Traum 19 - Aku Masih Mencintainya
Panjang loh ini 😁
.
.
.
Jinyoung tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak mempertanyakan perihal kelakuan Sooji yang menurutnya tiba-tiba berubah. Di awal, kakaknya setuju untuk membantu Sena selama masa kehamilan gadis itu. Dia juga berjanji akan menemani Sena dalam mempersiapkan beberapa kebutuhannya, tapi satu minggu terakhir Sooji terkesan menghindar. Ketika Sena datang ke rumah untuk bertemu dengannya, ada saja alasan gadis itu untuk menolak bertemu, sampai-sampai menggunakan alibi 'sibuk' sebagai alasan. Ia yang tidak tau masalah apa yang sedang terjadi, berinisiatif untuk bertanya pada Sena yang ternyata tidak membantu sama sekali karena gadis itu memilih bungkam tanpa menjawab apapun. Semua itu membuatnya frustasi, apa sebenarnya yang terjadi sampai kakaknya bisa berubah drastis hanya dalam beberapa hari?
"Sooji, Sena ingin bertemu denganmu."
Sooji yang saat ini sedang mengerjakan tugas kuliahnya hanya menoleh sekilas kemudian kembali menekuni lembar-lembar tugasnya, Jinyoung menghela napas. "Sebenarnya apa masalah kalian. Kenapa kau tiba-tiba menghindari Sena begini? Apa dia berbuat salah padamu?" Pertanyaan Jinyoung sama sekali tidak mendapatkan jawaban, membuat pemuda itu berjalan mendekat sampai ketika berada di samping kursi yang diduduki oleh kakaknya, dia menyentuh pundak gadis itu lalu berujar "Kau bisa mengandalkanku, kau tau itu."
Sooji masih tidak memberi respon apapun. Jinyoung kembali menghela napas, "aku akan ke bawah. Jika kau berubah pikiran, turunlah."
"Ingat Sooji, semua masalah selalu ada solusinya."
Setelah kepergian Jinyoung, Sooji menatap kosong lembar-lembar tugasnya. Ia memikirkan perkataan Jinyoung. Adiknya benar, semua masalah pasti ada solusinya, tetapi masalah yang ia hadapi saat ini sama sekali tidak memiliki solusi apapun. Ia hanya ingin menghindar saja. Tidak ingin terlibat apapun lagi. Myungsoo, Sena, atau siapapun, ia tidak ingin menemui mereka semua yang akan mengingatkannya tentang kebodohan yang telah ia lakukan. Seharusnya Jinyoung bisa sadar akan hal itu. Tapi bagaimana pria itu mau menyadarinya jika Sooji sendiri enggan untuk menceritakan perihal masalah yang sedang ia hadapi saat ini?
Gadis itu menghela napas panjang, tapi Sena juga tidak bersalah. Gadis itu hanya berada dalam situasi yang tidak terduga-duga. Masalahnya sama sekali tidak berhubungan dengan gadis malang itu, hanya karena kebetulan Sena mengenal Myungsoo, jadi gadis itu terkena imbas kemarahan Sooji. Seharusnya Sooji bisa berpikir lebih realistis lagi, Sena adalah gadis yang baik. Tidak mungkin gadis itu ikut bersekongkol untuk menyakitinya. Bahkan ketika mengutarakan semuanya, Sena terlihat sangat senang ketika mengetahui apa hubungan yang terjadi antara dirinya dan Myungsoo.
Jadi kenapa ia harus menghindari Sena juga?
Setelah berpikir panjang, Sooji beranjak dari kursi, mengabaikan lembar tugas yang belum selesai dikerjakan lalu bergegas keluar dari kamar. Menuruni tangga untuk mencari keberadaan Jinyoung dan Sena, tapi keadaan rumah siang itu sangat sepi. Ia tidak menemukan mereka berdua di sana. Karena berpikir mungkin saja Sena berada di kamar Jinyoung, akhirnya ia kembali ke lantai dua di mana letak kamar adiknya berada.
"Jinyoung..." Sooji menarik napas ketika tidak menemukan siapapun di sana selain adiknya yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Pria itu terlihat kaget karena kemunculannya yang tiba-tiba. "Mana Sena?" Ia kemudian bertanya karena tidak melihat Sena di manapun. Otak Jinyoung langsung bekerja, berpikir mungkin Sooji sudah berubah pikiran, jadi ia segera turun dari ranjang lalu mendekati gadis itu.
