Traum 2 - Dosen Tamu
Pria itu mengibaskan coat hitam yang membungkus tubuh tegapnya, salah satu tangannya menenteng sebuah tas persegi dengan bahan terbuat dari kulit sementara tangan lainnya sibuk mengutak atik ponsel yang baru saja ia keluarkan dari saku jaket. Berjalan menyusuri jalan setapak, pria itu terus menunduk membaca detail schedule yang akan dilakukan selama dua hari berada di kota ini.
Kemarin ia melakukan perjalanan dari Roma langsung ke Prancis dengan pesawat terbang, dan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju ke kota ini dengan menggunakan mobil sewa sendirian, jarak tempuh dari Prancis ke Kota ini memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam, bukan waktu yang lama menurutnya, tapi cukup melelahkan ketika kau harus menyetir sendirian selama berjam-jam.
Alhasil, pagi ini di mana dia memiliki jadwal untuk mengisi sebuah kuliah umum di Universitas nomor satu di kota ini, ia malah terlambat. Tidak terlalu terlambat sebenarnya, karena jadwal mengajarnya tepat pukul sepuluh pagi dan sekarang kurang lima belas menit pukul sepuluh. Dia hanya kurang suka ketika memiliki waktu sedikit untuk menyiapkan diri, sebelum masuk kelas setidaknya dia harus mempunyai waktu paling sedikit tiga puluh menit untuk bersiap-siap, dan sekarang dia telah kehilangan limabelas menit berharganya hanya karena menyetir sialan.
"Mr. Kim, anda telah tiba."
Pria itu tersenyum samar ketika seorang wanita dewasa berpenampilan terlalu formal disertai dengan rambut tersanggul rapi di atas kepalanya, seakan telah memastikan bahwa tidak ada satu helaipun yang keluar dari jalinan rambutnya. Wajah wanita itu terlihat berbinar saat mengamatinya, sejurus kemudian pandangannya menjadi sedikit lapar dan merayu.
"Mrs. Brough, senang anda dapat menyambut saya pagi ini," ungkapnya ditambah dengan senyum menawan ketika mereka bersalaman membuat wanita itu semakin terpesona.
"Sudah tugas saya sebagai kepala bidang akademik di kampus ini, mari ikut saya."
Abigail Brough, adalah salah seorang dosen umum di kampus ini, seorang janda beranak satu yang ditinggal mati oleh suaminya. Sangat terlihat bahwa dia membutuhkan belaian seorang pria, dan pria yang ada di sampingnya saat ini adalah salah satu kandidat terbaik yang bisa menyalurkan fantasi liarnya selama bertahun-tahun ini.
"Kita akan segera menuju aula serbaguna, apa semua yang anda butuhkan telah sedia?"
Mrs. Brough bertanya dengan lirikan genit, membuat pria di sampingnya hanya tersenyum tipis.
"Tentu, saya hanya perlu waktu tambahan sekitar lima belas menit. Apa itu bisa?"
"Tentu saja. Apapun yang anda inginkan," kalimat itu terdengar seperti bermakna lain, dan begitulah Mrs. Brough inginkan.
"Ya, terima kasih."
Mrs. Brough sedikit kesal karena balasan datar yang diterimanya, padahal sejak tadi dia telah berusaha untuk memikat dosen muda tersebut. Dari desas-desus yang didengarnya, bahwa seorang Kim Myungsoo akan selalu menerima ajakan wanita manapun tanpa syarat, dan seharusnya pria itu sudah tergoda untuk mengajaknya malam ini. Tapi melihat bagaimana reaksi pria itu, sepertinya dia gagal.
"Silahkan, saya bisa mengorganisir para mahasiswa untuk masuk sesuai dengan jadwal yang anda inginkan," Mrs. Brough berjalan duluan memasuki aula serbaguna lalu menunjukan di mana Myungsoo bisa meletakkan tasnya.
"Terima kasih, Mrs. Brough," Myungsoo meletakkan tasnya lalu menatap wanita itu yang hanya berdiri diam di depannya, kedua alisnya berkerut saat mengira masih ada hal yang dibutuhkan wanita itu.
"Apa anda ingin mengatakan sesuatu?"
Mrs. Brough mengerjapkan mata lalu menggeleng dengan kikuk, "oh tidak. Kalau begitu saya permisi."
Myungsoo tersenyum penuh arti, sebelum wanita itu melangkah melewati pintu masuk, dia berseru, "Mrs. Brough?"
