Pemerintahan : sebuah Mall
Setelah mendengar berita soal hilangnya pasukan pembunuh monster, hal itu membuat pertahanan di Kerajaan Elvandria menjadi di perkuat, di berbagai daerah.
"Wyst rupanya juga ikut menghilang, dan ini memang menjadi berita buruk bagi pertahanan Negara ini."
Saat Hiro memikirkan hal ini, pintu ruangan itu diketuk dengan pelan.
"Masuklah."
"Permisi yang mulia, hamba memenuhi panggilan anda."
"Jendral langsung saja, hentikan saja peningkatan keamanan itu."
"Tapi?!"
"Apakah kau hendak menolak perintahku?"
"Baiklah, saya mengerti yang mulia, kalau begitu saya permisi dulu."
"Lakukan secepatnya."
"Baiklah."
Hiro hanya bisa mendesah saat melihat orang yang bertugas, sebagai kepala Keamanan itu.
"Dia orangnya memang sangat kaku, dan tegas. Huft, tipe orang militer memang merepotkan."
Hiro hanya bisa mendesah saat membandingkan sifat orang tadi dengan Wyst, yang berbeda sangat jauh.
"Sebaiknya aku keluar ruangan dulu saja kah."
Hiro tersenyum sambil berdiri lalu keluar dari ruangannya, saat di luar dia melihat Elis yang sedang tertawa bersama dengan seorang laki-laki dengan rambut yang sama seperti dirinya.
"Siapa dia?"
Hiro berjalan ke arah keduanya, dan saat orang itu melihat Hiro dia menunduk hormat.
"Selamat pagi, Hiro-sama."
"Bukan-nya sudah siang?"
Hiro berkata sambil mengulurkan tangannya, dan itu membuat orang itu heran.
"Salam bukan?"
Orang itu membalasnya dengan tersenyum, Elis melihatnya sambil tersenyum.
"Dan juga Hiro kenapa kau keluar dari ruanganmu?"
"Memang aku tidak boleh keluar?"
"Hanya tidak biasanya saja."
Hiro mendesah sebelum bertanya, kepada orang misterius itu.
"Kau siapa?"
"Saya adalah Anak dari Duke Alysia, Draig Alysia."
"Jadi dia sepupu dari keluarga Ayah?"
"Umm, tepat sekali."
Hiro melihat dengan teliti tapi memang benar kalau Duke Alysia adalah keluarga dari Ayah mertua Hiro.
Duke Alysia sendiri, adalah keluarga dari Kerajaan saudra yang memang cukup jauh dari sini.
"Apakah kau hendak bertemu Ayah?"
"Salah satunya untuk itu, tapi sebenarnya saya ingin bertemu Hiro-sama."
"Ahhh, jadi hal itukah."
"Raja Kerajaan kami sangat tertarik dengan teknologi Elvandria."
"Sebelum itu, aku hanya mengingatkan saja, tapi jangan pernah bermain-bermain denganku."
"Baik"
Hiro mengatakan itu dengan santai, tapi entah mengapa saat mendengar hal itu Draig langsung menunduk, dan mengatakan 'baik' tanpa ada kalimat penolakan apapun.
"Baguslah, kalau begitu, dan Elis kau mau ikut aku?"
"Kemana?"
"Liburan."
"Ehhh!!"
Saat Hiro mengatakan liburan dengan nada santai itu membuat Elis terkejut bukan main. Apalagi saat mengingat sifat Hiro yang Hobi mengurung diri.
"Tunggu, sebentar kita liburan kemana?"
"Hanya jalan-jalan di sekitar Ibu kota."
"Baiklah, aku ikut."
Elis sepertinya mulai menyadari ada maksud lain dari perkataan Hiro itu, dan hal itulah yang membuatnya ingin ikut.
"Dan juga Draig-san. Jika kau ingin menemui Otou-sama dan Oka-sama bisa langsung masuk ke dalam."
Hiro mengatakan itu sambil mengandeng tangan Elis, untuk segera pergi dari tempat itu.
"Kenapa kau tiba-tiba ingin liburan?"
"Sebenarnya, ada beberapa hal yang harus aku lihat langsung di lapangan."
"Ohhh."
"Maa, maaa, alasan lainya mungkin karena kita kurang ada waktu untuk berduaan. Jadi, mari kita angap ini kencan."
Elis tersenyum kecil, sambil mengelus perutnya yang sudah membesar, dan akhir-akhir ini dia memang agak kerepotan dengan itu.