"Dia pulang saat aku bilang kau tidak ingin menemuinya." Sooji mendesah kecewa saat mendengarnya. Bisa membayangkan bagaimana sedihnya Sena ketika harus mendapatkan penolakan darinya lagi, padahal selama ini Sena sudah menganggapnya sebagai seorang kakak dan dia dengan bodohnya mengabaikan gadis itu. "Jadi sudah berubah pikiran?" Pertanyaan itu membuat Sooji menatap adiknya, memikirkan beberapa hal sebelum akhirnya memutuskan apa yang akan dia lakukan. Setelah beberapa saat, helaan napas tercipta dari bibirnya. berjalan melewati Jinyoung yang berdiri di depannya kemudian mengambil tempat duduk di sofa yang berada dekat jendela beranda. Ia menatap raut keheranan Jinyoung, meminta pria itu mendekat dengan kode menggunakan tangannya.
"Ada apa?"
"Aku akan bercerita," Sooji bergumam, baru saja Jinyoung ingin menjawab, gadis itu langsung menggeleng tegas, "tapi jangan menyelaku. Dengarkan aku sampai selesai, baru setelah itu kau bisa berkomentar." Kecamnya dengan mimik serius, Jinyoung yang mengerti keinginannya hanya mengangguk pasrah saat duduk di samping kakaknya.
"Oke, aku akan mendengarkan." Sooji menarik napas panjang, ia menatap Jinyoung lama lalu menunduk menarik kedua tangan pria itu, "sebelumnya aku minta maaf. Aku akan melakukan pengakuan dosa padamu."
Jinyoung hanya diam, seperti keinginan Sooji. Dimulai ketika gadis itu bercerita, awalnya ekspresinya biasa saja, tetapi ketika cerita itu semakin berlanjut, dia tidak bisa mengontrol raut wajahnya. Siapapun bisa menebak jika saat ini Jinyoung sedang marah, dengan cuping telinga yang memerah, mata membulat, bibir tertekuk menipis serta kerutan dalam di antara kedua keningnya. Itu adalah ekspresi marah yang paling tidak ingin dilihat oleh Sooji, jadi gadis itu hanya menunduk.
"Dia telah menikah...dengan wanita yang dia hamili." Ucapnya terputus-putus, karena merasa matanya kembali perih. Sooji bisa menebak jika sebentar lagi ia akan menangis. "Tapi aku mencintainya...aku masih mencintainya."
"Bodoh."
Airmata yang sudah terbendung sejak tadi akhirnya tumpah. Bukan tangisan kencang yang dilakukan, tetapi hanya isakan tertahan yang terdengar pilu membuat Jinyoung yang mendengarnya merasa semakin marah.
"Dasar bodoh."
Sooji sadar, dia memang sangat bodoh. Jelas-jelas Myungsoo telah menyakitinya, juga berbohong padanya, bahkan meninggalkannya, memilih menikahi wanita lain, tapi dia masih tetap mencintai pria itu. Ia tidak bisa menipu dirinya sendiri dengan berkata akan melepaskan Myungsoo, ingin menghindar atau bahkan melupakan perasaannya. Karena kenyataannya, ia sudah terlalu mencintai, sudah terlanjur dalam perasaannya terhadap pria itu, jadi sekeras apapun berusaha membunuh perasaannya maka perasaan itu malah semakin kuat bersarang di hatinya.
Jangan katakan dia tidak pernah mencoba, karena selama satu minggu terakhir ia sudah menanamkan pemikiran di otaknya bahwa Myungsoo bukan satu-satunya. Pria itu tidak pantas mendapatkan cintanya, tapi semakin meyakini kalimat itu, malah hatinya semakin memberontak mengatakan bahwa dia hanya menginginkan Myungsoo, pria itu juga mencintainya.
"Apa yang kau harapkan dari laki-laki bajingan itu?" Suara ketus Jinyoung membuat isakan Sooji semakin keras, ia tau bahwa Myungsoo adalah bajingan, tapi hatinya seperti buta akan semua itu. "Jadi kau berubah karena semua ini? Karena laki-laki itu memilih perempuan lain dan mencampakanmu?"
"Dia tidak mencampakanku." Sooji bergumam lirih.
"Lalu apa?" Jinyoung berteriak, pria itu menarik napas tajam, "lihat apa yang sudah dia perbuat! Dia tidur denganmu dan sekarang apa?" Teriakannya membuat keadaan menjadi hening. Sooji terkejut mendengar hal itu, tidak menyangka jika adiknya berani berkata kasar terhadapnya. Jinyoung mengusap wajahnya, melihat Sooji yang tersentak membuatnya sadar jika dia sudah kelewatan, jadi dia melanjutkan dengan suara yang lebih tenang. "Dia sudah menikah Sooji. Apa yang kau harapkan?"
