Traum 6 - Kencan Pertama
"Jadi, di mana tempat yang ingin kamu kunjungi?"
Myungsoo masih mencoba untuk bertanya, meskipun gadis di sampingnya sama sekali belum melakukan hal seremeh ini, tapi dia juga perlu mempertimbangkan kenyamanannya. Tidak mungkin dia mau membawa Sooji ke tempat yang tidak diinginkan gadis itu untuk menghabiskan waktu hari minggunya.
"Eumm, kupikir aku sudah mendatangi hampir semua tempat di kota ini," jawab Sooji dengan ragu.
"Hampir, berarti belum semua. Jadi?"
Sooji berpikir, selama enam bulan lebih tinggal di sini, dia sudah menjelajahi banyak tempat seperti dua museum terbaik di kota ini Musee d'Aquitaine, Musee des Beaux Arts, yang menjadi salah satu tempat yang harus dikunjungi di Bordeaux, dia juga telah berkunjung ke The Miroir d'eau atau Miroir des Quais yang merupakan kolam cermin terbesar di dunia, itu adalah salah satu pengalaman paling menakjubkan untuk Sooji. Mengunjungi cathedral yang diakui sebagai warisan dunia, gedung theater monumental, alun-alun kota yang memberikan pemandangan pantai, kebun raya Jardin Public, jembatan batu Port de Pierre, kapal perang, jam super besar, pusat perbelanjaan, dan....
Oh astaga, Sooji menyadari mungkin saja dia telah mengunjungi semua tempat terbaik di kota ini. Jadi dengan hati-hati dia menoleh kepada pria yang masih terlihat menunggunya.
"Aku...sepertinya aku telah mengunjungi semuanya," gumamnya pasrah, Myungsoo hanya menoleh sekilas untuk mengamati wajah cemasnya lalu kembali menatap jalanan.
"Benarkah?" Myungsoo terdengar tidak percaya, "bagaimana dengan kebun anggur?"
Sooji terkesiap mendengarnya, kebun anggur?
"Kurasa diammu berarti kamu belum ke sana." Ada nada bangga terselip di dalam komentar tersebut, membuat Sooji mau tak mau mengulum senyum.
"Yah, dan bodohnya aku bahkan belum mengunjungi kebun anggur di kota anggur ini."
"Nah, jadi kebun anggur?"
"Tentu," Sooji langsung menyetujui, siapa yang akan menolak ajakan ke salah satu tempat wisata nomor satu di kota ini?
Semua orang tau jika Bordeaux adalah tempat terbaik untuk minum anggur, karena di kota inilah produksi anggur terbesar di Prancis dan menghasilkan beberapa anggur paling bergengsi di dunia. Dan Sooji tidak sabar untuk mencicipi anggur terbaik di sana.
"Eh tapi, bukannya panen anggur itu hanya terjadi antara bulan september dan oktober?"
Seketika antusiasmenya menyusut, pemikirannya tentang memanen buah anggur di tengah ladang ribuan hektar adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan. Tapi ini masih akhir bulan Maret, butuh 5 sampai 6 bulan lagi untuk mendapatkan hari panen.
"Jangan kecewa begitu," Myungsoo menjawab dengan tenang, "di sana bukan hanya memetik anggur yang bisa kita lakukan. Kita bisa piknik, atau meracik sendiri campuran minuman anggur, bahkan jika kamu ingin ikut kelas memasak di wine chateau, maka kamu bisa melakukannya."
"Meracik sendiri?" Sooji terdengar takjub dengan informasi tersebut, membuat Myungsoo tak kuasa untuk melewatkan wajah berbinar gadis di sampingnya. Beruntung saat ini mobilnya berhenti karena traffic light, jadi dia bebas menandangi wajah gadisnya.
"Tentu. Apa aku melewatkan sesuatu?" Tanya pria itu ketika mulai merasa heran dengan antusiasme Sooji yang berlebihan.
"Sepertinya aku belum memberitahu, jika aku mencintai apapun yang berasal dari anggur."
"Ah, you told me, now." Myungsoo tersenyum lalu dengan gerakan cepat dia mengelus pipi merona gadis itu, "aku tidak sabar untuk mendengar apalagi yang kamu cintai," gumamnya dengan suara rendah membuat rona di wajah Sooji semakin kentara.
"He'em."
