Chapter 7

Sudah sebulan sejak Noelle memutuskan untuk menghindari Anthony atau tepatnya menghindari kemarahan pria itu, namun semakin Noelle menghindar selalu saja Anthony menemukannya. Walaupun ia berada dikamar mandi sekalipun.

Noelle menghela nafas panjang, ia benar-benar butuh waktu sendirian. Apalagi menghadapi sikap Anthony yang jelas-jelas berubah 180 derajat. Bayangkan, disatu waktu pria itu mengatakan bahwa ia sudah tidak akan memperlakukan Noelle sebagai kekasihnya melainkan wanita murahan, namun disisi lain—sekarang ini—Anthony malah bersikap dengan sangat sabar, bahkan terlalu sabar.

Pria itu bahkan menunggu Noelle hingga selesai kerja dari ruangan Mr. Stanley. Jika hubungan mereka tidak dalam masalah mungkin Noelle akan berpikir itu semua adalah hal yang biasa, namun dilihat dari sebulan yang lalu, ini benar-benar mustahil. Dan ini malah membuat Noelle takut bukannya lega

"..maaf lama" Ucap Noelle sambil menjinjing tas dan dokumen yang diberikan Mr. Stanley kepadanya.

"tidak masalah. Aku mau menunggumu selama apapun" Anthony berkata dengan santai yang memang dimaksudkan seperti itu

Namun Noelle mengacuhkannya dan berjalan dengan pelan disamping Anthony tentunya dengan diam seribu bahasa.

"Kau ada kelas lagi? Mari kita pulang, aku akan mengantarmu" Anthony tersenyum pelan dan menggenggam tangan Noelle yang bebas.

Anthony berani bersumpah ia melihat Noelle mengernyitkan kedua alisnya saat ia melihat Anthony menggenggam tangannya. Dan sedetik kemudian Noelle melepaskan genggaman Anthony dengan pelan, bahkan menolak melihat Anthony "..aku masih ada yang ingin kutanyakan dengan Mr. Stanley, kau bisa pulang duluan. Nanti aku akan pulang dengan Mr. Stanley saja.." jawab Noelle dan kemudian memundurkan beberapa langkah sebelum bergegas masuk kedalam ruangan Mr. Stanley lagi

Ini sudah kedua kalinya Noelle bersikap seakan-akan Anthony adalah granat yang siap meledak kapan saja. Dan ini semua karena Anthony yang sudah bersikap dengan begitu brengseknya

Anthony POV

"Ini semua karena foto sialan itu!" geram Anthony sambil mengacak-acak rambutnya dan memukulkan kepalanya dengan tembok putih tidak bersalah yang berada tepat disampingnya.

Anthony menatap lantai tempat dimana Noelle berdiri beberapa menit yang lalu dan membuatnya cukup sedih karena gadis itu bahkan tidak ingin menatap wajahnya lagi. Apa hubungan mereka yang singkat ini akan berakhir?

Aku menggeleng-geleng kepala dengan cepat, "..Oh Tuhan, ini semua salahku"

"Tentu saja. Malaikat pendampingmu juga tahu kalau itu semua adalah kesalahanmu, makanya mereka semua tidak ada yang mau membantumu, kawan!"

Suara itu lagi, geram Anthony dengan kesal tanpa susah payah menatap pemilik suara itu. Sudah pasti suara itu adalah sahabat kurang ajarnya yang selalu menertawakannya disaat ia sedang terpuruk. "..Go to Hell Dave, Please"

"Oh come on, kenapa aku harus susah payah ke neraka sedangkan kau sedang berada dineraka dan asik untuk ditonton?" ejek David sambil mengendikkan bahunya yang mulai berguncang karena tawanya.

