Traum 13 - Cemburu tanda Cinta

Yang rindu dosen cabul mana suaranya??? 🙋‍♀️🙋‍♀️🙋‍♀️

Maaf buat kalian nunggu lama enjoy yaa dan semoga lapak ini masih dan makin rame 😊

.
.
.

Duo mesum Monica dan Stefany hanya melongo dengan mulut terbuka lebar, sementara di depannya Sooji menatap kedua sahabatnya dengan kening berkerut, menebak jika dua gadis itu masih belum memahami apa yang baru saja dia ceritakan. Jadi dia mengulang ceritanya dengan artikulasi yang lebih jelas, intonasi pas, serta tempo yang lambat, hanya agar kedua sahabatnya bisa mencerna dengan baik setiap kalimat yang dia ucapkan.

Tapi hasilnya sama saja, wajah mereka berdua tetap tidak berubah sama sekali, seperti keduanya sedang melakukan mannequin challenge yang memang sedang marak akhir-akhir ini.

"Hei! Kalian ini dengar atau tidak?" Tidak bisa menahan kesabarannya, akhirnya Sooji berteriak, "Monica? Stefany? Come on!"

"Astaga!" Masih tidak mendapatkan respon, dengan dongkol Sooji beranjak lalu melarikan diri dari kamar Monica, meninggalkan kedua sahabatnya yang masih mematung di tempat.

Selang lima menit, salah satu ponsel di dekat mereka berbunyi membuat keduanya tersentak, seperti baru tersadar dengan mata yang terlihat bingung, keduanya saling berpandangan lalu melirik ponsel yang layarnya sedang menyala. Dengan gesit Stefany menyambar ponselnya lalu membuka pesan yang masuk.

Sooji : Kalau sudah sadar, ke kamarku.

Stefany mengangkat kepalanya bersamaan dengan Monica yang melakukan hal yang sama, mereka berpandangan selama tiga detik sebelum berteriak dengan kompak.

"Aaaaaahhhhhhh!"

Keduanya langsung berlomba untuk berdiri dan berlari sekencang mungkin untuk keluar dari kamar tersebut, Stefany kalah karena harus terjerembab akibat tersandung tali tas Monica yang diletakan sembarang, alhasil Monica sudah melesat meninggalkannya yang masih mencoba untuk bangkit lagi, menutup pintu kamar Monica lalu berlari menuju kamar Sooji, menyusul Monica yang dilihatnya baru akan membuka pintu kamar tujuan mereka.

"Bae Sooji!"

Sooji yang sedang duduk malas di depan tv hanya menoleh sekilas ketika keributan diciptakan oleh kedua sahabatnya, dia mengedikkan bahu acuh lalu kembali menatap tv. Sementara itu kedua sahabatnya sudah melotot saat berjalan mendekatinya, saat akhirnya mereka duduk mengapit Sooji, barulah helaan napas Sooji terdengar.

"Jadi..."

"Itu benar.."

Monica berbicara saling besahutan dengan Stefany membuat Sooji merasa heran, apa sebenarnya yang terjadi pada kedua sahabatnya yang berotak mesum ini.

"Apa mau aku ceritakan ulang?"

"Tidak!" Keduanya berkoor bersamaan membuat Sooji mau tak mau tertawa.

"Kenapa? Bukannya kalian suka mendengar cerita mesum?"

Monica memejamkan mata, menenangkan diri sesaat lalu kembali menatap Sooji, "sampai hari ini aku masih bingung, harus mengelompokkanmu di antara orang-orang polos atau bodoh?"

"Maksudnya?"

Stefany menggeleng, kepolosan Sooji mungkin sudah berada di level bodoh sampai-sampai masih juga tidak mengerti maskud dari Monica.

"Kau memang bodoh, kami memang menanti ceritamu, tapi tidak dengan cerita percintaan kalian."

"Lho," Sooji berjengkit, menatap Monica dan Stefany bergantian, "bukannya kalian yang ingin aku bercerita sedetail mungkin?"

"Ya tidak juga sampai nama kejantanan Myungsoo kau bocorkan! Bodoh!"

Wajah Sooji tiba-tiba merah padam, ya dia bercerita mengenai Mick karena setaunya kedua sahabatnya memang ingin tau.

