34 - Kisses in the badroom
HALO TEMEN-TEMEN
SELAMAT MEMBACA SEMOGA KALIAN SUKA YAA
Love dulu buat part ini 🤍🤍
Alvaska
Serena
****
Serena berdiri di depan pintu apartemen milik Alvaska. Ia mengetahui kata sandi pintu tersebut, jadi ia bisa masuk tanpa harus bantuan dari Alvaska. Ia berlari-lari kecil mencari keberadaan pria itu. Mengingat suara Alvaska yang demam seperti mau mati membuat Serena khawatir. Ia tahu Alvaska tidak memiliki siapapun di sini, pria itu meski banyak harta, tapi tak memiliki kasih sayang dari orang tua. Ayahnya sibuk bekerja sedangkan ibunya telah meninggal dunia.
Tak meraskan kehadiran Alvaska di ruang depan, ia masuk mencari pria itu di kamar. Benar saja Alvaska berbaring di atas ranjang dengan tertutup selimut. Serena menghampiri pria itu. Ia duduk di pinggir ranjang. Lalu tangannya memegang dahi Alvaska, pria itu terlihat sedang tidur, karena matanya tertutup.
"Kok gak panas?" ujar Serena ketika merasakan dahi atau leher Alvaska tidak panas. Katanya tadi pria itu sakit.
Lalu Serena memutuskan untuk mengambil thermometer untuk mengecek suhu tubuh Alvaska di kotak P3K. Selesai mengambil barang tersebut. Ia duduk kembali dekat dengan Alvaska.
"Tadi di telpon bilangnya badannya panas sekali, apa aku dibohongin?" gumam Serena.
Disaat Serena hendak menempelkan thermometer itu, tiba-tiba sebuah tangan menahan tangan Serena. hal itu membuat Serena terkejut. Matanya membulat merasakan sentuhan tangan Alvaska. Termometer yang ia genggam jadi jatuh entah ke mana.
"Tadi kamu bilang apa?" ujar Alvaska.
Mata Alvaska yang tadi terpejam tiba-tiba terbuka. Sontak saja hal itu membuat Serena terkejut. Terlebih Alvaska mendengar apa saja yang dia ucapkan. Bisa-bisanya ia mengatakan hal seperti itu. ia takut kalau Alvaska akan menghukumnya lagi.
"Em, saya tidak mengatakan apapun tuan." Serena dalam hati mengutuk dirinya yang tadi salah bicara.
"Lama sekali kamu datang ke sini, saya hampir mau mati kalau kamu tau."
"Maaf, tuan."
"Ambilkan saya obat."
Serena bingung mau mengambil obat apa. Badannya tidak panas. Suara pria itu juga kemballi normal tidak seperti tadi di telpon. Ia takut kalau ia salah ambil obat.
"Sebentar tuan saya ambilkan," ucap Serena. Ia hendak bangkit mau pergi mengambil obat, walau ia tidah tahu obat apa yang akan ia berikan.
"Mau ke mana?"
"Ambil obat, tadikan tuan nyuruh saya ambil obat."
"Emang kamu tahu obat yang saya butuhkan?" tanya Alvaska.
Serena menggelengkan kepalanya. Jujur ia tidak tahu obat yang dibutuhkan oleh tuannya itu. ia hanya asal ingin mengambil obat. Ia juga merasa tak enak jika mereka hanya berduaan. Serena takut hal yang buruk terjadi. Terlebih mendengar perkataan Alvaska di telpon tadi.
"Tuan memang beneran sakit?" Serena dengan berani mengatakan itu, ia merasa kalau Alvaska tidak sakit.
"Jadi kamu pikir saya hanya pura-pura sakit agar kamu datang ke sini." Serena tidak pernah berpikir seperti itu.
"Tidak tuan."
"Kepala saya sakit, dada saya sesak begitu juga dengan hati saya rasanya seperti hancur berkeping-keping." Mendengar itu membuat Serena terdiam. Apa penyakit yang diderita Alvaska semakin parah?
"Lebih baik kita ke dokter saja, Tuan. Dari pada tuan semakin sakit."
"Saya tidak butuh dokter."
"Tapi nanti tuan tidak sembuh."
"Bisa sembuh, kan sudah ada kamu."
Eh? Serena tidak salah dengar bukan. Tadi kata tuannya akan sembuh karena ada dirinya. Apa maksudnya? Apa tuannya sedang menggodanya? Pipi Serena merona tanpa sadar. Ia salah tingkah. Entah kenapa tubuhnya jadi kaku. Ia jadi tak berani menatap pria itu.
"Maksud tuan apa?"