"aku tidak mengerti kenapa kau susah payah menertawaiku sedangkan aku memang sedang terpuruk.." Anthony menghela nafas dan menatap David membalikkan tubuhnya menatap sahabatnya yang berada tepat dibelakangnya, "..apa yang harus aku lakukan sekarang Dave? Aku rasa dia membenciku sekarang"

David menatap Anthony dengan acuh, "memang. Kalau aku jadi dia, aku pasti akan membencimu. Kau sudah memperlakukannya dengan buruk teman, dia membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya"

"ini sudah sebulan!"

"dan perlakuanmu cukup membuat seorang kekasih trauma lebih dari sebulan" jawab David sambil menatap Anthony yang terdiam mendengar pernyataannya.

Hell! Itu memang benar. Perlakuannya yang buruk itu membuat Noelle rasanya trauma dengannya selama lebih dari sebulan. Tapi ini sudah sebulan ia tidak bisa melihat senyuman Noelle, bahkan melihat mata gadis itu saja sangat susah!

"lalu apa yang harus aku lakukan?"

"daripada itu, sudah kau selidiki siapa yang melakukan itu kepadanya?" Tanya David mengembalikan topik pembicaraan yang sebenarnya memang ingin diangkatnya

Anthony mengangkat bahunya, "aku tidak sempat, aku hanya ingin tahu caranya Noelle kembali kepadaku. Aku tidak perduli dengan yang lain, Dave"

"sudah kuduga. Kau memang bodoh dalam hal ini, Tony.." Sebelum Anthony mengucapkan sederetan kata-kata hinaan yang bisa disematkan untuk dirinya, David melanjutkan ucapannya, "sepertinya Lincoln berada dibalik semua ini"

Nah, pernyataan itu yang membuat Anthony mengernyitkan kedua alisnya saat mendengar nama gadis Brunette yang hampir saja membuat Noelle kehilangan beasiswanya beberapa waktu yang lalu. "Lincoln? Really? Gadis brunette sialan itu?"

"ya, gadis brunette sexy itu. Tapi masalah asalnya sebenarnya aku kurang paham. Aku mendengar dari beberapa sumber, katanya Tris Lincoln memang tidak menyukai Noelle karena Noelle ternyata adalah anak haram dari Mr. Lincoln.."jelas David dan menatap sahabatnya untuk mengetahui reaksinya.

Dan reaksinya seperti dugaan awalnya, pria besar disebelahnya hanya terdiam dengan mulut setengah terbuka seperti ikan. "seriously? Kau perlu memperlihatkan wajah hina-mu disaat serius seperti ini?"

"Fuck! Apa berita itu benar?"

"ini adalah berita yang sangat sangat bisa dipercaya. Jangan meremehkanku, jaringan informasiku sangat tepat, beda denganmu yang penuh dengan rumor!" gerutu David kesal.

Anthony menatap David dan menghela nafas panjang, "aku tidak meragukan jaringan informasimu Dave, aku hanya memastikan saja karena berita ini sama sekali tidak pernah diungkit oleh Noelle.."

Tentu saja Anthony tahu bagaimana besarnya jaringan informasi David. Sahabatnya itu bahkan bisa mendapatkan informasi dari dekan sekalipun atau rektor. Dan semua itu murni karena David sendiri, bukannya dengan koneksi orang tua seperti yang dimilikinya. Itulah salah satu alasan mengapa Anthony menyukai David, pria itu bisa menjadi musuh yang sangat menakutkan dan bisa menjadi sahabat yang dibanggakan dalam 1 waktu

Dan kali ini juga, Anthony tidak meragukan informasi David, ia hanya tidak bisa mempercayai informasi itu.

David mengibaskan sebelah tangannya keudara, "jangan bodoh, kau pacaran dengannya hanya beberapa minggu mana mungkin Noelle mau membicarakannya denganmu. Kau yang memiliki keluarga serba ada, gadis pintar sepertinya sudah jelas akan menutupinya"

"..aku kekasihnya Dave, seharusnya dia memberitahuku"

"dan membuatmu berpikiran negative tentangnya? Please, don't be stupid. For once, use ur brain dude! Jangan buat aku menyesal menjadi sahabatmu selama bertahun-tahun" gerutu David yang diacuhkan oleh Anthony.