Sooji memalingkan wajah, tidak tau ternyata Myungsoo adalah perayu ulung yang sangat handal. Teringat bagaimana semalam dia dengan gigih menolak pesona pria itu, tapi belum cukup 24 jam, mereka sudah terdampar di dalam kotak besi ini dengan sang pejantan yang terus menerus melemparkan godaan untuknya. Tapi entah mengapa dia malah suka dengan hal ini. Suka ketika Myungsoo menatapnya dengan kagum, seolah dia adalah satu-satunya wanita yang pernah ditemui pria itu, atau ketika Myungsoo memberikan sentuhan-sentuhan kecil untuknya, itu mungkin terasa biasa bagi pria penuh pengalaman sepertinya, tapi tidak untuk Sooji.
*
Satu jam kemudian mobil sewaan Myungsoo memasuki kawasan perkebunan St. Emilion. Sooji senang dengan penyambutan pemilik perkebunan itu yang sangat ramah, kata sang pemilik sayang sekali karena mereka tidak dapat melakukan panen, tapi mereka beruntung karena bisa datang saat daun-daun pohon anggur mulai tumbuh jadi menciptakan pemandangan yang sangat asri.
Sooji setuju, karena tepat ketika melangkahkan kakinya memasuki area perkebunan, matanya seperti dimanjakan oleh tumbuhan menjalar tersebut, dan sepanjang pemandangannya, dia juga bisa melihat banyak pengunjung di perkebunan ini.
"Ini hari minggu, jadi sangat ramai," ucapan Myungsoo yang tiba-tiba berada di sampingnya membuat Sooji menoleh.
"Tidak masalah, meskipun aku tidak terlalu suka keramaian."
Senyum penuh arti langsung tercipta di wajah pria itu, "jadi kamu lebih senang ku ajak ke tempat yang sepi?" Godanya kemudian.
Sooji terlihat gelagapan mendapat serangan tersebut, melihat bagaimana Myungsoo tersenyum geli karena berhasil menggodanya membuat wajahnya panas. "Apa sih," gerutunya lalu dengan canggung meninggalkan Myungsoo yang saat ini mungkin sudah menertawainya.
Myungsoo menyusul gadis itu lalu berdiri di depannya sambil menawarkan tangan untuk disambut olehnya, "Sooji ayo, kita ikuti rombongan di sana," ujarnya sambil menujuk beberapa wisatawan yang sepertinya bersiap untuk tur singkat di area perkebunan ini bersama sang pemilik.
"Oke," Sooji setuju, tapi alisnya bertaut saat pria di depannya tidak juga beranjak, "apa yang kita tunggu, ayo pergi."
"Ini adalah kencan, kurasa bergandengan adalah salah satu yang wajib," suara Myungsoo yang terdengar santai membuat Sooji meringis, oh ya, mereka sedang kencan dan dia dengan tololnya malah asyik berjalan sendiri.
"Maaf...aku kebiasaan berjalan sendiri," ujarnya meminta maaf, lalu menyambut tangan Myungsoo yang langsung menggenggam tangannya dengan erat.
"Hmm, begini lebih baik."
Sooji hanya tersemyum malu mendengar gumaman tersebut, "maaf, ini kencan pertamaku, jadi..."
"Aku mengerti," Myungsoo menyela dengan penuh pengertian, dia memberikan senyum terbaiknya, "selain kencan pertama, apalagi yang pertama untukmu saat bersamaku?"
Sooji berpikir, "berkendara?" tanyanya ragu.
Myungsoo terlihat terkejut saat mengajukan pertanyaan, "kamu belum pernah naik di mobil pria lain?"
"Hmm selain ayah dan adikku, kurasa tidak."
"Astaga Bae Sooji, ke mana saja kamu selama ini."
Sooji merengut tak mengerti, ungkapan itu masih belum bisa dia tau apa maksudnya, "aku ada di sini selama enam bulan lebih," jawabnya dengan bingung.
Sementara itu Myungsoo sudah tertawa karena mendapatkan jawaban polos tersebut, dia mengangkat tangan mereka yang saling bergenggaman lalu mencium tangan halus milik Sooji.
"Sangat manis. Soojiku yang manis."
Sooji mengabaikan getaran yang terjadi dalam dirinya saat mendengar nada kepemilikan tersebut, tapi dia tidak bisa untuk tidak melambung karena pria itu memang benar-benar seorang perayu. Mencoba untuk tetap fokus, Sooji kembali menatap rombongan yang sudah ada di dekat mereka. Sang pemilik pertama-tama membawa para wisatawan untuk melihat kebun anggur dari jauh, deretan kebun anggur yang tertata apik terpampang di depan mata dan ada sebuah danau luas di bagian tengah .
