32 - Alvaska Supramacy


Satu hal yang tak pernah Serena bayangkan, ketika tahu temen sekelasnya yang sering membully-nya akan di keluarkan dari sekolah. Siapa lagi kalau bukan Mila, Lexy dan Ashila. Serena masih tidak mempercayai hal itu. Apa ini ada hubungannya dengan peristiwa pembuliannya kemarin? Berita mengenai ia yang dibully di kamar mandi sudah tersebar. Sejak itu beberapa orang menjadi baik padanya di sekolah baik guru atau siswa.

Serena merasa aneh dengan semua hal ini. Meski ia sedikit lega karena tak ada lagi yang mengganggunya. Apa Alvaska yang mengeluarkan Mila dan yang lainnya, mengingat Alvaska adalah seorang ketua Yayasan di sekolah ini.

"Udah denger kalau Mila dikeluarin?" tanya Alvin. Pria itu duduk di samping Serena.

Mereka berdua sedang makan di kantin. Serena memesan somay tadi, semenjak ia bersama Alvaska ia difasilitasi dengan banyak hal. Bukan hanya itu ia jadi bisa makan apapun dan membeli apapun. Walau kadang ia merasa tak enak memakai uang itu, karena ia merasa uang itu sebagai bayaran tidur dengan Alvaska. Meski pria itu tidak pernah mengatakan hal itu.

"Udah, agak kaget sih."

"Kira-kira keluar karena apa? Kamu tau?"

"Gak tau."

"Apa karena dia bully kamu kemarin? Kamu gak kenapa-napa, kan? Kenapa gak cerita ke aku kalau Mila nyakitin kamu." Alvin sangat khawatir. Ia juga ikut terkejut ketika mendengar Serena dibully, kalau tahu itu ia tidak akan meninggalkan Serena seorang diri kemarin di kelas. Ia akan menunggui Serena sampai pulang ke rumah.

"Maaf, aku sebenarnya masih syok dengan apa yang terjadi kemarin. Mau kabarin kamu jadi lupa."

"Kamu gak luka, kan?"

"Dikit." Serene menunjukkan bekas cakaran yang dilakukan Mila padanya.

"Lain kali aku tidak akan membiarkan kamu sendirian di kelas. Andai kemarin aku tidak pulang lebih awal pasti kamu tidak akan disakitin sama mereka, maaf karena aku meninggalkan kamu sendirian kemarin."

"Gak apa-apa, kok Vin. Gak usah khawatirin aku."

"Gimanapun kamu temen aku, sahabat aku, jadi tahu kamu disakitin sama Mila aku juga khawatir. Untung Mila udah keluar jadi gak akan ada lagi yang sakitin kamu." Serena terharu mendengar itu, padahal ia sering mengecewakan Alvin namun pria itu masih menganggapnya sebagai sahabat dan mau melindunginya.

Tepat saat itu muncul sebuah pesan dari Alvaska di ponselnya. Serena yang tadi asyik berbicara dengan Alvin jadi mengalihkan perhatiannya. Jantungnya tiba-tiba berdegup dengan begitu kencang membaca nama pria itu. ia menelan ludah, untuk apa lagi Alvaska menganggunya. Ini masih jam sekolah. Seperti tidak ada kerjaan saja, padahal Alvaska itu bos Perusahaan besar, tapi suka sekali mengganggu dirinya di jam kerja seperti ini.

Alvaska

Sekali lagi saya liat kamu dekat dengan Alvin maka dia akan bernasib sama dengan Mila.

Setelah membaca pesan itu membuat Serena menoleh mencari keberadaan Alvaska. tidak mungkin pria itu berada di sini, tapi kenapa Alvaska bisa tahu kalau ia bersama dengan Alvin. Pasti ia dimata-matai.

Alvaska

Kenapa saya bisa tahu? Apapun yang kamu lakukan saya tahu.

Seakan bisa menjawab isi hati Serena, pria itu kembali mengirimi Serena pesan. Hal itu membuat Serena merinding. Ia jadi takut dengan Alvaska yang ternyata diam-diam mengawasi dirinya. Ia seperti tak diberi privasi. Ia harus lebih berhati-hati lagi dari Alvaska. Ia merasa hidupnya tak tenang diawasi oleh Alvaska.

"Alvin, aku mau ke kamar mandi dulu, ya," ujar Serena.

Serena berusaha menghindar dari Alvin sementara waktu. Ia tidak mau Alvin bernasib sama dengan Mila, apalagi sampai di keluarkan dari sekolah. Terlebih hanya Alvin yang ia kenal.

