47 - I Dont leave you


"Sayang bangun hari ini kamu kerja." Serena membangunkan Alvaska yang masih asyik tidur di dalam pelukannya.

Tangan kekar pria itu memeluk erat tubuhnya. Bahkan wajahnya sekarang berada di dada pria itu. Hingga ia bisa mendengar degub jantung yang berdebar milik Alvaska serta hembusan napas pria itu.

"Nanti kamu telat." Bukannya bangun pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya pada Serena.

"Bos bebas datang kapan saja." Alvaska berguman, rasanya ia tidak mau bangun dari tidurnya. Ia masih betah berlama-lama di dalam pelukan kekasihnya itu. Ia ingin tidak masuk kerja, dan menghabiskan waktu bersama Serena seharian. Ia lelah sekali karena harus bekerja. Sekali-kali ia ingin libur dan bermanja-manja.

"Gak baik bos datang telat, nanti karyawan kamu ngikutin." Serena kembali mengingatkan Alvaska untuk mengurungkan niatnya melakukan hal itu. Ia tidak mau Alvaska melakukan hal yang tidak baik.

Mendengar itu Alvaska tertawa, kepala Serena yang berada di dekat dada bidang Alvaska bisa merasakan guncangan di sana. Alvaska kemudian membuka matanya. Ia menatap Serena dengan penuh cinta. Hal itu membuat Serena salah tingkah di tatap sedemikian rupa. Ia jadi tidak berani menatap mata milik Alvaska. lama-lama ia bis agila kalau seperti ini terus.

"Khusus hari ini saya akan libur." Alvaska memutuskan untuk tidak masuk kerja. Perkataan Alvaska membuat Serena terkejut, ia tidak menyangka kalau Alvaska akan bolos kerja. Ia sangat tahu kalau Alvaska adalah pribadi yang disiplin dan tidak pernah menomerduakan pekerjaan melakukan hal seperti ini.

"Anda serius?"

"Iya, khusus untuk nemenin kamu." Serena tersipu mendengarnya, siapa yang tidak salah tingkah, jika orang yang selalu kasar padamu beubah jadi manis seperti ini.

"Aku sudah dewasa, tidak perlu ditemani. Lebih baik anda bekerja." Alvaska tidak menjawab, ia lebih memilih menciumi rambut Serena lalu mengelusnya dengan lembut. Bau harum rambut kekasihnya itu semerbak di indra penciumannya.

Mereka masih berleha-leha di atas kasur. Padahal sinar matahari sudah begitu terang menerangi bumi. Serena hendak bangun tapi Alvaska memeluknya begitu erat seakan tak mengizinkan kekasihnya itu untuk pergi meninggalkannya.

"Mau sarapan apa, sayang?" tanya Alvaska.

"Em, gak tau."

"Bayi kita gak ada pesen mau makan apa?" Alvaska suka sekali ketika Serena mengidam. Ia selalu antusias terhadap apapun yang berkaitan dengan putranya. Ia ingin dilibatkan dalam setiap momen keluarga kecil mereka. alvaska tidak sabar menunggu kehadiran putranya.

"Gak ada."

"Tumben, kemarin aja kamu pengen banget makan ini itu, kenapa sekarang gak?"

"Mungkin memang belum makan sesuatu."

"Kalau saya makan kamu mau?" ujar Alvaska dengan seringainya, tangannya tak tinggal diam, ia mengelus punggung belakang Serena yang terbuka. Mereka tidur di dalam selimut. Hal itu membuat Serena panas dingin, ia menahan napas tubuhnya terasa tegang akibat sentuhan Alvaska.

"Nanti anda terlambat ke kantor." Serena mencari alasan agar Alvaska tidak menyentuhnya lebih banyak lagi.

"Saya bosnya, jadi tidak masalah datang terlambat sekalipun, lagipula saya hari ini meliburkan diri, jadi tidak masalah kalau kita bercinta sampai malam."

"Aku lapar, sepertinya anak kita mau makan bubur ayam." Serena yang mencoba menghindar berpura-pura kalau ia lapar, lebih baik mereka makan dari pada harus bercinta lagi, cukup semalam saja. badan Serena rasanya sudah remuk jika harus melakukan hal itu lagi. Bisa-bisa ia akan sakit. Ia tidak mau anaknya kenapa-napa.