Setelah itu mereka diajak menuju diaroma sejarah wine di dalam sebuah gedung yang di set audiovisual dengan sangat mahir. Ruangan selanjutnya adalah replika alat mesin penghancur anggur dan penyulingannya. Menuju ke lantai bawah, terdapat pabrik pengolahan yang semuanya berbahan stainless steel dengan ukuran super besar.
"Kami mulai produksi setelah musim panas berakhir, sayang sekali kalian datang terlalu cepat, jadi tidak bisa menyaksikan produksinya secara langsung," ujar Richard, sang pemilik perkebunan sambil tertawa kecil. Setelah melihat-lihat isi pabrik tersebut, mereka kemudian beralih ke tempat penyimpanan wine yang telah di suling, sebuah gentong besar yang terbuat dari kayu oak berjejer memenuhi ruangan tersebut. Sooji tidak bisa menyembunyikan raut terkejut sekaligus terkesima karena bisa melihat secara langsung, biasanya dia hanya melihat ini di tv atau melalui gambar.
"Kamu suka?"
"Ya, ini sangat menakjubkan," gumam Sooji sambil menyentuh salah satu gumbang yang ada di dekatnya.
"Mr. Kim, apakah kita bisa mengambil wine langsung dari drum ini?" Tanyanya penasaran bercampur antusias, Myungsoo yang melihatnya tidak bisa untuk tidak ikut merasa senang.
"Akan kutanyakan pada Richard, tapi kita harus menyelesaikan tur singkat ini dulu," jawab Myungsoo dan Sooji langsung mengangguk patuh.
Perawan yang manis dan sangat patuh.
Ruangan terakhir yang mereka kunjungi adalah gudang penyimpanan wine yang akan melalui proses akhir, yaitu fermentasi. Gudang tersebut berada di lantai basement dan seluas hanggar pesawat. Wine di sini telah dikemas dalam botol yang dimasukan ke rak kayu dengan posisi miring terbalik. Setiap botol memiliki garis di dasarnya untuk menandakan tahun pembuatan.
"Kenapa botolnya terbalik dan miring?" Tanya Sooji.
"Ini adalah proses fermentasinya, kemiringannya diputar setiap tiga kali agar fermentasinya sempurna," jawab Myungsoo membuat Sooji menatapnya takjub.
"Bagaimana kau tau?"
"Buku adalah jendela dunia, ingat?"
Sooji mengangguk, ya benar. Pria di sampingnya adalah seorang guru besar jadi wajar jika dia mengetahui banyak hal. Mengingat itu, Sooji teringat dengan ayahnya.
"Emm,"
"Ingin piknik?"
"Hah?"
Myungsoo mengangguk, "iya piknik, beberapa pasangan atau keluarga yang datang ke sini melakukan itu."
"Tapi kita tidak memiliki persiapan."
"Jangan khawatir, kamu hanya perlu duduk manis dan aku mengurus semuanya."
Sooji tidak tau, mengapa Myungsoo terlihat sangat berusaha keras untuk menyenangkannya. Apakah hanya demi keperawanannya? Jika perawannya telah diambil, lalu apa? Apa yang akan terjadi di antara mereka?
Sooji tidak lagi sempat memikirkan hal itu karena saat ini Myungsoo sudah menariknya keluar dari gedung besar tersebut.
"Tunggu di sini, aku akan mendapatkan perlengkapan piknik kita," ucap Myungsoo saat mendudukannya di sebuah bangku panjang. Sooji hanya memandangi punggung pria itu yang menjauh dan kembali masuk ke dalam gedung.
Helaan napas tercipta, hari ini terlalu indah untuk dirusak oleh pikiran-pikiran paranoidnya tentang kehilangan keperawanan.
"Yah, setidaknya aku masih memiliki pilihan untuk menerima atau menolak," gumamnya menyemangati diri sendiri.
Continued...
[04/05/18]
Sejujurnya nulis itu gk gampang. Untuk memberikan informasi, harus pake riset dulu dan risetnya itu gk segampang ngedipin mata. Untung kalau informasi di internet lengkap, kalau gk, bisa kacau dan terjadi pembodohan.
Jangan hanya karena ini fiksi jdi bisa sesuka hati, bikin alur atau karakter yang gk realistis, itu namanya pembodohan masal.
Jadi jangan anggap menjadi penulis itu gampang karena biarpun punya ide banyak, tpi belum tentu bisa dituangkan mentah-mentah menjadi sebuah cerita.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top