Traum 18 - Eat Your Bullshit Myungsoo!
Dikiranya, mengetahui kebenaran akan membuat perasaannya menjadi lega. Membuatnya mengambil keputusan untuk memilih, dan dikiranya itu akan membantunya dapat memantapkan hati agar bisa menjauh. Karena berpikir mumpung ia belum sejatuh itu sampai harus merasa hancur sekali ketika memilih mundur. Tetapi, efek akibat kebenaran yang ia dengar ternyata jauh berbeda dengan apa yang di harapkan.
Ketika mengetahui segalanya, Sooji tidak tau mengapa hatinya begitu sakit, meskipun sebelumnya ia memang telah menebak kemungkinan terburuknya, tapi mendengar secara langsung apa yang telah ia prediksi dari Sena membuatnya patah. Disitulah ia menyadari bahwa dirinya sudah jatuh begitu dalam terhadap Myungsoo, perasaannya sudah terlalu besar sehingga berefek menyakitkan untuknya. Dan ia menjadi ragu akan keputusan yang ingin diambil, mundur dengan resiko hatinya patah berkeping-keping atau mempertahankan hatinya dari rasa sakit.
Setelah Sena bercerita, ia meminta waktu sendiri untuk berpikir. Tapi itu kesalahan besar karena ketika Sena meninggalkannya, ia sama sekali tidak dapat berpikir. Otaknya kosong, hanya satu kenyataan yang memenuhi kepalanya saat ini. Myungsoo telah menikah.
"Sooji?"
Gadis itu mendongak saat mendengar suara lain dalam kamar Sena, ia menatap pria yang berdiri di ambang pintu dengan napas tercekat, "boleh aku masuk?" Tanyanya, tetapi pria itu tidak menunggu jawaban karena dia sudah masuk ke dalam kamar Sena sekaligus menutup pintu, meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan yang sama. Tubuh Sooji berubah tegang ketika menyadari pria itu mendekatinya namun, tak ada yang ia lakukan kecuali menatapnya.
"Please...aku bisa menjelaskan semuanya." Sooji hanya menatap Myungsoo dengan pandangan tak bermakna, gadis itu tidak memiliki kekuatan untuk merespon apapun, "dengarkan aku, please..."
Baru ketika pria itu duduk di sampingnya, menyentuh tangannya barulah Sooji merespon. Ia berjengkit sebelum menjauh dari Myungsoo yang hanya memberinya pandangan terluka. Tunggu dulu, siapa yang sudah melukai siapa di sini? Myungsoo seharusnya tidak pantas untuk menatapnya seperti itu setelah apa yang dia lakukan. Pikirnya, tapi ia tidak dapat mengeluarkan satu katapun dari bibirnya.
"Aku bisa menjelaskan semuanya, ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Kedua alis berkerut, mengapa semua orang yang kedapatan melakukan kesalahan akan selalu memulai pembelaan diri dengan kata 'tidak seperti yang kau pikirkan', dan mengapa kalimat itu selalu berhasil menjadi tameng bagi pihak yang bersalah? Atau memang hanya dirinya saja yang terlalu lemah dan bodoh, karena sekarang ia malah berharap bahwa memang itulah yang terjadi. Apa yang dipikirkannya tidaklah benar.
Tapi, Sena sudah mengkonfirmasinya. Pernikahan itu telah terjadi.
"Apa...yang kau tau dalam pikiranku," gadis itu mendengus, sadar bahwa ia hampir terjatuh dilubang yang sama lagi. "Kau bahkan tidak tau apapun tentangku." Lanjutnya dengan sengit, membuang muka saat Myungsoo memberinya tatapan nanar. Ia tidak ingin kembali dimanipulasi untuk kesekian kalinya, sudah cukup pria itu mempermainkan hatinya.
"Aku bisa jelaskan."
Sooji mendengus, tidak tau Myungsoo akan mengatakan apa sebagai pembelaannya, "apa yang mau kau jelaskan? Semua sudah jelas kan, kau menikah." Tudingnya dengan sinis, ia melirik Myungsoo yang hanya diam saja tanpa menyangkal membuatnya marah, "nah! Kau bahkan tidak bisa mengatakan apapun untuk menyangkalnya! Bajingan." Desisnya sebelum beranjak untuk pergi dari sana, ia tidak kuat lagi jika harus kembali mendengar semuanya. Hatinya sudah remuk.