"Lagipula memang adakah orang yang mau kencan dengan seorang ibu hamil?"
"Tenang saja soal itu, lagipula kau tambah Sexy kalau begini"
"Dasarlah, kau ini"
Elis mencubit lengan Hiro, dan Keduanya memilih untuk berjalan kaki. Kali ini Hiro meminta Red Moon sendiri yang menemaninya, tentu saja hanya dalam bayangan.
Hiro dengan Elis yang keluar kota memang tidak terlalu menarik perhatian banyak orang.
Ibu kota menjadi sangat ramai dengan orang yang bekerja yang sangat berbeda dengan dulu. Disisi lain keadaan kota sendiri sudah menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.
"Jadi inikah Pasar yang di bangun itu"
"Pasar?"
"Pusat perdagangan, sebelumnya semuanya tersebar di sana-sini dan aku meminta bantuan Wyst, untuk menyatukan semuanya disebuah tempat"
"Jadi disini?"
"Mau coba masuk"
"Boleh"
Keduanya masuk ke dalam tempat itu, dan Hiro serta Elis terkagum serta terkejut melihat isinya.
"Wow, aku tidak menyangka bisa melihat Mall di dunia ini."
Hiro mengatakan itu dengan wajah terkagum terutama melihat Arsitektur bangunan yang sangat indah serta megah.
Total lantai yang dimiliki oleh tempat ini adalah 11 lantai, dimana 1 lantai di bawah tanah untuk tempat Black Market, atau tempat untuk menjual berbagai alat sihir, lantai 2-4 di gunakan untuk barang-barang sehari-hari, lantai 5-8 digunakan untuk Pakaian, dan hiasan, 9 untuk Barang-Barang Mewah, lantai 10 untuk Kolam Renang dan tempat Hiburan, dan lantai 11 yang biasanya di gunakan untuk acara pementasaan saat malam hari.
Hiro bisa tahu saat melihat sebuah denah yang digunakan sebagai tempat penunjuk arah, dan dia sangat terkagum akan Arsitektur bangunan yang sangat indah, terutama sebuah tiang penyanga yang berukuran sangat besar yang berada di tengah Mall.
Tiang besar yang terbuat dari Kayu itu memiliki ukiran yang sangat indah, disekitarnya.
"Bukanya kau yang menyuruh pembangunan tempat ini? Dan apa itu Mall?"
"Mengenai Mall itu sebutan tempat berjualan seperti ini, dan Aku memang menyuruh untuk membangun sebuah tempat untuk tempat perdagangan, tapi aku tidak menyangka akan di bangun seperti ini."
"Jadi begitu."
"Ayo kita lanjut saja."
Mereka berdua terus berjalan kesana kemari, dan melihat lihat berbagai macam barang yang dijual di tempat ini.
Tentu saja mereka juga membeli beberapa barang, dan mereka berdua juga tidak membayar sepeserpun.
Lebih tepatnya, saat hendak membayar si pelayan sadar kalau orang yang membeli itu adalah sang Raja, yang membuat toko itu ribut dan langsung 'minta maaf' yang membuat Hiro sendiri kerepotan.
"Hahhh, sunguh merepotkan."
Elis tertawa kecil karena memang sudah lama tidak melihat Hiro sangat senang seperti ini.
"Nee, Hiro."
"Ada apa?"
"Emmm, aku ingin itu."
"...??"
Hiro melihat sesuatu yang di tunjuk Elis adalah hal yang aneh yaitu, Buku Mengenai Strategi Perang.
"Kau benar-benar ingin ini?"
"Pokoknya harus!"
Hiro mendesah saat tahu ini adalah kejadian alami dari wanita hamil, yang lebih dikenal 'ngidam'.
"Baiklah."
Hiro mengambil buku itu, dan langsung membayar uangnya, tapi saat pelayan toko itu tahu wajah Hiro hasilnya sama.
"Anda tidak perlu membayarnya, Yang Mulia."
"Kau yakin?"
"Tentu saja, lagipula itu hanyalah sebuah harga kecil untuk tempat yang indah untuk berjualan seperti ini."
"Baiklah."
Tempat ini memang tidak terlalu ramai karena bukan musim liburan, kalau ramai itu malah membuat Hiro repot sendiri.
"Ini dia."
"Terima kasih."
Elis menatap buku itu dengan mata berbinar-binar, dan itu malah membuat Hiro merasa aneh.
"Kita kembali sekarang?"
"Baiklah."
Dan keduanya langsung saja berjalan keluar dari Mall itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top