"Tidak juga adegan percintaan kalian kau beberkan sampai ke akar-akarnya. Apa kau tidak malu?" Kali ini Stefany yang menyerang, mengingat apa saja yang sudah diceritakan Sooji pada mereka membuatnya kembali jengah.

"Eh, tapi bukannya itu biasa untuk kalian?"

Monica berdecak, "apa kau pernah mendengarku menceritakan tentang kejantanan pacarku? atau bagaimana dia mencium dadaku sampai klimaks berkali-kali, pernah?" suaranya terdengar geram.

Dan Sooji yang mendengar kalimat vulgar itu langsung merasa malu sendiri, "eww, aku bercerita seperti itu?" Tanyanya tanpa sadar dan kedua sahabatnya hanya menepuk kening dan menghela napas.

Fix, Sooji adalah gadis polos yang terbodoh di dunia ini.

"Ya maaf, kalian tau sendiri aku tidak pandai berbohong. Kalian bertanya apa yang terjadi, ya aku jelaskan semuanya, aku tidak tau kalau kalian bisa malu juga mendengar cerita seperti itu. Seingatku kalian ini sangat mesum."

Kedua gadis di sampingnya memutar bola mata mendengar pembelaan yang dia lakukan, Sooji hanya tersenyum kikuk. Dia memang tidak sadar jika dia telah bercerita sedetail itu pada sahabatnya, mungkin karena terlalu semangat bercerita jadi dia tidak tau bahwa kedua sahabatnya sudah hampir collapse mendengar cerita mesumnya.

"Hah, oke, kita beralih ke topik selanjutnya," Stefany bangkit, lalu duduk di depan Sooji, "jadi katamu, Mr. Kim mendapatkan mimpi basah dan itu bersamamu?"

Sooji mengangguk, dia pikir mereka tidak menyimak ceritanya, ternyata keduanya meyerap dengan lengkap segala kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Dia bercerita itu terjadi sejak tujuh tahun yang lalu."

"Oh my god?" Monica melotot lagi, "tujuh tahun yang lalu?"

"Iya. Tidak masuk akal kan? Tapi itu memang terjadi."

"Tunggu, kalau terjadi tujuh tahun yang lalu, itu berarti usiamu...11, 12?" Sooji meringis lalu mengangguk dengan enggan, "sial! What is he? Pedophile?!" Jeritnya histeris, Monica ikut menjerit membuat Sooji mendesah.

"Bukan seperti itu..."

"Lalu bagaimana? Hei! Tujuh tahun lalu dia sudah jadi pria dewasa, bagaimana dia bisa memimpikan gadis 12 tahun? Astaga! Aku saja tidak berani membayangkan bercinta bersama pria saat umurku 12!" Monica menyela dengan berapi-api, dia memang kehilangan perawannya saat usial 16 tahun, masih cukup muda, tapi 12 tahun itu sangat di bawah umur dan tidak pantas untuk digunakan sebagai objek seksual.

"Astaga! Ini kriminal, tindakan kriminal."

Sooji memijat keningnya, sekarang dia paham mengapa Myungsoo bisa sangat tersinggung atas responnya malam kemarin, karena mendengar kedua sahabatnya sekarang saja sudah seperti dia yang melakukan tindakan kriminal, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

"Kalian berlebihan," komentarnya, membuat Stefany dan Monica yang sedang meracau mengenai tindak pidana dan pelecehan itu mendadak diam dan menatapnya tidak percaya.

"Apa?" Sahut keduanya bersamaan.

"Kalian berlebihan, semuanya tidak seperti itu," gerutunya sambil menghela napas, "memang itu terjadi tujuh tahun lalu, tapi aku yang ada dalam mimpinya adalah aku yang sudah menjadi wanita dewasa. Dia bahkan tidak mengenaliku saat itu, jadi dia juga tidak menyangka jika usiaku masih semuda itu."

"Mustahil."

"Kau bercanda?"

Sooji menggeleng, merasa mengerti dengan tingkah sahabatnya, "tidak masuk akal memang, tapi itu yang terjadi."

"Jadi..."

"Jadi apa?"

"Hubungan kalian?"

Sooji mengedikkan bahunya, "biasanya kalau kalian berciuman bahkan sampai seks dengan pasangan kencan, itu artinya apa?" Alih-alih menjawab, dia malah melemparkan pertanyaan.