"Sooji tunggu."
"Lepaskan aku," Sooji menyentak tangannya yang ditahan pria itu, tapi Myungsoo tidak melepaskan.
"Biar kujelaskan padamu, ini semua..."
"Kalau begitu jelaskan!" Sooji menjerit frustasi, tanpa sadar airmatanya yang sejak tadi ditahan keluar membuat Myungsoo terpaku saat menatapnya. "Kau merayuku, membuatku percaya sehingga membiarkanmu menjadi pertama untukku. Berkata mencintaiku, merindukanku, kau mengatakannya berkali-kali sampai aku menganggap itu adalah kebenaran yang membuatku berharap. Tapi lihat sekarang dirimu..." dengan mata basah Sooji menatap pria di depannya, ia mengernyit jijik, "eat your bullshit Myungsoo!"
"Dengarkan aku sekali saja, setelah itu kau bebas memilih," Myungsoo mengambil kesempatan untuk berbicara. Ketika melihat Sooji hendak memprotes ia kembali berucap, "sekali saja, kumohon...aku tidak berbohong padamu, semua perasaanku adalah nyata. Aku mencintaimu, Sooji."
"Tidak. Aku tidak akan percaya pada bualanmu lagi."
"Aku mengatakan yang sebenarnya. Kau mengenalku, kau akan tau kapan aku berkata bohong padamu."
Sooji menatap Myungsoo, ia dapat melihat kesungguhan pria itu ketika berbicara. Bagaimana wajahnya terlihat bersungguh-sungguh ingin meyakinkannya, tapi ia tidak tau apakah itu kebenaran atau akting semata. "Tidak, aku tidak mengenalmu," jawabnya dengan suara serak. Ia tidak mengenal Myungsoo sejauh itu untuk menyadari bahwa selama ini pria itu hanya mempermainkannya.
"Sooji, please..."
Keheningan terjadi di antara mereka. Myungsoo menunggu, sementara Sooji bepikir. Apakah ia akan membiarkan Myungsoo melakukan pembelaan diri dengan menjelaskan padanya, atau ia menolak dan pergi saja dari sana? Toh, ia sudah mendapatkan semua kebenarannya dari Sena. Gadis itu sudah menjelaskan semua padanya. Jadi apa lagi yang perlu didengarkan.
Tapi kau belum mendengarnya dari Myungsoo. Batin Sooji menyuarakan hal yang berbeda dari otaknya. Mungkin saja ini tidak akan adil tanpa mendengarkan penjelasan dari Myungsoo. Tapi apakah semuanya akan berbeda, atau sama saja yang memungkinkan hatinya dijatuhkan kembali.
Atau, jauh dilubuk hati Sooji, ia masih memiliki harapan akan hatinya. Harapan akan sesuatu yang berbeda untuk dijelaskan dan sesuatu yang memang terjadi tidak seperti perkiraannya. Seperti kata pria itu.
"Baiklah, speak up." Dan pada akhirnya Sooji menyerah pada perasaannya yang terlalu lemah, pada akhirnya ia membiarkan Myungsoo melakukan pembelaan diri. Meskipun itu berpotensi membuat lukanya semakin dalam, tapi setidaknya penjelasan pria itu bisa membuatnya tau semuanya. Ia hanya berharap Myungsoo berkata jujur padanya.
**
Sooji terpaku, entah harus bereaksi seperti apa. Intinya saat ini perasaannya berkecamuk. Ia ingin marah, tapi tidak dimungkiri perasaan lega itu juga ada dalam dirinya. Tapi, dia juga tidak bisa menahan amarahnya karena merasa tidak mengetahui apapun tentang Myungsoo. Ia merasa seperti orang yang tolol ketika menghabiskan waktu bersama pria itu, melewatkan hari-hari yang menyenangkan tanpa tau bahwa ada sesuatu yang seharusnya tidak ditutupi di sana. Ada masalah yang seharusnya tidak disembunyikan darinya.
