Traum 1 - Musim Semi
Bordeaux, France.
Musim semi di kota Bordeaux merupakan surga bagi para penduduknya, setelah melewati musim dingin yang suhunya mencapai -10 derajat akhirnya kota tersebut diselubungi oleh semilir angin yang menyejukkan. Meskipun hawa dingin masih terasa dari sisa-sisa musim sebelumnya, tapi itu tak membuat masyarakat mengeluh karena mereka tau bahwa musim semi setiap tahun di kota ini adalah sebuah anugrah.
Bukan hanya karena cuacanya yang lebih bersahabat melainkan juga suasananya lebih hidup dan bersemangat, mulai dari para pengamen jalan sudah memulai aksi mereka untuk berpetualang menyenangkan pejalan kaki di sekitar taman kota, hingga para mahasiswa yang terlihat bersemangat untuk melakukan perjalanan botani mereka dalam mengunjungi salah satu rumah kaca milik petani pinggiran kota.
Musim semi memang menjadi musim terbaik di kota ini, mulai dari tua, muda, hingga anak kecil bersuka cita menyambut datangnya musim ini.
Begitupula yang terjadi di salah satu universitas terkemuka di Prancis. Universitas Bordeaux dikenal sebagai tempatnya para pelajar ilmiah dalam maupun luar negeri, tidak sedikit pelajar dari luar kota Prancis yang jauh-jauh datang ke Bordeaux hanya untuk melanjutkan studi mereka di sana. Dalam setahun Universitas Bordeaux juga melakukan program studi banding atau pertukaran pelajar dari universitas-universitas terpilih di beberapa negara.
Bukan hanya itu, universitas juga menyediakan program bagi para calon dosen maupun Doktor yang berniat untuk melanjutkan jenjang karirnya dalam dunia pendidikan. Cukup banyak guru-guru besar yang berhasil di besarkan oleh Universitas Bordeaux, dan semuanya rata-rata telah berhasil mendapatkan nama mereka sebagai orang-orang yang paling berpengaruh dalam pendidikan di dunia, dan telah tersebar di berbagai macam negara dan benua.
Siang itu suasana Universitas cukup ramai, minggu kedua musim semi masih memberikan efek euphoria bagi para mahasiswa setelah melakukan libur panjang musim dingin. Sama halnya dengan sekumpulan gadis yang memiliki macam-macam perbedaan warna kulit yang sedang duduk di bawah rindangnya pohon mahoni di pinggir taman kampus.
"Kalian mendengar gosip terbaru?" Salah seorang dari gadis itu mengalihkan percakapan yang sejak tadi hanya berputar dalam masalah pelajaran.
"Monic, please stop your gossip. We've done with it."
"No, no, Stef. Kalian benar-benar harus mendengarnya, ini adalah sebuah gosip terhangat dan spektakuler."
"Masalah pria lagi? Hah, itu sudah basi Monic."
Monic sapaan akrab gadis yang berasal dari salah satu negara paling eksotis di dunia itu menoleh dengan wajah mengkerut tak senang, "kau selalu tau apa yang ingin kubahas, nona Bae?"
"Tentu saja, enam bulan bersama kalian di sini membuatku mengenal kebiasaan kalian semua."
Stefany terkekeh kecil, dia mengibaskan rambut pirang jagungnya lalu menatap Monica dengan wajah mengejek, "sudah jadi rahasia umum jika kau selalu membahas masalah pria, terimalah kenyataan itu cantik."
Monic mendengkus kesal, kedua teman karibnya di kampus ini selalu bisa sekongkol untuk meledeknya.
"Nah kalian sudah tau apa yang ingin kubahas, jadi dengarkan, oke?"
"Tidak!" Kedua gadis itu berseru dengan mantap, meyakinkan Monica bahwa apapun yang ingin dikatakannya adalah sesuatu yang tidak penting.
"Please? This will contribute to your future..promise."
"Sooji, kau percaya padanya?" Stefany bertanya curiga, sementara gadis yang sedang memainkan sedotan minumannya hanya mengedikkan bahu.
"I don't know. Monic tidak terlihat yakin dengan ucapannya sendiri," sambut Sooji dengan enggan, sementara Stefany tertawa dan Monica semakin menekuk wajahnya.
"Aku serius. Ini benar-benar bisa menentukan masa depan kalian."