Sooji mengangkat wajahnya, menatap Jinyoung dengan pandangan miris seperti menjawab pertanyaan pria itu. "Tidak. Aku tidak akan setuju jika kau berniat berada di antara mereka," adalah respon Jinyoung ketika sadar apa yang dipikirkan oleh kakaknya, "biarpun kau berkata kalian saling mencintai. Walaupun dia tidak mencintai istrinya, tapi perempuan itu adalah istrinya. Dia yang akan selalu benar dan kau akan disalahkan. Aku tidak akan membiarkannya." Sooji kembali menunduk. Benar, seberapa besarpun perasaannya, atau seberapa keras usaha Myungsoo untuk mempertahankan hubungan mereka. Pada akhirnya, hanya dialah yang akan terlihat buruk di mata orang-orang. Dialah yang merebut Myungsoo dari istrinya, seperti itulah skema yang akan terjadi. Meskipun dia yang lebih dulu menjalin hubungan bersama Myungsoo, tapi orang-orang tidak akan mau tau tentang hal itu. Mereka taunya saat ini perempuan itu adalah istri sah Myungsoo dan dia hanyalah perempuan asing yang berniat merusak rumah tangga orang.
"Tapi aku mencintainya."
Jinyoung menghela napas, ia tidak bisa memarahi Sooji karena gadis itu hanya mengungkapkan apa yang dia rasakan. Selama ini ia tau bahwa kakaknya tidak pernah berada dalam fase ini. Sejauh ini, Sooji hanya fokus dalam belajar, sebagaimana karir ayah mereka, dia ingin kelak menjadi seperti sang ayah. Seorang guru besar yang bisa membagikan ilmunya kepada semua orang, serta memiliki banyak kontribusi dalam dunia pendidikan di negara ini. Untuk pertama kalinya, Sooji datang padanya dan bercerita mengenai kehidupan asmaranya. Jinyoung tidak berpikiran tertutup mengenai gaya pacaran yang dipilih Sooji karena nyatanya, negara merekapun tidak asing lagi dengan hal seperti itu. Dia memiliki teman yang memiliki gaya hidup bebas, dan tidak akan menuntut atau menghakimi mereka karena itu adalah pilihan mereka. Seperti Sooji, gadis itu tidur bersama pria yang dianggapnya sebagai kekasih dan layak bersamanya adalah pilihannya. Tapi ketika tau bahwa pria itu telah menyakiti kakaknya, dia juga tidak bisa tutup telinga dengan masalah ini.
Terlebih ketika Sooji sudah terlanjur mencintai. Itu akan sangat sulit.
***
"Sena." Sena yang baru masuk ke dalam rumahnya sedikit terkejut karena menemukan Myungsoo berada di sana, pria itu terlihat cemas ketika menatapnya. "Kau dari mana saja?" Tanyanya kemudian, dia benar-benar mengkhawatirkan keadaan Sena yang tidak ada di rumah sejak tadi, padahal gadis itu sedang tidak sehat.
"Aku ke rumah Sooji Eonni."
"Sooji?" Mendengar nama Sooji, membuat ekspresi wajah Myungsoo berubah. Terlihat sebuah pengharapan di sana namun, saat menyadari wajah Sena sangat murung, ia menjadi lesu, "dia masih tidak ingin bertemu denganmu?" Dengan sedih Sena mengangguk. Memahami perasaan gadis itu, ia berinisiatif merangkul dan membawanya untuk duduk, agar keadaannya jauh lebih tenang.
"Sooji wanita yang baik, dia melakukan ini hanya untuk menenangkan diri. Jangan khawatir, dia pasti akan mau bertemu denganmu lagi."
"Tapi aku sedih, Oppa. Seharusnya aku tau, seharusnya aku percaya padamu."
Myungsoo menghela napas, mengusap kepala Sena dengan sayang, "sudahlah, semua sudah terjadi. Lagipula kau percaya ataupun tidak, aku tetap akan menikah."
Sena merengut, ia terlihat sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi. Seharusnya dulu dia percaya ketika Myungsoo berkata telah bertemu dengan perempuan yang selama ini dicarinya, dia juga harusnya percaya jika semua yang dikatakan pria itu adalah kenyataan bukan sekedar hayalan. Kalau sudah begini siapa yang harus disalahkan?
"Tidak bisakah kalian berpisah saja dan kau kembali bersama Sooji Eonni?" Sena sudah terlalu putus asa dengan keadaan yang sekarang. Bagaimana tidak, jika ia sendiri yang menyaksikan ketika Sooji keluar dari kamarnya dalam keadaan yang sangat hancur dan parahnya Myungsoo tidak melakukan apapun untuk mencegahnya. Pria itu hanya terdiam dalam rasa bersalah yang teramat besar sehingga Sena turut merasakannya.
"Sena.."
"Kau tidak mencintainya kan? Kau mencintai Sooji Eonni kan?"
"Tidak semudah itu Sena."