"Kau bohong," tukas Sooji mencoba untuk tidak mempercayai apa yang dikatakan Myungsoo kepadanya. Bisa saja itu adalah kebohongan lain pria itu.
"Aku berkata jujur, semuanya terjadi sebelum kita bertemu," Myungsoo menjawab dengan lugas, "di Bordeaux, satu hari setelah kuliah umum yang kubawa, seharusnya aku sudah kembali ke Korea. Tapi aku memperpanjang waktu tinggalku di sana. Bukan hanya karena telah bertemu denganmu, tetapi juga untuk berpikir mengenai masalah ini."
Sooji terdiam mendengarnya. Seperti cerita Myungsoo di awal, kalau wanita itu adalah salah satu mantan teman kencannya dulu. Dia datang kepada Myungsoo dalam keadaan hamil dan meminta pertanggung jawaban pria itu, tetapi Myungsoo tidak merasa sudah menghamili wanita itu. Mereka hanya berhubungan satu malam, cukup mustahil jika hubungan itu langsung membuahkan hasil, jadi pria itu menolak. Dua hari setelahnya dia ke Roma untuk menghadiri seminar yang berakhir dengan mengajar kuliah umum di universitas Bordeaux.
Itulah yang membawa Myungsoo bertemu dengan Sooji.
"Tapi kau menikahinya," Sooji bergumam tidak senang, "dan itu setelah bertemu denganku." Ia mendesis di akhir kalimat, meskipun perasaannya sudah lega karena tau bahwa wanita itu belum tentu hamil anak darinya, tapi pada akhirnya Myungsoo memutuskan untuk menerima wanita itu.
"Aku menolaknya, berulang kali aku menolaknya, tapi mereka tidak mendengarkan dan mendesakku untuk menikahinya."
"Pria macam apa yang bahkan hak untuk memilihnya sudah tidak ada," sindir Sooji dengan kejam, ia mencibir menatap pria di depannya, "lemah." Myungsoo tidak memiliki pembelaan apapun atau tudingan tersebut, ia menghela napas ketika menyisir rambutnya dengan jari, "orangtuaku ikut mendesak Sooji. Aku tidak bisa menolak mereka." Sooji masih tidak menurunkan pandangannya, membayangkan Myungsoo yang usianya sudah sangat dewasa masih bersembunyi dibalik punggung orangtua membuatnya harus menahan tawa miris. Ya apa yang bisa dia lakukan ketika Myungsoo lebih memilih menuruti orangtuanya daripada harus mempertahankan hubungan mereka.
"Tapi belum tentu dia anakmu! Kau sendiri yang bilang kalau kai tidak menghamilinya."
Myungsoo meringis, kini ia tidak tau harus menyampaikan seperti apa kepada Sooji. Satu-satunya alasan mengapa dia terpaksa menikah adalah karena anak yang dikandung wanita itu positif anaknya sendiri, darah dagingnya. Itupula yang membuat orangtuanya murka, sehingga memaksa bahkan sampai menyeretnya untuk bisa menikahi wanita itu. Jadi bagaimana caranya dia akan memberitau Sooji ketika wajah gadis yang dicintainya ini terlihat penuh dengan harapan.
Atau tidak?
"Bajingan! Kau memang menghamilinya!"
Tendangan terasa di tulang keringnya, lalu satu pukulan mendarat di bahu, satu lagi di perut, dan kemudian pukulan-pukulan itu menjadi lebih banyak dan keras sampai-sampai Myungsoo harus mengelak atau tidak membuat pertahanan diri agar tidak kesakitan. Untuk ukuran seorang perempuan, Sooji memiliki tenaga yang cukup besar tidak seperti gadis-gadis lain yang lemah, dan itu baru diketahui Myungsoo hari ini.
***
Continued..
[10/08/18]
Maafkan gaes updatenya lama banget 🙏
Aku mau info aja, mulai sekarang aku gk bisa update cepat. Paling tidak seminggu sekali, itupun bakal diusahakan banget (aku gk janji). Soalnya aku punya kesibukan lain jdi yg di sini gk bisa jdi prioritas. Mohon pengertiannya ya 🙏🙏🙏
Dan maaf kalau pendek pendek ya 🙏🙏🙏🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top