Sekali David sudah berbicara begitu maka Anthony akan berusaha memutar otaknya. Karena walaupun enggan menyetujuinya tapi ucapan David sangat benar.

"..kalau begitu jelaskan dari awal bagaimana ceritanya.." ucapku pelan dan kemudian David mulai membicaraan informasi yang didengarnya dengan hati-hati, cermat dan tidak melupakan bagian kecil sedikitpun

Noelle POV

Setelah masuk kedalam ruangan Mr. Stanley dan bersikap dengan sangat bodoh apa lagi yang bisa kulakukan? "kenapa kau kembali lagi, Elle?"

Mr. Stanley menanyakan pertanyaan itu untuk kedua kalinya dan dirinya bahkan belum menjawab pertanyaan itu sama sekali. Apa yang bisa dikatakannya? Bilang yang sejujurnya kalau ia sedang menghindari Anthony? Shit, itu adalah pemikiran paling bodoh yang bisa dipikirkannya sekarang!

"Elle?" Mr. Stanley menjentikkan jarinya tepat didepanku dan membuatku fokus kembali. "apa kau sedang bertengkar dengan Anthony?"

Aku terkejut. Apa Mr. Stanley semacam paranormal? Kenapa dia selalu bisa mengetahui apa yang terjadi? "..tidak. kami hanya berbeda pendapat saja.."

"kalau begitu luruskan saja. Kau sangat ahli mengenai hal itu bukan?"

"memang. Tapi entah kenapa dengan Anthony itu semua terasa sangat sulit.." Itu memang benar. Segala yang berhubungan dengan Anthony akan terasa sangat buruk. Bukan, terasa sangat sulit. Didekat Anthony ia bahkan tidak bisa berpikir dengan logika melainkan dengan perasaannya. Sedangkan aku sangat tahu bagaimana perasaan itu bisa memanipulasi otak..

Mr. Stanley tersenyum lembut dan menepuk sofa disampingnya, "kemarilah anakku, coba ceritakan kronologisnya dengan baik sehingga kita bisa mencari jalan keluarnya bersama-sama.."

"sungguh Mr. Stanley, itu sama sekali tidak perlu, anda tidak perlu membuang waktumu untuk sesuatu yang tidak berguna seperti ini"

"sesuatu yang tidak berguna itu akan menjadi sesuatu yang berguna, tergantung dari sisi mana kau menjelaskannya, kemari.." Aku hanya berjalan dan duduk tepat disamping Mr. Stanley. Pria tua itu hanya mengelus-elus dengan pelan kepalaku dan tersenyum. "..kau tidak pernah berubah Elle. Selalu memendamnya sendirian, kau tahu bukan kalau ibumu sudah tidak ada. Dan akulah satu-satunya orang yang menjadi walimu sekarang"

"dan itulah kenapa aku sangat berhutang budi Mr. Stanley. Anda sudah cukup baik padaku"

"aku menyayangimu seperti anakku sendiri Elle. Walaupun sebenarnya kita tidak ada hubungan darah sama sekali. Tapi ibumu adalah sahabatku, dia adalah gadis yang sama sepertimu. Baik, keras kepala, dan pintar.." Mr. Stanley tersenyum sambil mengingat masa lalu dan terkekeh pelan, "semuanya yang ada di dirinya berada didirimu sekarang, Elle. Nah sekarang coba ceritakan ada apa denganmu dan Anthony?"

Noelle benar-benar tidak ingin menceritakannya, ia tidak ingin membahas lagi bagaimana perlakuan Anthony kepadanya yang hanya akan membuatnya semakin sakit. Sudah cukup pahit saat melihat Anthony meninggalkannya dan membuang bekal bikinannya, bahkan pria itu tidak lagi melihat kearahnya..