"Apanya yang tidak mudah? Kalian menikah hanya karena bayi itu. Kau masih bisa tetap mengakuinya sebagai anakmu tanpa menjadi suami dari ibu bayi itu." Sena berkata frustasi, ia terlihat menggebu-gebu ketika mendesak Myungsoo yang mana membuat pria itu memandangnya prihatin kemudian menegur dengan suara rendah, "Sena, yang kau maksud ibu dari bayi itu adalah kakakmu sendiri."
"Ada apa denganku?" Kedua orang itu lantas terkejut mendengar sebuah suara yang tiba-tiba muncul. Sena melotot dengan mata berkaca-kaca, sementara Myungsoo berusaha mengatur ekspresi wajahnya agar tetap tenang ketika menatap wanita itu. "Kalian sedang membicarakanku?" Tanyanya kemudian mendekat membuat tubuh Sena menjadi tegang.
"Eonni..."
"Apa yang kalian bicarakan?" Wanita itu berbicara lagi, tanpa memberi kesempatan pada Sena untuk melanjutkan kalimatnya, "jangan katakan kalian ingin memberikanku kejutan." Senyumannya terkembang, ia menatap Myungsoo dengan senang lalu duduk di dekat pria itu, "benarkah?"
Myungsoo tersenyum kecil, lalu menggeleng, "kami hanya membicarakan masalah bayi kita," jawabnya dengan santai, Sena terlihat lega namun, wanita di sampingnya masih belum percaya.
"Masa? Bukankah ulang tahunku sebentar lagi? Pasti kalian berbohong kan, sayang?" Wanita itu bergelayut manja di lengan Myungsoo sambil mengusap jemari pria itu. Sena yang melihatnya hanya memutar bola mata sementara Myungsoo berusaha menghindar.
"Tunggu, aku mendapatkan panggilan masuk. Tunggu sebentar..."
Setelah berhasil melepas rangkulan sang istri, Myungsoo bergegas dari sana sambil mengeluarkan ponselnya yang tidak bergetar sama sekali dari saku. Lalu berpura-pura menempelkan benda itu ke telinga sambil berbicara sendiri. Sampai ketika dia menghilang di balik pintu, keadaan dalam ruangan menjadi lebih genting.
"Yoon Sena..."
"Iya?" Sena menatap kakaknya dengan wajah tenang, ia tidak boleh terlihat gugup apalagi terlihat seperti baru saja melakukan kesalahan, karena apa yang dilakukannya sudah benar.
"Katakan apa yang kalian bicarakan."
"Aku tau kau mendengarnya, Eonni." Sena menjawab dengan suara menantang, ia mendapati sang kakak menatap sengit padanya lalu kemudian tersenyum manis, sambil mengusap perutnya yang sudah membesar. Seketika Sena bergidik ngeri.
"Kau tau, Myungsoo adalah ayah dari anakku. Dia tidak mungkin meninggalkanku." Ucapnya dengan raut penuh percaya diri. Dia memang mendengarnya, gumam Sena dalam hati. Dasar licik. Sejak awal, Sena memang tidak pernah setuju Myungsoo berhubungan dengan kakaknya. Dia yang terlebih dulu mengenal Myungsoo merasa bahwa pria itu bukan orang yang tepat untuk kakaknya, bukan karena keburukan Myungsoo melainkan karena keburukan kakaknya sendiri.
Ketika mengetahui kakaknya berhasil merayu Myungsoo dan membuat pria itu mau menghabiskan malam bersamanya, saat itu Sena sangat marah sampai-sampai ia memusuhi pria itu yang notabennya adalah dosennya sendiri. Ia tidak ingin Myungsoo terjebak kelicikan kakaknya karena sudah menganggap pria itu sebagai kakak sekaligus pengganti ayah. Meskipun mereka saudara kandung, Sena tidak menyukai kelakuan kakaknya sebab ia sudah menyaksikan sendiri berapa banyak pria yang berhasil dipermainkan oleh wanita itu. Jadi ia sangat menentang hubungan mereka, tetapi ketika perempuan licik itu mengaku hamil dan melakukan tes yang menunjukan anak itu adalah positif milik Myungsoo, ia tidak punya pilihan lain selain ikut mendukung keputusan orangtua Myungsoo. Meskipun dengan tidak rela.
Sekarang ia malah menyesali perbuatannya.
"Kita lihat saja nanti, Yoon Sohee."
***
Continued.
[19/08/18]
Sudah tau kan siapa istri Myungsoo?
Nah sok atuh...siapa yg mau di dukung tuh??
Oh ya, updatenya masih seminggu sekali ya (diusahakan) mau ngeliat pangsa pasar juga sih *jielah bahasanya wkwkwk* skalian nunggu vote ato komen yg nambah tiap hari wkwk biar makin semangat. Soalnya kalo pembaca malas, yg nulis malah makin malas 🤣🤣 ya biasanya sih dari pengamatan sekaligus pengalamanku 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top