"Officialy! Yes?" Stefany bergumam takjub, sementara Monica menanti dengan hati tak sabar.

Sooji tersenyum dan mengangguk.

"Puji tuhan! Kita harus merayakan ini!" Monica berteriak gembira.

"Akhirnya sahabatku tidak sendiri lagi! Terima kasih tuhan." Kini Stefany yang berseru.

Sooji hanya tersenyum, dalam hati dia ikut berseru bersama sahabatnya.

Ya! Pada akhirnya dia sudah tidak sendiri lagi.

***

Myungsoo tersenyum melihat Sooji, hari ini penampilan gadisnya sangat cerah dan segar, seperti anak remaja yang baru beranjak dewasa, jumpsuit berbahan jeans yang melapisi kaos putih polos dengan rambut di kepang dua membuat Sooji terlihat tiga tahun lebih muda dari usianya sekarang, ditambah senyum merekah gadis itu. Oh sungguh, Myungsoo terpesona.

"Cantik," gumamnya membuat binar di wajah Sooji semakin cerah.

"Terima kasih, jadi kita akan ke mana?"

Ini adalah hari terakhir Myungsoo berada di Bordeaux, sebisa mungkin mereka keduanya menikmati harus waktu sebaik mungkin. Jadi hari minggu ini, pagi-pagi sekali pria itu sudah menjemputnya dan mereka bersiap untuk berkencan.

"Jadi kamu melewati kegiatan hari ini?" Tanya Myungsoo saat mereka berada di mobil.

"Iya."

"Memangnya kegiatan hari ini di mana?"

"Pegunungan Pirenia."

"Tarbes?" Myungsoo sedikit kaget saat mengucapkan salah satu nama kota di Prancis yang menjadi pembatas dengan negara Spanyol, "kegiatan kalian sampai di luar Bordeaux?"

"Kadang-kadang, lagipula kami sudah mengungjungi hampi semua wisata di kota ini. Jadi mereka memutuskan untuk pergi ke kota sebelah."

"Jadi mereka jalan dari kemarin?"

Sooji menggeleng, "dari jam tiga subuh tadi, katanya sih untuk bisa mengejar matahari terbit. Aku rasa mereka bisa mendapatkannya, apalagi hari ini cukup cerah," jawabnya, terselip nada iri di sana, pasalnya selama kegiatan wisata mereka, tidak pernah sekalipun jadwalnya mengunjungi gunung, baru hari kemarin ketika salah satu adak fakultas Psikologi memberi saran untuk ke Pegunungan Pirenia, Sooji pernah mendengar tentang kawasan pegununan yang terdapat beberapa aliran sungai serta air terjun, dia sudah bisa membayangkan betapa indahnya jika pergi ke sana di hari yang cerah ini.

"Kamu menyesal?"

Sooji tersentak lalu menoleh menatap Myungsoo yang fokus menyetir, terdiam beberapa saat lalu tersenyum, tapi jauh lebih menyenangkan jika harus melewati hari yang cerah ini bersama Myungsoo.

"Tentu tidak, aku lebih ingin menghabiskan waktu denganmu," jawabnya secara gamblang membuat Myungsoo tersenyum samar, hampir seminggu bersama membuat pria itu bisa langsung bisa menebak kepribadian Sooji yang selalu menyuarakan apapun yang ada dalam pikirannya tanpa menyaringnya lebih dulu, tapi setelah sadar dia akan mengutuk dirinya sendiri.

"Astaga."

Nah, baru juga dibicarakan.

*

Tepat jam 12, Sooji berhasil menarik Myungsoo melewati pintu masuk restoran cepat saji. Selama seminggu bersama, sudah tidak pernah sekalipun dia memakan makanan yang tidak sehat ini, padahal ayam goreng serta burger di sini adalah kesukaannya, tapi selama jalan bersama Myungsoo, pria itu selalu saja memberikan alasan rasional mengapa mereka tidak boleh makan di sini.

Tapi berkat rayuan serta senjata 'kan ini hari terakhir' yang digunakan Sooji untuk membujuk Myungsoo, akhirnya dia menang, meskipin wajah pria itu terlihat tidak senang, tapi dia tetap menuruti keinginan gadisnya. Sooji merasa tersanjung.

"Kamu tidak makan?"

