudah menatap lekat padanya. Pria itu terlihat tenang-tenang saja, padahal mereka sadar jika aura di sekitar sudah berubah haluan.
"Kencan beberapa kali, ingat?"
"Ya, tapi..." Sooji bungkam, tidak ingin kembali mempermalukan dirinya, tapi adrenalinnya memacu, mungkin ini akibat wine yang diminumnya atau hanya karena hormon sialan yang sudah menggeliat di dalam tubuhnya, gadis itu kemudian melanjutkan, "anda akan kembali ke Seoul."
Kalimat bernada rajukan itu mau tak mau membuat perasaan Myungsoo melambung, dia telah sadar bahwa saat ini Sooji sudah jatuh ke dalam pelukannya. Namun, dia tidak ingin terburu-buru, semuanya harus berjalan dengan perlahan sehingga mereka menikmati prosesnya, dan ketika saatnya tiba, dia tidak akan melepaskan gadis itu untuk selamanya.
"Kapan programmu berakhir?"
Sooji menatapnya dengan menyesal, "empat bulan lagi."
Myungsoo cukup kecewa mendengarnya, empat bulan adalah waktu yang sangat lama dan dia memang tidak bisa menunggu selama itu untuk merasakan Sooji.
"Itu sangat lama."
"Yah," Sooji mendesah panjang, entah mengapa mereka membicarakan masalah seks seperti sedang berbincang mengenai jadwal tur keliling dunia, tapi itu tidak membuatnya risih karena dia memang ingin membicarakannya.
"Aku masih di sini untuk satu minggu ke depan."
"Benarkah?" Gadis itu langsung terlihat antusias saat mendengarnya.
"Tentu, aku juga butuh sedikit liburan dari segala kegiatan yang membuatku tidak bisa bernapas. Jadi, satu minggu tambahan sepertinya tidak akan membuatku rugi," Myungsoo tersenyum penuh arti ketika kepalanya sudah membuat rencana-rencana apa yang akan dia lalukan selama seminggu ke depan.
Sooji mengerjapkan mata dengan malu, dia menatap pria di depannya dengan senyum malu-malu, "jadi malam ini...."
Myungsoo menatap gadis di depannya, bagaimana bisa tingkah malu-malu itu bisa sangat membuatnya gemas sekaligus bergairah?
Oh, kau sudah tidak waras bung.
Tidak tahan dengan tingkah Sooji, Myungsoo melepaskan serbet yang ada di pangkuannya lalu memanggil pelayan untuk menyerahkan bill mereka. Semua itu dilakukan dengan cepat dan gesit. Sementara Sooji memandangnya dengan bingung, sampai ketika mereka sudah berada di luar restoran, Sooji masih tidak mengerti mengapa pria itu tiba-tiba menghentikan acara makan malam romantis mereka.
"Oh sayang, percayalah aku juga masih ingin menikmati makanan di dalam sana," suara Myungsoo terdengar keras dan serak membuat Sooji tersadar jika dia ternyata menyuarakan pertanyaan dalam hatinya.
"Tapi," Myungsoo berhenti di dekat mobilnya, berdiri menghadap Sooji dan menangkup wajah gadis itu, "aku tidak bisa menanggung lebih lama lagi. Aku butuh untuk menyentuhmu," bisiknya dengan suara tersiksa.
"Di sini," Myungsoo mengusap bibir Sooji, "di sini," tangannya kemudian turun di leher, "di sini," lalu pundak telanjang yang hanya di tutupi seutas tali, "di sini," lengan halus Sooji menjadi sasaran berikutnya, "di sini," pinggul ramping yang berisi adalah favorit Myungsoo, "di sini," Sooji tercekat ketika tangan pria itu merambat dan menangkup bokongnya, lalu meremasnya pelan sehingga dia mengeluarkan pekikan kaget.
"Kamu tidak tau seberapa besar keinginanku untuk menyentuh seluruh tubuhmu, love." Sooji memejamkan mata, tangannya menyanggah di dada pria itu agar tidak terjatuh karena saat ini lututnya sudah sangat lemas akibat suara seksi yang berbisik di dekat telinganya. "Izinkan aku...kumohon, biarkan aku menyentuhmu." Seorang Kim Myungsoo tidak pernah merendahkan egonya dan memohon kepada seorang wanita untuk disentuh, hanya Sooji dan satu-satunya wanita yang membuatnya berteluk lutut. Hanya gadis itu.
"Please?"
Permohonan itu terdengar begitu menyiksa membuat Sooji tidak berdaya, dia merapatkan diri pada Myungsoo dan menikmati belaian halus di punggungnya.
Dan sebuah keputusan telah dibuat, Sooji mendesah sebelum membuat pengakuan dengan suara sayu yang terdengar sangat menggoda.
"I want you. Take me."
Continued...
[10/05/18]
Nah, awas jgn ngambek 😈
Dari level 1 - 10, part depan mau level berapa?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top