"Oke Monica cantik, berhenti bertele-tele dan coba katakan gosip apa yang kau anggap paling spektakuler itu?" Sooji bertanya dengan senyum di wajahnya, meskipun tau saat ini dia sedang diremehkan, tapi Monica tetap mengatakannya dengan semangat.
"Kalian tau kuliah umum jam 1 nanti?"
"Oh itu? Aku tidak tertarik." Sahut Stefany malas dengan logat Amerikanya yang sangat kental.
"Aku juga."
"Tunggu...tapi itu salah satu kuliah terpenting, kalian tau waktu kita di sini tinggal enam bulan lagi, setidaknya kita perlu mendapatkan ilmu sebanyak mungkin sebelum pulang."
"Yeah Monic and her timid brain."
Monica melirik sinis pada Stefany yang mengejeknya, lalu beralih ke Sooji yang dianggapnya adalah orang yang paling waras di antara mereka bertiga, "Sooji, apa kau tau bahwa dosen tamu di kuliah umum itu berasal dari Korea juga?"
Sooji yang tadinya terlihat acuh itu langsung menoleh, dari pandangannya dia terlihat tertarik dengan topik yang baru saja dikatakan olehnya dan menyadarinya membuat Monica tersenyum puas.
"Tepatnya dari Seoul."
"Kau serius? Itu tidak mungkin, kupikir dosen tamu yang membawa kuliah umum sejenis ini sudah bisa disandingkan dengan para guru besar," gumam Sooji sembari menaikkan salah satu alisnya, "setauku hanya beberapa orang yang sudah menjadi guru besar dari Seoul dan beberapa dari mereka sedang berada di Roma."
"Kau benar, salah satunya terbang langsung dari Itali ke Prancis untuk menjadi dosen tamu di sini."
"Dan gosip terhangatnya apa? Jangan katakan kau terpesona pada orang-orang tua itu?"
Monica tertawa ketika mendengar cibiran Stefany, ya mereka memang tau beberapa guru besar yang namanya sudah melambung di dunia pendidikan semuanya telah berumur, bahkan sudah ada yang memiliki cucu seumuran mereka. Tapi bukan itu yang ingin Monica sampaikan.
"Nah, di situ poinnya girls, dosen tamu kita ini salah satu guru besar termuda di dunia. Kalian pasti mengenalnya."
Kedua alis Sooji semakin merengut, dia tidak pernah tau jika ada salah satu guru besar yang masih muda. Selama ini Sooji selalu mengikuti siapapun yang berperan penting di dunia pendidikan, termasuk siapa-siapa saja dosen yang telah mendapatkan gelar sebagai guru besar.
"Aku tidak mengenalnya," sahut Sooji tidak yakin, selama menjadi mahasiswa, gadis itu hanya mengenal sekitar lima guru besar yang berasal dari Korea, itupun karena memang hanya mereka berlima yang mendapatkan gelar terhormat tersebut. Seingatnya, dari kelima guru besar tersebut, tidak ada satupun dari mereka yang masih layak dikatakan muda dan ayahnya merupakan salah satu di antaranya.
"Kau bercanda? Dia sangat populer di antara para mahasiswi," Monica berseru tidak percaya, "bukan hanya karena kecerdasannya, tapi juga karena paras tampan yang dia miliki. Ditambah lagi dia masih bujang, jadi tidak heran kalau banyak gadis-gadis centil yang kegatalan untuk mendekatinya."
"Aku tidak yakin ada guru besar seperti itu, kurasa dia terdengar seperti seorang begundal. Itu akan merusak kehormatan para guru besar lainnya."
Stefany terkikik mendengar kalimat yang dilontarkan Sooji, "astaga Sooji, kenapa kau jadi serius sekali sih? Sekalipun dia guru besar, dia kan tetap pria, dan pria masih memiliki kebutuhan biologis."
"Eww, stop it. Kita tidak sedang membahas tentang kebutuhan biologis pria."
Kini giliran Monica yang tertawa, "uh yeah our virgin Miss. Bae." Ejeknya dengan wajah yang dibuat jijik memandang Sooji.