Tapi Noelle juga tahu tidak mungkin ia mengarang cerita bohong kepada pria tua yang sudah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri ini.

"Sebenarnya..."

Ini tidak membutuhkan waktu lama bagi Noelle untuk berbagi cerita dan itu juga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Mr. Stanley untuk mengerti masalah apa yang kini dihadapi kedua muridnya itu

"..hm, Anthony memang agak keterlaluan sebenarnya.."

"Indeed, Sir. He's a fucking asshole" ucap Noelle tanpa sadar yang kemudian ia langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya sebelum mengucapkan, "maafkan aku"

"no problem.." Mr. Stanley tersenyum lebar,"tapi kau harus mengerti Anthony. Pria itu hanya cemburu dengan foto yang jelas-jelas hanya rekayasa itu"

"aku tahu Sir.."

"tidak, kau tidak tahu sayang. Anthony adalah pria yang posesive dan tidak mau berbagi. Kalau dia benar-benar menyayangimu, tidak mungkin Anthony mau gadis yang sangat disayanginya berada ditangan lain dan tentunya itu membuatnya gelap mata.."

Noelle menatap Mr. Stanley dan mengangguk dengan pelan, "I know Sir. Tapi aku sama sekali tidak berada ditangan lain kalau aku boleh membela diri.."

"memang. Aku percaya hal itu. Tapi memangnya Anthony tahu tentang kenyataannya? Yang dia tahu hanyalah bukti yang disodorkan didepan matanya"

Itu memang benar. Anthony mendapatkan bukti yang disodorkan tepat didepan wajahnya, dan apa Noelle pantas marah karena hal itu? Tidak.. Apakah Anthony berhak marah karena foto itu? Tentu saja! Dasar Noelle bodoh. Anthony hanya mengetahui bukti tanpa mengetahui kronologi yang terjadi bukan?

"..then, what must I do?" ucapku pelan hampir berbisik. "..aku sudah menyakitinya bukan?"

"yah, itu memang benar..menurut sudut pandang Anthony, kau pasti sudah sangat menyakitinya sehingga ia berbuat separah itu"

Noelle meringis.

Mr. Stanley tersenyum dan mengusap lengannya dengan lembut, "coba minta maaf kepadanya, lihat bagaimana dia bereaksi. Kalau dia sudah sadar maka dia pasti sudah memaafkanmu sekarang ini, tapi kalau belum, coba berikan pria keras kepala itu pencerahan.."

"bagaimana kalau dia bahkan tidak mau melihatku Sir?"

"bagaimana kau tahu kalau belum mencoba?" pertanyaan Mr. Stanley membuatnya meringis kedua kalinya. Noelle memang belum mencoba, tepatnya ia takut mencoba. Ia takut mendapat penolakan dari Anthony untuk yang kedua kalinya. Bagaimana kalau Anthony masih berpacaran dengannya hanya untuk membalasnya?

Noelle menggeleng-geleng kepalanya. Tidak, Mr. Stanley benar.. Ia tidak akan pernah tahu hingga ia mencoba. Walaupun berpikir seperti itu, Noelle masih merasa takut akan penolakan dan amarah yang akan ditemuinya saat ia mencoba

"..aku akan coba berbicara dengannya Sir.."

"dengan melihat wajahnya pastinya?" Tanya Mr. Stanley mengingatkannya betapa bodohnya ia karena tidak berani melihat wajah pria itu

Aku tertawa kering dan berdeham, "yah, kali ini aku akan berusaha melihat wajahnya Sir. Dan kalau misalnya Anthony tidak mau melihatku.." Noelle berpikir sejenak dan menelan ludahnya, "yah, aku akan memikirkannya nanti.."

Ini memang bukan bidangnya, tapi Noelle tahu bahwa semenjak ia mempercayakan emosinya kepada Anthony, ia memang harus mulai mengeluarkan pikiran serta emosinya.

**



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top