"Tidak."

"Makan satu kali ayam goreng di sini tidak akan membuatmu mati, aku pesankan ya?" Sooji berbicara dengan mata berkedip genit, membuat Myungsoo tidak sanggup menolak jadi dia hanya menghela napas lalu membuang pandangannya keluar jendela.

Sooji tersenyum, bangkit dari meja mereka menuju meja kasir.

"Sooji,"

"Apa?" Sooji berbalik menatap Myungsoo yang memanggilnya, mungkin pria itu ingin menambah pesanan, tapi anehnya Myungsoo malah memberikan dompet kepadanya, "apa ini?"

"Bayar pakai uangku, ini bawa ke sana," jawab Myungsoo, menyadari perilaku pria itu membuat Sooji mau tak mau tersenyum, jadi dengan malu-malu dia mengambil dompet Myungsoo dan segera menuju kasir untuk memesan.

Dalam diam, Myungsoo memperhatikan Sooji yang sedang mengantri, lalu tanpa sadar dia tersenyum. Kalau diingat-ingat, seumur hidupnya, dia tidak pernah sekalipun mengajak teman kencannya di restoran siap saji yang buka 24 jam, biasanya kalau bukan di restoran mewah, dia hanya akan membawa teman kencannya ke hotel, itu saja. Tapi dengan Sooji berbeda, bukan hanya berhasil membuatnya masuk ke tempat makan yang seumur umur belum pernah dikunjunginya ini, gadis itu juga berhasil membuatnya repot-repot mau memikirkan ke mana tujuan kencan mereka setiap hari hanya agar gadis itu tidak bosan  seperti mengunjungi taman atau menonton film. Semua yang dilakukannya bersama Sooji sudah seperti kencan normal pada umumnya, dan dia suka dengan pemikiran bahwa gadis itu yang berhasil membuatnya mau melakukan kencan seperti ini.

"Nah, aku memesan dua nasi dan dua ayam untukmu, aku yakin satu porsi tidak akan cukup," Sooji datang dengan membawa nampan yang sudah terisi penuh dengan pesanan mereka.

"Maaf, seharusnya aku yang memesan saja," ucap Myungsoo yang sigap menarik nampan dari tangan Sooji dan meletakkannya di meja, dia merasa bersalah.

"Ah tidak masalah, kamu sudah banyak melakukannya untukku, sekarang giliranku," gadis itu tersenyum.

"Duduk di sini saja," Myungsoo menegur saat melihat gadisnya hendak duduk depannya, "biar lebih romantis," sambungnya.

Sooji hanya tersenyum malu, lalu duduk di samping Myungsoo. Sepanjang makan, mereka sesekali berbincang dan pria itu selalu menyenggol lengannya saat ingin mengambil saus atau minumannya, entah sengaja atau tidak, tapi Sooji hanya bisa melempar senyum pada pria di sampingnya.

"Enak kan?"

Myungsoo mengangguk dalam diam, semua makanan yang tidak sehat pasti enak, begitulah motonya.

"Sooji?"

Sepasang kekasih itu sontak mendongak saat mendengar suara seseorang di dekat mereka, Sooji menatap pria tinggi berkulit putih kemerahan sedang tersenyum kepadanya.

"Ternyata benar kau, kupikir aku salah lihat," ujar pria itu dengan riang sementara Myungsoo mengernyit tidak senang.

"Siapa?" Tanyanya pada Sooji dengan suara yang sengaja dikeraskan membuat pria yang sejak tadi hanya menatap gadisnya mau tak mau beralih untuk menatapnya.

"Oh saya Jack, teman Sooji," pria itu mengenalkan diri sambil mengulurkan tangan dengan senyum sumringah membuat Myungsoo dongkol.

"Kim Myungsoo, her husband." Jawabnya menggunakan bahasa inggris yang baik dan benar membuat Jack tiba-tiba mematung.

Sooji yang melihat itu tiba-tiba tertawa canggung, "dia bercanda Jack," ujarnya, sekilas kemudian Jack bernapas lega dan kembali lega.

"Oh ya, aku hampir jantungan mendengarnya," tawa Jack terdengar dibuat-buat membuat Myungsoo mendengus, "jadi kau juga tidak ikut rombongan?"