Mrs. Brough menghentikan langkahnya dan menoleh dengan cepat, wajahnya terlihat harap-harap cemas membuat Myungsoo ingin sekali tertawa, tapi alih-alih melakukannya, pria itu malah menarik sudut bibirnya melengkung ke atas sehingga menciptakan sebuah lekungan kecil di pipi kanannya.
"Jam 8 malam. Royal Hotel, 2341."
Myungsoo mengedipkan matanya dan Mrs. Brough langsung terpekik, terlihat sekali bagaimana wanita itu terkejut sekaligus puas dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Got it, Mr. Kim."
Setelah mengucapkan itu, Mrs. Brough langsung melanjutkan niatnya untuk keluar dari gedung tersebut. Sementara itu Myungsoo tersenyum miring, yah tidak ada salahnya melakukan penyegaran setelah hampir seminggu penuh dia disibukkan dengan jadwal yang padat.
***
Myungsoo tersenyum puas setelah mengakhiri kelasnya yang telah berlangsung hampir tiga jam tersebut. Dia tidak tau ternyata lumayan banyak yang antusias untuk mengikuti kelas ini, entah karena mereka memang tertarik dengan mata kuliah yang dibawakannya atau karena alasan terselubung yang lain.
Yah, siapa yang akan tau.
"Mr. Kim?"
Pria itu langsung mendongak saat mendengar suara seorang gadis yang memanggilnya, matanya melirik ke sekitar dan ternyata ruangan itu sudah lumayan sepi meskipun masih ada beberapa gadis yang masih duduk di tempat mereka sambil melirik penuh minat ke arahnya. Myungsoo tidak peduli pada hal yang sudah biasa terjadi itu, jadi dia kembali melirik gadis berkulit coklat dengan bola mata lebar dan bentuk tubuh yang sangat bagus.
Myungsoo tersenyum simpul, "ya, ada yang bisa saya bantu Miss..."
"Monica Rodriquez, just call me Monic."
"Nah, Miss Rodriquez, ada yang bisa saya bantu?"
Monica menggerutu karena dosen muda itu menolak memanggil nama depannya, tapi itu tidak penting. Ada satu misi yang lebih penting yang harus di lakukannya.
"Ya, saya ingin meminta bantuan anda."
"Oh ya, dan apa yang bisa saya lakukan untuk membantumu, Miss Rodriquez?"
"Anda melihat teman saya di sana?" Monica berbalik untuk menunjuk dua orang gadis yang masih duduk di salah satu bangku di sana, Myungsoo mengikuti arah pandangnya lalu mengangguk.
"Salah satu teman saya adalah orang Korea, dan mendengar kuliah anda tadi, dia kurang paham," Monica mulai bercerita, menunjuk Sooji yang memasang wajah masam dari tempatnya duduk.
Yang tidak diketahui oleh Myungsoo adalah, kedua tangan gadis itu diikat oleh Monica dan kakinya di tahan oleh Stefany yang kebetulan saat ini bertugas untuk menjaga agar Sooji tidak kabur.
"Apa anda bisa membantunya untuk memahami?"
Myungsoo mengamati Monica, menganalisa apa maksud dari permintaan gadis seksi di depannya ini, kemudian ia kembali menatap bangku di mana kedua teman gadis itu duduk, matanya menangkap wajah oriental salah satu gadis di sana dan dia bisa menebak jika teman yang dimaksud Monica adalah gadis itu.
"Maksudnya?" Myungsoo masih belum bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, ini sangat jarang terjadi dan bukan tidak mungkin bahwa ada maksud terselubung lain dibalik permintaan tersebut.
Monica menggeram pelan, dia mencondongkan tubuh atasnya sehingga berjarak dekat dengan wajah Myungsoo lalu berbisik dengan suara jengah.
"I mean, just fuck my girl."
"Oh..." mata Myungsoo membulat lalu mengerjap tidak percaya, sedetik kemudian dia tertawa.
"Maaf, sepertinya saya akan mengecewakan anda, Miss Rodriquez."
Monica kembali menggeram, "ayolah...she's a virgin."
Oh tidak. Myungsoo menggelengkan kepalanya. Perawan adalah satu-satunya yang harus dia hindari, karena hanya dengan meniduri perawan, akan membawa banyak masalah untuknya.
"Maaf."
Penolakan itu membuat Monica mendesah keras lalu berbalik meninggalkan Myungsoo dengan perasaan jengkel. Myungsoo hanya mengamati gadis itu mendekati kedua temannya, lalu menyaksikan sesuatu yang cukup menarik.