"Saya gak butuh dokter, saya cuma butuh ini." Tanpa persetujuan dari Serena. pria itu menarik dagu Serena, lalu mengecup bibirnya.
"Udah sembuh." Alvaska yang tadi berbaring kini bangkit setelah mencuri cium dari Serena.
Sedangkan Serena hanya bisa terpaku. Ia masih syok dengan ciuman dadakan yang diberikan oleh Alvaska. Meski pria itu suka menciumnya sembarangan, namun rasanya aneh saja, karena sebelum menciumnya pria itu mengatakan kalimat yang membuat jantungnya berdebar dengan kencang.
"Katanya tuan sakit?" tanya Serena dengan bingung. Kenapa cepat sekali, dan apa itu sembuh karena sebuah ciuman. Sebuah hal yang tidak masuk akal. Namun bisa membuat akal sehatnya ikut gila juga. Sebenarnya ada apa ini?
"Tadi sakit, sekarang sudah sembuh."
Apakah ini benar tuannya? Kenapa jadi aneh sekali? Rasanya ia tidak terbiasa dengan Alvaska yang seperti ini. Ia malah takut, ia lebih suka Alvaska yang suka marah-marah. sembuh? Karena sebuah ciuman? Serena merasa kalau tuannya itu sudah gila.
Apa mungkin tuannya itu menyukainya? Serena menggelengkan kepalanya, tidak mungkin Alvaska menyukainya. Pria itu pasti hanya berniat menggodanya saja. Lagian Alvaska juga sering menciumnya, pria itu menganggapnya sebagai simpanan, jadi ini bukannlah hal yang baru jadi ia tidak perlu terkejut.
"Kalau begitu saya mau pulang tuan, tuan sudah sembuh kan?" Serena rasa ia tidak perlu berlama-lama di sini. Takut suatu hal yang buruk terjadi. Misalnya bercinta dengan pria itu.
"Siapa yang suruh kamu pulang?" Alvaska panik ketika tahu Serena akan pergi meninggalkannya. Bisa gawat kalau Serena akan pergi bertemu dengan Alvin setelah dari sini. Ia tidak mau kedua orang itu berkencang. Sebisa mungkin ia tidak akan membiarkan Serena jadian dengan Alvin. Serena adalah miliknya. Ia tidak mau gadis itu menjadi milik siapapun. ia hanya ingin Serena menjadi miliknya.
Persetanan dengan DENDAM!!! ALVASKA SUDAH TIDAK TAHAN LAGI!!
"Tapi bukannya tuan sudah sembuh," balas Serena. ia bingung mau melakukan apa juga di sini.
"Siapa bilang saya sudah sembuh, perut saya sakit. Dari tadi pagi saya belum makan." Alvaska tiba-tiba memegang perutnya. Entah kenapa itu terlihat kekanakan sekali di mata Serena. Ia seperti dikerjai pria itu. Ia rasa Alvaska memang sengaja melakukan hal itu agar ia tidak bisa ke mana-mana.
"Suapi saya," ucap Alvaska dengan nada perintah tanpa mau dibantah.
Hal itu membuat Serena tersenyum kecil.
"Iya, tuan."
"Serena?" panggil Alvaska ketika Serena hendak pergi. Alvaska tidak bisa terus menerus memendam semuanya. Ia sudah jengah harus bersaing dengan Alvin. Ia ingin menunjukkan kalau Serena adalah miliknya sepenuhnya.
"Ada apa tuan?"
"Kalau saya sakit lagi, tolong cium saya," entah kenapa kalimat itu mampu membuat semburat rona merah terpncar di wajah Serena. Jantungnya ikut bertalu-talu. Bahkan ia sampai tak berani menatap Alvaska. Apakah ia terpesona dengan ucapan Alvaska?
Serena memilih untuk tidak menjawab. Gadis itu berlari-lari dengan malu menuju ke arah dapur. Ia tidak mampu membalas setiap perkataan Alvaska. Kenapa malam ini pria itu berbeda dari biasanya? Dan kenapa juga jantungnya berdebar hanya karena mendengar kata-kata itu. Jangan bilang ia jatuh cinta pada Alvaska? serena menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh jatuh cinta dengan pria kejam itu.
****
BUAT YANG MAU BACA HIDDEN PART 34
BISA BACA DI KARYA KARSA YAAAA
LINK: https://karyakarsa.com/wgulla/trapped-with-the-boss-34-791857
Kalian bisa download karya karsa di google Play Store, setelah itu cari username aku wgulla
***
Love dulu buat part ini!!!
SPAM NEXT DI SINI YAAAA!!!
100 Komen baru lanjut
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top