"Aku tidak mengerti mengapa menjadi seorang perawan merupakan hal tabu bagi kalian," Sooji bergumam malas sembari memutar kedua bola matanya, di usianya yang baru menginjak 19 tahun membuat dirinya menjadi bahan olok-olokan Monica dan Stefany karena statusnya yang masih perawan, katanya di negara ini atau di negara asal mereka, seorang gadis itu sudah pernah merasakan paling tidak satu kali pengalaman seks di usia 16 atau 17 tahun. Dia tidak mengerti dengan pola hidup seperti itu karena dari tempat asalnya, 17 tahun itu masih termasuk di bawah umur. Saat ini saja dia masih di bawah umur, menurut ketentuan pemerintah Korea Selatan, anak sudah dapat di katakan dewasa atau meninggalkan status 'di bawah umur' jika usia mereka tepat 20 tahun dan itu masih butuh satu tahun lagi untuk dia menjadi dewasa.
"That's our culture, babe. Admit that." Stefany menjawab dengan wajah menyeringai.
Dan begitulah budaya barat, yang selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa pergaulan bebas itu bukanlah sesuatu yang dilarang. Sebenarnya Sooji juga tidak begitu antipati pada pergaulan bebas ataupun terlalu memegang prinsip 'no sex before marriage', karena saat ini budaya Timur di Korea perlahan-lahan sudah menyurut dan lebih condong mengikuti budaya barat. Beberapa dari teman kampusnya juga mengaku sudah pernah melakukan seks dengan kekasih masing-masing.
Namun, hal itu tidak membuat Sooji ikut-ikutan untuk melakukan hubungan seks bersama kekasihnya. Selain karena tidak pernah memiliki kekasih, dia juga merasa masih belum cukup siap untuk melakukannya. Memberikan keperawanannya pada pria yang tidak jelas adalah ide yang sangat buruk, dan Sooji tidak ingin menghabiskan hidupnya dalam penyesalan.
"Yah aku juga tau itu...tapi,"
"We know you," Monica menyela, dia menatap Sooji dengan pandangan prihatin, "kau hanya belum menemukan pria yang tepat darling." Kalimat itu diakhiri dengan kedipan mata jail membuat Stefany mengangguk setuju, sementara Sooji hanya menghela nafas panjang.
"Yeah, i think so."
Monica dan Stefany kompak tersenyum miring, mendengar Sooji menyutujui pendapat mereka tentang dia yang belum bertemu pria yang cocok yang bisa mengambil perawannya, membuat kedua gadis itu merasa senang.
"Jadi, siap untuk mencari priamu?" Tanya Monica antusias.
"Ap-apa?" Sooji berkedip kaget, menatap kedua temannya yang kini memberikan seringai khas para wanita, "oh tidak..bukan begitu maksudku, aku hanya.."
"Shut up and just follow us."
Stefany menjentikan jemarinya lalu berdiri, dia mengibaskan rambutnya lalu menatap Monica dan Sooji, "ayolah, kita memiliki banyak hal yang harus dilakukan."
Monica tersenyum lebar lalu berdiri menyusul Stefany. Keduanya berlenggak-lenggok meninggalkan Sooji yang hanya terperangah di tempatnya sebelum benar-benar mencerna apa rencana kedua gadis itu.
"Ap..apa! Hei, oh tuhan tunggu dulu, jangan lakukan..oh astaga! Monica, Stefany?" Sooji berjengkit saat akhirnya menyadarinya, dia berlari sekuat tenaga untuk mengejar mereka, "berhenti, tunggu dulu! Hei kalian!"
"Sialan! Monica, Stefany berhenti!"
"Argghh!"
Monica dan Stefany hanya terkikik mendengar seruan Sooji di belakang mereka. Tidak peduli bagaimana pendapat gadis itu, karena mereka telah memutuskan akan mencari pria untuk Sooji. Segera.
To be continued...
[25/04/18]
Gk kerasa ternyata prtama kali publikasi crita ini tuh udah lewat setahun lebih, dan semalam setelah berpikir panjang, akhirnya aku milih crita ini. Pas aku nanya yg jawab cuman dikit, sempar mikir buat rehat tpi aku kan baik 😏😈 jdi gk tega. Asal jgn nuntut buat bisa lancar update.
Kalau ada yg sadar, dri Et Dilectio sampai Traumfrau ini, aku selalu pake negara yg sama dgn bahasa yg ku pake di judulnya 😂 seri ketiga dan keempat pun begitu.
Kalau yg udah baca BSS #1 a.k.a Et Dilectio psti tau crita ini genrenya kyak gimana, yup sad and hurt 😂 tapi gak parah sih. Dan aku jamin cerita kedua ini gk kalah seru dgn yg pertama. Jadi, stay tune dan tebarkan bintangmu 😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top