"Kalau ada apa-apa bilang ke aku." Alvin berpesan pada Serena untuk menghubunginya jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Serena hanya mengangguk membalas itu. Ia berlalu meninggalkan Alvin seorang diri di kantin. Ia tidak ke kamar mandi, ia hanya sengaja menghindari Alvin karena tidak ingin Alvin bernasib sama dengan Mila. Hidup Serena benar-benar berubah semenjak mengenal Alvaska. ia tidak diberi kebebasan sama sekali. Mungkin seperti kucing yang dirawat baik oleh majikannya tapi dibelengu dan dikurung tanpa bisa berbuat apa-apa.

****

Marsha tidak pernah mengira kalau hidupnya akan hancur berantakan seperti ini. Semenjak kejadian pembulian kemarin. Alvaska melakukan hal yang tak pernah ia bayangkan, pria itu membatalkan kontrak kerja sama, bukan hanya itu ayahnya sampai marah besar padanya dan menyita semua fasilitas yang ia punya, yang membuat Marsha hampir gila ketika Perusahaan ayahnya hampir bangkrut. Ia terancam miskin.

Hal itu membuat Marsha semakin membenci Serena. Ia jadi ingin membunuh gadis itu. andai Serena tak pernah muncul di kehidupannya pasti semua ini tak akan terjadi. Ia akan membuat perhitungan pada gadis yang telah berani merebut kebahagiaannya.

Marsha benci karena Alvaska lebih memilih gadis pembantu itu. Bahkan gadis itu tidak memiliki value sama sekali selain mengangkang. Ia sama sekali tak terima kalah dari gadis murahan seperti itu. harga dirinya seperti diinjak-injak. Namun ia harus apa untuk membalas semua ini, sedangkan sang ayah sudah melarangnya untuk tidak berhubungan dengan apapun yang berkaitan dengan Alvaska dan Serena.

***

"Bu, Serena boleh tanya?" selesai berganti pakaian sekolah. Serena menghampiri sang ibu yang sedang beristirahat. Mereka duduk di belakang dekat kamar pembantu. Di sana ada tempat duduk khusus buat asisten rumah tangga. Alvaska memberikan tempat yang layak dan nyaman untuk pekerjanya agar betah bekerja di rumah.

"Tanya apa sayang?" Rina membalas dengan senyum, ia duduk di samping anaknya. Tumben sekali anaknya ini menanyakan suatu hal di jam seperti ini. Biasanya anaknya itu memilih untuk istirahat ketika selesai makan atau membersihkan rumah.

"Waktu ayah masih hidup, ayah pernah kasih ibu barang berharga?"

Rina terdiam sebentar, hal itu membuat Rina sedih. Jujur ia tak pernah mendapatkan hadiah atau barang berharga seperti perhiasan, tas atau apapun itu dari sang suami. Satu hal yang tidak pernah diketahui putrinya tentang sifat asli sang suami. Rudi adalah tukang judi dan mabuk, pria itu lebih suka menghamburkan uang untuk judi. Maka dari itu sampai sekarang mereka tak pernah memiliki rumah, karena Rudi suaminya memiliki beberapa hutang yang masih belum lunas. Hal yang selalu ia sembunyikan dari Serena. Ia tidak mau Serena sedih.

"Pernah kok, cincin pernikahan ibu, itu hadiah berharga dari ayah."

"Selain itu ibu, masa ayah Cuma kasih cincin aja itu aja cincin nikah."

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Rina curiga.

Serena panik, ia hampir saja ketahuan sang ibu, kalau ia berusaha mencari informasi perihal ayahnya yang suka berjudi. Ia mulai bertanya dari hal kecil, seperti apakah ayahnya sosok yang pelit atau tidak pada ibunya. Ia jadi sedih ketika tahu ayahnya tidak pernah memberikan ibunya barang berharga selain cincin pernikahan.

"Gak papa bu, Serena hanya ingin tahu saja. Apakah ayah benar-benar mencintai ibu?"

"Ayah kamu sayang banget kok sama ibu, ibukan istrinya, buktinya ada kamu di sini. Kamu juga masih ingatkan betapa ayah menyayangi kamu."

"Ayah gak pernah punya hutangkan, bu?" tanya Serena lagi.

"Kamu gak usah mikir itu, kamu sekarang yang penting fokus sekolah dan belajar. Ibu mau beres-beres dulu." Rina seperti menyembunyikan sesuatu. Ibunya itu tak mau membahas perihal itu dan memilih untuk pergi. Tentu saja membuat Serena penasaran. Apa ada yang disembunyikan oleh ibunya?


***

Gimana perasaan kalian baca cerita langit?

menurut kalian bagus atau nggak?

aku lanjut atau berhenti aja?

tolong like dan komen ya bantu aku biar aku semangat nyelesain naskah ini

makasih semuanya yang udah baca

Follow instagram aku wgulla_ yaaaaa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top