Alvaska tertawa, Serena begitu menggemaskan ketika panik. Ia tahu kalau gadis itu berbohong, tapi ia tak masalah. Maka dari itu ia memancing Serena untuk makan. Ia mengelus perut Serena dengan lembut. Lalu ia berbisik, "Anak ayah lapar, ya? Setelah ini kita makan."

"Mau mandi bersama atau sendiri?" goda Alvaska, entah kenapa ia suka sekali membuat kekasihnya itu salah tingkah.

"Aku bisa sendiri, aku sudah besar."

"Hahahaha, kamu kenapa seperti takut sekali padahal kita sudah terbiasa mandi bersama. Aku hanya takut kalau nanti kamu akan melakukan hal lebih."

"Kalau begitu mandilah, setelah itu aku akan mandi sayang." Serena kemudian bangkit sambil membawa selimut yang menyelimuti badannya. Ia malu kalau harus telanjang ke kamar mandi dan di liat Alvaska. namun siapa sangka ketika ia menyingkap selimut itu, malah terlihat Alvaska tanpa mengenakan apapun. Hal itu membuat Serena langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi dengan cepat karena melihat kejantanan milik Alvaska yang berdiri. Pipinya merona, kenapa milik Alvaska selalu seperti itu setiap hari.

Sedangkan Alvaska hanya tertawa, ia merasa terhibur dengan tingkah konyol yang dilakukan oleh Serena. Ia merasa harinya yang dulu kelam gini berubah menjadi lebih berwarna semua itu berkat gadis bernama Serena.

***

"Sayang, kamu gak apa makan bubur di sini?" tanya Serena dengan kaku, ia masih agak sungkan mengatakan sayang dan aku kamu ke Alvaska, bagaimanpun beliau adalah mantan majikannya.

Mereka tiba di sebuah warung bubur ayam yang sederhana. Serena agak khawatir kalau Alvaska akan menolaknya. Pria itu pasti tidak pernah makan di tempat speerti ini, sama seperti dulu ketika ia mengajaknya makan mie ayam. Itu ternyatta kali pertama Alvaska makan di tempat seperti itu.

"Demi anak kita, saya tidak masalah. Yang terpenting dia bahagia." Jawaban Alvaska membuat Serena takjub matanya menatap Alvaska dengan binar, lalu ia tersenyum sambil memeluk lengan pria itu. Rasanya bahagia sekali mendengar kata-kata itu.

"Aku masih belum percaya, kalau kamu benar-benar mencintaiku." Serena jujur masih ragu ia takut kalau Alvaskka mempermainkannya.

Mendengar itu Alvaska memegang kepala Serena dan mengelusnya. Mereka duduk bersebelahan, sambil menunggu makanan mereka datang.

"Kamu tidak perlu percaya, kamu cukup rasakan dan nikmati saja semua cinta yang saya berikan."

"Aku takut percaya, karena di dunia ini aku gak memiliki siapapun lagi, aku Cuma punya kamu, Alvaska. aku takut disaat aku udah mulai percaya sama kamu, kamu akan meninggalkan aku."

Alvaska mendengar itu langsung mengenggam tangan Serena erat. Ia tahu apa yang dimaksud oleh gadis itu, pasti Serena takut kalau suatu saat nanti ia akan pergi meninggalkan gadis itu.

"Don't worry, Serena. I would never do that. I promise. I'll never leave you no matter what happen." Alvaska mengatakan itu dengan tulis, ia tidak akan meninggalkan Serena apapun yang terjadi.

"Aku cuma punya kamu." Serena mengatakan itu kembali, ia ingin Alvaska tahu, kalau untuk saat ini, hanya pria itu yang ia miliki.

"Yeah, I know, you only have me, and I only have you. Kita akan selalu bersama selamanya Serena."

Tak pernah Serena sangka kalau Alvaska akan mengatakan kalimat semanis itu. kalimat itu mampu menenangkannya dan percaya bahwa Alvaska tidak akan pernah meninggalkannya. Rasa cintanya pada pria itu semakin bertambah. Ia beruntung memiliki Alvaska meski dulu hubungan mereka buruk, namun siapa sangka iblis yang kejam ini berubah menjadi malaikat.


***

Mau lanjut?

Spam next di sini!!!

Love you

Gulla
. Istrinya Jeno.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top