Yang dimaksud Jack adalah rombongan pertukaran pelajar yang saat ini mungkin sudah menikmati segarnya air di sugai sekitar pegunungan Pirenia, ya Jack salah satu dari mereka, pria itu berasal dari Australia dan berbeda satu tingkat di atas Sooji.

"Ah iya, aku sudah punya janji lebih dulu," jawab Sooji seadanya, dia kemudian menjawab beberapa pertanyaan lagi yang diberikan Jack sebelum sadar dengan aura hitam yang muncul di sebelahnya.

"Hmm Jack, apa kau tidak akan bergabung dengan teman-temanmu? Sepertinya mereka menunggu..." ucap Sooji sesopan mungkin sambil melirik meja yang dia ketahui dihuni oleh teman teman seangkatan Jack, pria itu menoleh lalu tersenyum.

"Kau mau bergabung?"

"Tidak!" Myungsoo menjawab dengan dingin, "apa kau tidak melihatnya sedang bersamaku?" tanyanya lagi sambil melempat tatapan menghujam pada Jack.

"Oh, itu kupikir anda hanya bercanda saja..." tutur Jack salah tingkah.

Myungsoo mengepalkan tangannya siap-siap meledak, tapi Sooji lebih dulu menahannya, gadis itu tersenyum, "yang dia maksud adalah kami sedang berkencan, Jack. Kupikir tidak akan etis jika kau mengajak teman kencan seseorang untuk bergabung bersama teman-temanmu."

Wajah putih Jack langsung memerah mendengar kalimat Sooji yang diucapkan dengan tenang dan lugas, dia menggaruk kepalanya sambil tersenyum kikuk.

"Eh, iya..ma-maaf kalau aku mengganggu, kalau begiti sampai jumpa lagi," ucapnya lalu berbalik dan kembali ke mejanya.

Di sebelahnya, Sooji masih merasaka aura hitam tersebut, jadi dia berbalik dan mengelus lengan Myungsoo.

"Cemburu tanda cinta, lho."

Myungsoo menoleh padanya dengan mata menyipit tajam.

"Memangnya aku dilarang cemburu meski kamu kekasihku?"

Sooji tersenyum, "jadi kamu cemburu? Itu artinya cinta.."

Myungsoo menghela napas, "tentu saja."

"Apa?"

"Cinta!"

Sooji merasa otaknya tiba-tiba dangkal, tidak mengerti maksud perkataan Myungsoo.

"Apa?"

"Bodoh!" Pria itu tertawa, ekspresi kerasnya sudah hilang dan ketegangan ditubuhnya lenyap, dia menarik pundak Sooji dan mendekatkan diri mereka, "kalau tidak cinta, aku tidak mungkin pasrah makan dua potong ayam goreng yang sangat tidak sehat ini."

Tubuh Sooji terguncang medengar pengakuan mengejutkan barusan, dia mengerjapkan mata tidak percaya, "itu..."

"Iya,  I love you."

Dan Sooji tidak bisa menahan wajah tersipunya barang sedetikpun, karena saat ini wajahnya sudah memerah hingga ke leher, jadi yang bisa dia lakukan hanya menyembunyikan kemerahan itu di balik dada Myungsoo, membuat pria yang memeluknya hanya tertawa.

"Jadi, sekarang waktunya mengisi baterai."

"Ponselku masih penuh," gumam Sooji saat sadar Myungsoo tiba-tiba mengganti topik pembicaraan.

"Bukan ponsel, tapi Mick."

"Eh?"

"Persiapan pisah empat bulan."

"Eh?"

"Maraton dari sekarang sampai besok pagi."

"Eh?"

"Makin lama, Mick makin puas."

"Eh?"

"Yuk!"

"Astaga!"

Continued...
[06/07/18]

Hayoo yang kangen siapaa? 😊

Maaf ya liburannya lama, yg pnting gk sampe sebulan lah 🤗 meskipun cerita ini di pause hampir dua bulan, tapi itu kan perkara lain 😁

Yang sudah lupa mending baca ulang ya, hehehe cepet kok kalo dibaca ulang gk banyak 😊

Untuk sekarang gk bisa janji bisa update rutin lagi ya, soalnya aku ada kerjaan lain dan situasi lgi gk mendukung hehe, nanti kalo udah kondusif InsyaAllah diusahakan lancar 🙏🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top