Si gadis Korea ternyata sedang dikerjai karena dia bisa melihat si seksi Monica melepaskan simpul tali yang mengikat pergelangan tangannya.
"Hmm, kelakuan anak muda." Gumamnya dengan geli, lalu beranjak keluar dari aula. Setelah ini tidak jadwal apapun, jadi dia berniat kembali ke hotel dan menanti Mrs. Brough yang seksi malam ini untuk mengunjungi kamarnya.
"Mr. Kim, Mr. Kim!"
Myungsoo yang baru saja berbelok untuk keluar dari kawasan aula serbaguna langsung berhenti dan membalikan badan saat mendengar namanya di panggil, tepat saat itu juga seorang gadis berambut hitam menghampirinya.
Gadis itu menunduk untuk mengatur napasnya, lalu mendongak untuk menatap Myungsoo.
"Tolong jangan menganggap serius perkataan Monica, dia hanya sedang ingin mengerjaiku. Maafkan saya."
Myungsoo hanya diam mengamati wajah gadis di depannya, mata cokelatnya yang berbinar cemas, hidung mancung, tapi kelihatan mungil, dan bibir merah mudah yang terlihat sangat segar.
Pria itu memejamkan mata tanpa sadar, dan wajah itu muncul dalam rekaman memorinya. Saat dia membuka mata, wajah itu masih terpampang di depannya dengan nyata.
"Kau..."
"Oh maaf, Bae Sooji. Maafkan kelancangan teman saya, Mr. Kim."
Sooji menunduk sedalam-dalamnya takut akan reaksi dosen muda di depannya. Tadi setelah dia puas memaki Monica, gadis itu dengan santainya mengatakan sang dosen telah setuju dan akan menunggunya pulang. Mendengar itu Sooji jadi panik dan segera keluar dari gedung serbaguna untuk mengejar dosennya.
Dia berharap sang dosen tidak benar-benar menganggap serius bualan Monica.
"Bae Sooji?"
"Ya," Sooji mengangguk, sedikit terkejut saat sang dosen ternyata mengamatinya dengan sangat intens. Seketika dia menjadi gugup dan takut.
"Mr. Kim?"
Tanpa diduga-duga tangan Myungsoo langsung naik untuk merangkum wajah Sooji, mata gadis itu melotot tak percaya dengan reaksi tubuh yang menegang.
"Mr. Kim, anda..."
"Kamu nyata?"
Kalimat Sooji terhenti saat mendengar pertanyaan itu, alisnya bertaut bingung, tapi melihat bagaimana seriusnya wajah dosen tersebut membuatnya mau tak mau memikirkan maksud pertanyaan tersebut.
"Ya, aku nyata," dan dengan bodohnya Sooji malah menjawab pertanyaan konyol itu dengan suara bergetar.
Dia takut sebenarnya. Ini adalah pertama kalinya seorang pria menyentuhnya sebanyak ini, ditambah posisi tubuh mereka yang hampir bersentuhan membuat perasaannya semakin kalut.
"Mr. Kim, bi-bisa lepaskan tangan anda?"
Myungsoo kembali memejamkan matanya, menyentuh wajah itu rasanya seperti dalam mimpi. Mimpi yang sudah bertahun-tahun dialaminya, mimpi panas bersama seorang wanita yang wujudnya nyata di hadapannya saat ini.
"Baiklah."
"Ya?" Sooji terkejut saat Myungsoo membuka matanya tiba-tiba dan langsung menarik tangannya, "Mr. Kim?"
"Kata temanmu, kamu membutuhkan pelajaran private. Aku akan melakukannya."
"Tidak!" Sooji menjerit lalu melepaskan tangannya dari genggaman Myungsoo, "sudah kukatakan Monic hanya bercanda. Anda tidak perlu melakukannya," Sooji melanjutkan dengan mata melotot.
"Ini, astaga! Ini gila!"
Sooji melarikan diri, berlari sekencang mungkin hanya agar dosen tolol itu tidak mengejarnya. Dia tidak bodoh karena mau memberikan perawannya pada pria asing, ide ini memang sangat gila.
Monica dan Stefany benar-benar membuatnya gila.
To be continued...
[28/04/18]
Nah, yg tebakannya benar siapa?
Btw cerita ini sedikit lebih nakal ya jdi jgn kagok 😂
Oh ya aku mau info, Et Dilectio versi original fiction bakal aku publish di lapak ini, jadi mohon dukungannya ya 😁 makasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top